BAB 13

966 68 1
                                    

Aura kegelapan terasa sangat kental disekitar Dante saat ini. Dante sedang menatap kearah pusara saat ini. Jauh dari kehidupan kota Dante datang berkunjung kesebuah pulau pribadi. Fablo ada disana menemani Dante. Kunjungan rutin setiap tahun yang selalu Dante lakukan.

Mengingat hari tersuram dalam kehidupannya. Fablo sendiri hanya diam berdiri dibelakang Dante tanpa mengatakan apa pun. Dia tahu luka yang tertanam di hati Dante tidak bisa disembuhkan. Iblis yang bersamayam disana tidak bisa dikeluarkan.

Kematian orang terdekatnya sudah mengubah Dante. Menjadi semakin tidak berperasaan. Terutama tentang Gabriela. Wanita yang memberikan kenangan dalam kehidupan gelap seorang Dante. Dan penyesalan yang terasa semakin mengerogotinya.

"Selamat ulang tahun Gaby,"Ucap Dante parau. Dante menatap nanar pusara didepanya. Meletakan bunga mawar putih kesukaan Gabriela. Dante duduk berjongkok didepan pusara wanita itu. Rahangnya mengeras ketika mengingat setiap kali hal yang sudah terjadi. Disampingnya ada pusara ayahnya. Lelaki terkuat yang pernah Dante kenal.

Dante menghela nafas kasar. Air mata seperti sudah mengering dipelupuk matanya. Seolah tidak ada lagi yang tersisa didalam dirinya. Selain rasa sakit dan penyesalan. Dan juga amarah yang masih terpendam dalam dirinya.

"Tuan sepertinya kita harus segera kembali."Fablo menghampiri Dante.

"Ada laporan apa?" Fablo membisikkan kepada Dante dan rahang Dante mengeras tajam. Mata Dante langsung berkilat marah.

"Tempatkan lebih banyak orang disana."

"Baik tuan."

Dante mengambil ponselnya mencoba menghubungi Amanda. Tapi wanita itu tidak menjawab ponselnya membuat Dante semakin gusar. Fablo baru saja melaporkan ada yang mematai gerakan Amanda saat ini. Dante sudah mengantisipasi ini ketika mulai membawa wanita itu kedalam hidupnya. Dia tahu ketika dia melangkah membawa seseorang kesampingnya ini akan memberi banyak bahaya.

"Sial!!"umpat Dante kesal. Dia sudah dalam perjalanan pulang saat ini. Pesawat pribadinya mulai meninggalkan pulau terpencil tersebut.

****

Amanda hari ini pergi ke kampus untuk memberikan laporan tugasnya kepada
Mrs.Brandon. setelah magang beberapa minggu dikantor Dante Amanda menulis laporan untuk tugas akhirnya. Dia meraba sesuatu dalam tasnya. Dia lupa membawa ponselnya.

Berjalan melewati lorong kampus Amanda menuju keruangan Mrs. Brandon. Suasana kampus siang itu terasa sepi. Hanya ada semilar angin yang datang. Menusuk masuk ke kulit. Amanda mengabaikan perasaannya yang seperti sedang di ikuti saat ini. Dia hanya butuh untuk segera sampai ke ruangan Mrs. Brandon.

Tok tok..

Amanda mengetuk pintu ruangan Mrs. Brandon dengan gelisah. Tumben sekali wanita itu lama menyahut pangjlannya. Amanda mengetuk kembali. Tapi,perasaannya semakin tidak nyaman. Terasa seperti seseorang sedang mengawasinya dari kejauhan.

"Masuk." Akhirnya Amanda bisa menarik nafas lega. Dia dengan segera masuk keruangan Mrs. Brandon. Ternyata Mrs. Brandon sedang kedatangan tamu saat ini.

"Maaf saya menganggu waktu anda Mrs. Saya ingin memberikan laporan tugas." Amanda menatap sekilas kepada punggung pria berjas putih yang duduk menghadap Mrs. Brandon.

"Silahkan letak disini. Oh ya Amanda kau fakultas bagian Arkeolog bukan?"

"Benar Mrs."

"Kebetulan sekali kita kedatangan peniliti disini. Tuan Ruan Vanhelsing, bisakah kau mengajaknya berkeliling. Aku ada rapat siang ini." Amanda tampak ragu. Tapi dia tidak bisa menolak permintaan Mrs. Brandon.

"Baik Mrs." pria bernama Ruan bersetel jas lengkap didepan Amanda bangkit dari kursinya. Dia membalikkan badan menatap Amanda. Perasaan familiar langsung menjeruak keluar dari dada Amanda. Penampilan pria ini mengingatkannya kepada sosok Dante. Hanya saja ada satu hal yang sangat kontras membedakan mereka.

"Salam kenal nona Amanda saya Ruan Vanhelsing." sebuah senyum ramah dan hangat terpatri diwajah pria itu. Hal itu cukup membuat Amanda terkaget. Karena dia pikir pria didepannya ini akan sama datarnya dengan Dante. Amanda menyambut uluran tangan pria itu dan tersenyum.

"Amanda Betrice suatu kehormatan bisa membawa anda berkeliling tuan."

"Baiklah Miss. Batrice bisa kita mulai tournya karena ku pikir waktuku tidak banyak disini."

"Tentu saja mari saya antar. Saya permisi Mrs. Brandon."Amanda keluar dari ruangan Mrs. Brandon bersama tuan Ruan.

Amanda berjalan sembari berbincang hangat dengan tuan Ruan. Pria itu ternyata sangat ramah dan hangat. Berbeda sekali dengan penampilannya. Amanda jadi malu karena berpikir buruk tentangnya hanya karena melihat penampilan dan auranya yang hampir mirip dengan Dante. Entah ada apa dengan otaknya hari ini terus memikirkan pria itu. Dante belum menghubunginya sejak mereka bertemu terakhir kemarin.

"Disini lab tempat penilitian kami biasa melakukan riset disini."Amanda menunjukkan ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno yang biasa digunakan para mahasiswa untuk meneliti.

"Dan mungkin ini akan menjadi ruangan pavoriteku nantinya."Amanda tersenyum.

"Sepertinya begitu mengingat anda adalah ahlinya."Keduanya tertawa. Amanda sempat tertegun mendengar tawa tuan Ruan yang cukup khas. Tapi lebih dari itu Ruan mengerti mengapa Dante memilih wanita ini sekarang.

"Jadi ku pikir tour kita selesai disini hari ini. Senang mengenal anda Miss. Betrice."Amanda benar-benar merasa Ruan seperti Dante. Memanggilnya dengan nama belakangnya.

"Panggil saja Amanda saya juga senang mengenal anda tuan Ruan."

"Jika begitu silahkan panggil saya Ruan mulai saat ini mengingat kita akan sering bertemu setelah ini."

"Baiklah jika itu yang anda inginkan Mr. Ruan maksud saya Ruan."Ruan tersenyum hangat.

"Baiklah jika begitu kita berpisah disini. Sampai jumpa lagi Amanda."

"Sampai jumpa Ruan."

Ruan meninggalkan Amanda didepan lab penilitian. Wajahnya yang tersenyum biasa berubah menjadi senyum penuh arti.

"Sepertinya ini akan menjadi jauh lebih menarik Dante,"gumam Ruan sebelum akhirnya masuk kedalam mobil jeep miliknya dan meninggalkan kampus Amanda siang itu.

Amanda sedang mengeledah tasnya mencari ponselnya. Tapi dia tidak menemukan keberadaan benda mungil itu. Dia menepuk jidatnya baru sadar jika dia meninggalkan ponselnya di apartemennya. Menghela nafas Amanda keluar keparkiran tiba-tiba sebuah rombongan mobil bergehenti dihalaman kampus. Amanda seperti mengenali mobil yang baru saja tiba.

"Dante,"gumam Amanda sembari menatap mobil dan rombongan yang datang. Benar saja Dante keluar dari mobil disertai Fablo dibelakangnya.

"Amanda!! Kau tidak apa-apa?"Dante memeriksa keadaan Amanda dengan cemas. Amanda mengeryitkan dahinya dalam menatap Dante.

"Ada apa? Aku baik-baik saja."Dante menghela nafas lega dia menatap Amanda lagi.

"Kemana ponselmu? Aku menghubungimu berulang kali tidak ada jawaban."

"Aku lupa membawanya."

"Mulai hari ini kau tinggal bersamaku."

"Apa!! Dante apa maksudmu?"

"Masuk kemobil kita bicara didalam."

"Dante apa maksudmu dengan tinggal bersama."

"Akan aku jelaskan situasinya sekarang ayo kemobil."

Amanda benar-benar bingung dan aneh dengan kelakukan panik Dante hari ini. Pria itu tidak seperti biasanya. Raut cemas tampak jelas terlihat dari wajahnya yang datar. Tapi apapun itu Amanda yakin sesuatu yang tidak beres pasti sedang terjadi saat ini. Firasatnya tidak pernah salah tentang hal itu.

The Darkness Of DanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang