BAB 4

1.3K 97 4
                                    

Amanda adalah wanita yang tenang dan bisa mengendalikan dirinya dalam setiap hal dan situasi apa pun. Termasuk dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dia tidak pernah terlihat gusar,gugup atau terlalu santai. Bahkan berhadapan dengan Mrs. Brandon pun Amanda masih bisa tampak tenang.

Tapi kali ini sungguh berbeda. Amanda tidak bisa menyembunyikan kegelisahan nya. Entah bagaimana bisa pria yang dia tabrak malam itu di club justru adalah pemilik perusahaan yang mereka wawancarai hari ini. Amanda menelan ludahnya berapa kali sejak wawancara dimulai.

"Sekarang giliran nona Amanda apa ada pertanyaan untuk tuan Dante". Suara Fablo mengeintrupsi Amanda yang masih menatap tegang ke arah Dante yang kini menatapnya dengan seksama.

"Hah?? " Experesi bingung Amanda membuat Fablo mengeryitkan dahinya.

"Amanda kau memiliki daftar pertanyaan yang ingin kau ajukan bukan??". Salah satu tim interview mengigatkan Amanda yang seperti kehilangan fokusnya. Kembali ke kesadaran nya. Amanda menatap kertas di tangan nya.

"Tenang lah Amanda apa yang kau lakukan kau harus menyelesaikan tugas ini secepatnya".  Batin Amanda memperigatinya dengan keras. Berdehem sejenak. Amanda menegak kan badannya lagi. Dia menatap lurus ke arah Dante.

"Tuhan lindungi aku dari tatapan mata itu". Bisik Amanda pelan kepada dirinya. Dante duduk dengan santai sembari menyeruput kopinya. Semirik senyum tipis terpatri diwajahnya. Jika Fablo bukan lah orang yang teliti. Dia pasti akan melewatkan kejadian langka ini. Seorang Dante tersenyum. Oh my god dunia sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Maaf kan saya. Iya saya ada beberapa pertanyaan kepada tuan Dante..!". Amanda menekan sedikit di ujung nama Dante. Membuat pria itu semakin menunggu apa yang akan ditanya oleh wanita itu sembari menahan senyum tipisnya di sudut bibir. Jika ada orang lain yang akan pingsan setelah Amanda. Tidak lain itu pasti Fablo. Dia harus mencatat hari bersejarah ini. Bossnya mengeluarkan banyak expresi wajah yang langka dan tidak terduga. Demi tuhan itu seorang Dante Fernandez.

"Silahkan nona Betrice". Oh sial dia memanggil nama belakang Amanda. Hal yang paling membuat Amanda risau. Nama belakang nya terdengar sangat seksi di bibir pria itu.

"Sial.. Fokus lah Amanda Fokus".  Mengalihkan pikiran nya. Amanda mencoba berfokus kepada pertanyaan yang diajukan kepada Dante untuk kebutuhan tugas nya.

"Mengapa anda menyukai Arkeologi? Apa ada kisah menarik dibalik kegemaran anda mengelokesi barang langka dan kuno? ". Fablo menatap Dante seksama. Menunggu expresi apa yang akan pria itu keluarkan ini sangat menyenangkan mengamati expresi wajah bossnya yang biasa datar. Berubah menjadi banyak expresi yang indah. Dante tersenyum sangat tipis sampai hampir tidak terlihat. Terlihar datar tapi Fablo sangat yakin itu senyuman.

"Sesuai namanya dia langka meski berusia kuno. Langka itu artinya sulit di temukan dan di dapatkan. Saya menyukai hal yang penuh tantangan seperti itu nona Betrice langka dan sulit di dapatkan".

Gleekk.... Amanda menelan ludah nya lagi. Sial pertanyaan nya baru satu kenapa dia sudah memberikan jawaban seperti ke arah lain. Apa ini hanya perasaan ku saja. Batin Amanda terus berperang di dalam dirinya. Meski yang terlihat dia seperti setenang air. Tapi jempol kaki di dalam sepatunya terus bergerak gusar.

"Baik seperti yang kita ketahui. Perusahaan anda mengoleksi banyak barang antik berharga. Apa ada satu barang langka yang sangat anda jaga hingga hari ini?".

"Ada". Jawaban yang sangat singkat. Tapi jawaban itu terasa kurang puas bagi Amanda. Dia ingin tahu lebih jelas benda apa itu.

"Jika boleh tahu benda apa itu? "

"Permata hijau".

"Permata hijau? Bisa anda jelaskan apa permata ini memiliki arti? ". Lagi-lagi Dante menyeruput kopinya. Sembari tersenyum tipis. Fablo menghela nafas. Berapa kali Dante tersenyum hari ini. Ya tuhan Fablo benar-benar stress sekarang.

"Sesuai namanya dia bewarna hijau. Ini adalah permata langka yang saya dapatkan disudut pengunungan Swiss. Artepak kuno dibongkahan salju. Itu milik suku es disana pada jaman nya. Tapi yang paling menarik pertama ini bewarna hijau. Warna yang saya sukai. Karena memberikan ketenangan". Bohong dia memang pembohong handal. Hampir saja Fablo mengira bossnya sudah berubah jadi pria lain. Tapi syukurlah sepertinya belum. Hijau yang benar saja. Seluruh rumah, apartemen bahkan tanpa warna hanya ada warna hitam dan abu-abu.

Tapi mata Fablo langsung membelalak ketika dia melihat iris mata Amanda. Hijau. Ya tuhan Boss. Dante tidak percaya apa dia sedang menjelaskan tentang iris mata wanita itu. Kalau di pikir-pikir dia belum pernah melihat permata hijau yang di sebutkan Dante. Dengan kening mengkerut penuh tanda tanya Fablo menatap Dante yang kini asyik menatap kearah Amanda.

Amanda mengeser duduknya sedikit dan membenarkan anak rambutnya. Ketika mata abu-abu itu menatapnya lurus. Berdehem sejenak Amanda menenangkan dirinya. Wawancara ini tidak berjalan dengan benar. Apa pertanyaan nya yang salah atau pria itu menjawab nya asal-asalan.

"Baiklah saya rasa pertanyaan saya cukup. Karena waktu wawancara sepertinya sudah habis". Dante beralih menatap Fablo.

"Apa sudah habis? ". Fablo yang sedari tadi mengamati bossnya itu. Gelagapan saat Dante melihat kearahnya. Fablo berdehem dan berdiri tegak kembali.

"Iya tuan ini sudah waktunya makan siang".

"Baiklah jika begitu biar saya traktir kalian makan siang".

"Hah... Anda serius? ". Demi tuhan Fablo sudah menghabiskan seperempat abad hidupnya melayani Dante. Tapi dia tidak pernah ditraktir bossnya makan. Bersama orang lain.

"Apa ada masalah? "

"Tidak tuan saya akan memesan restoran nya sekarang".

"Maaf sepertinya saya tidak bisa ikut. Saya harus segera kembali ke kampus karena siang ini ada tugas lain yang harus saya kerjakan". Dante menatap Amanda lagi.

"Kau yakin Amanda? "

"Iya aku pergi dulu sampai jumpa terima kasih waktunya tuan Dante". Amanda bergegas mengambil tasnya. Dia harus segera pergi dari sana. Berada dekat dengan Dante membuatnya tidak tenang.

"Fablo kau urus makan siang para tim interview aku akan ke ruang rapat sekarang. Saya permisi dulu silahkan nikmati makan siang kalian".

"Terima kasih tuan Dante". Fablo menghela nafas dan mengelengkan kepalanya. Sekarang dia tahu penyebab boss datarnya itu bersikap aneh hari ini. Sesuai dugaan itu karena Amanda.

Dante menatap Amanda yang berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah. Entah mengapa dia merasa wanita itu menghindarinya. Dante tersenyum.

"Langka dan unik". Gumam Dante berlalu ke arah ruangan nya kembali siang itu.

Amanda tidak berhenti mengelengkan kepalanya. Menteralkan debaran jantung nya yang tidak bisa berhenti sejak mata abu-abu itu menatapnya. Serasa seluruh tubuhnya seperti di bakar dengan tatapan pria itu.

"Sial dia itu apa sebenarnya. Kenapa matanya itu tidak bisa berhenti menjelajah aahhh". Amanda mengipas tubuhnya. Dia meyetop taxi yang lewat di depan nya. Sebelum memasuki taxi matanya menatap ke gedung Dante.

"Dante sialan.. " Umpat Amanda sembari menutup pintu taxi yang membawanya pergi dari perusahaan Dante siang itu. Amanda tidak tahu kenapa pandangan pria itu membuat jantung nya berdebar tidak karuan. Belum lagi bibir seksinya menyebut namanya dengan begitu intens. Sungguh ini hari yang melelahkan bagi Amanda. Lebih tepatnya bagi jantung nya yang terus berdetak cepat tidak karuan.

To be continue..

The Darkness Of DanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang