BAB 5

1.2K 91 1
                                    

Dante Fernandez...

Pria berparas tampan bertubuh atletis. Berambut hitam bermata abu-abu dan berpandang tajam. Rasanya tidak cukup mengartikan Dante dalam satu kata atau selembar buku. Dia lukisan hidup yang indah. Tapi seindah dirinya sisi gelap selalu menghantui Dante. Sisi tergelap dirinya yang tidak bisa mencintai siapa pun. Selain dirinya sendiri.

Dante pernah hidup mendapatkan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Bahkan dia memiliki seorang wanita yang begitu menyanganggi nya. Gabriela teman masa kecil Dante. Yang selalu suka menghabiskan waktu bersama Dante. Hanya dia wanita yang bisa mendekatinya. Gabriela menawarkan cinta yang tidak bisa Dante balas. Wanita itu memiliki harapan yang besar terhadap dirinya. Tapi dia tidak bisa membalasnya.

Bukan karena Dante tidak ingin. Tapi dia tidak bisa. Dante hatinya telah mati lama sejak dia berada dalam lingkaran setan. Sejak dia berada dalam bayangan masa lalu yang tidak bisa dia ubah. Dan kini sisi gelap itu semakin gelap. Ketika tragedy berdarah itu merengut nyawa Gabriela dan melumpuhkan pria paling kuat yang pernah dia kenal Ayahnya.

Arghhhhhh......

Dante terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk yang selalu datang menghantui tidurnya. Tidak ada seharipun Dante bisa tidur dengan tenang. Terlebih setelah kepergian Gabriela. Suasana kamar yang tampak remang hanya di temani cahaya lilin. Dante bangkit dari ranjang dan mengambil air di nangkas.

Gluk... Glukk.. Glukk

Hanya ada gema suara air ditelan yang terdengar. Dante setiap kali dia merasa gelisah dan mimpi buruk itu datang. Dia berjalan kesebuah tempat rahasia. Yang tidak diketahui oleh siapa pun bahkan Fablo.

Dante memencet tombol yang tersimpan di dalam patung. Dinding kamar itu terbuka seperti sebuah pintu. Dante menghidupkan lampu ruangan kecil itu. Tampak sebuah batu pertama hijau berkilau dari balik etalase. Satu-satunya etalase yang ada diruangan itu. Dante menatap permata hijau di depan nya. Jika dulu dia mendapatkn ketenangan dari menatap pertama hijau itu. Karena merasa melihat padang rumput hijau yang berkilau. Seolah dia berada ditengah padang itu.

Tapi kini permata hijau itu mengigatkan nya dengan mata seseorang. Mata yang selalu membuatnya menatapnya. Mata yang memiliki binar yang penuh tanda tanya. Mata itu Dante tidak bisa melupakan nya.

"Betrice.. Amanda Betrice". Dante mengulang nama itu. Menyentuh permata hijau yang kacanya dia buka.

"Indah dan menenangkan". Gumam nya pelan sembari memegang permata itu. Dante memejamkan matanya. Menghela nafas dengan teratur. Entah bagaimana pikiran nya melayang kepada mata hijau itu. Di tengah padang rumput luas wanita itu berlari dengan gaun kuning. Sangat pas dengan rumput hijau yang mengelilinginya.

Suara tawanya terdengar seperti semilar angin di padang rumput savana. Sangat indah sampai membuat Dante terus mengikuti langkah nya. Tapi tangan nya tidak sampai menyentuh wanita itu. Hingga dia berhenti kelelahan dan Amanda terkekeh menatap dirinya. Dengan langkah yang indah Amanda datang ke arahnya. Mata hijau itu bersinar ketika menatapnya. Tangan lembut nya membelai pipi indah Dante.

"Jangan bersedih Dante". Dante membuka matanya dengan reflek. Nafasnya terengah dan dia menatap syok batu permata hijau di depan nya. Apa yang baru dia lihat tadi. Apakah itu mimpi. Atau hanya halusinasinya.

"Permata ini apa yang terjadi? ". Gumam Dante aneh menatap permata di depan nya. Dante berpikir keras. Tapi apa yang dia lihat dan alami tadi terasa seperti nyata. Mustahil tapi suara Amanda terdengar jelas. Dan tangan lembut itu begitu terasa di kulitnya.

Dante mengeleng pelan dan menutup kembali ruangan rahasia miliknya itu. Di pikirkan bagaimana pun aneh rasanya dia tiba-tiba kepikiran wanita itu. Tidak ingin melanjutkan tidurnya Dante berlalu menuju kamar mandi. Untuk menyegarkan pikiran dan tubuhnya.

****

The Darkness Of DanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang