JIMIN
"Bagaimana menurutmu?" tanya Lucy pada anaknya ketika mereka sudah di mobil menuju perjalanan pulang.
Jimin yang mendengar pertanyaan ibunya lantas memasukkan ponselnya pada saku jas yang tadinya sedang ia mainkan "Apanya?"
"Rosie"
"Ya lumayan" ucap Jimin tersenyum.
"Kamu menyukainya kan?" tanya Lucy lagi.
"Tentu saja Jimin menyukainya, kamu tidak lihat bagaimana senyum lebarnya ketika menatap Rosie tadi" bukannya Jimin yang menjawab malah Afnan yang menjawab dengan mantap.
Jimin hanya mengusapkan tengkuknya dengan malu. Dia memang menyukai Rosie sejak pandangan pertama tadi.
Padahal jika diteliti lagi tipe perempuan Jimin adalah yang memiliki sifat tidak jauh berbeda dengannya. Yang ceria, aktif, ramah, dan feminim.
Ah untuk feminim Rosie mungkin memenuhi kriterianya walaupun feminimnya Rosie disertai sentuhan yang berkelas seperti bangsawan.
Tapi entah kenapa pertama kali melihat Rosie membuatnya seperti terhipnotis seketika. Rosie awalnya bahkan tidak tersenyum padanya, mulutnya sangat tertutup rapat seperti enggan menanggapi berbagai obrolan.
Saat orangtuanya sibuk mengobrol dengan orangtua Rosie, Jimin diam-diam sibuk memperhatikan Rosie yang duduk didepannya. Rosie sangat tenang.
Lalu tiba-tiba ibunya menyenggol lengannya yang langsung dimengerti Rosie dan dia mengulurkan tangannya pada Rosie.
Uluran tangan Jimin memang dibalas oleh Rosie tapi yang membuatnya kaget adalah ketika Rosie yang tersenyum padanya.
Sangat manis.
Bahkan telinganya terasa panas dan memerah karena Jimin tersipu, semoga saja saat itu tidak ada yang sadar.
"Lihatlah Lucy, anakmu sekarang sedang berkhayal membayangkan Rosie" Jimin tiba-tiba tersadar akibat godaan Afnan padanya.
"Bukankah dia mirip denganmu ketika sedang jatuh cinta Afnan?" Lucy balas menggoda.
"Berhentilah menggodaku ayah, ibu"
"Oh astaga telinganya memerah Lucy" goda Afnan semakin gencar.
"Apa yang harus kita lakukan pada anak kita ini yang sedang dimabuk cinta"
"Ayahhh" Jimin benar-benar malu sekarang.
Lucy dan Afnan hanya tertawa melihat salah tingkahnya anak bungsu mereka.
Ah keluarga yang manis ini.
Rosie
Berbeda dengan keadaan Rosie sekarang. Dari perjalanan pulang hingga sampai rumah tidak ada obrolan yang berlangsung antara dirinya dan orangtuanya.
Kalau Rosie diam memang dia sedang tidak mood berbicara dan masih berusaha merasionalkan perjodohan kolotnya ini.
Ingin sekali dia menolak tapi kemungkinan berhasilnya adalah 0,00%. Orangtuanya cukup absolut pada dirinya dan kehidupannya.
"Sayang, besok kita akan pergi kerumah kakekmu. Jadi bersiap sebelum pukul 9 pagi"
Lalu orangtuanya pergi meninggalkannya tanpa harus repot-repot menunggu jawabannnya.
Rosie lalu menaiki anak tangga dan menuju kamarnya.
Ia merebahkan tubuhnya ditempat tidur saat sudah sampai dikamar. Hari ini hari yang melelahkan.
Rosie memejamkan matanya untuk mengusir lelah tapi ternyata rasa kantuk menyerang dan membuatnya tertidur tanpa sadar.
Pukul 7 pagi alarm ponselnya berbunyi. Rosie dengan malas bangun dan bergegas kekamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance
RomanceJimin dan Rosie itu bagaikan air dan minyak. Sangat tidak mungkin untuk disatukan. Tapi karena perjanjian kolot keluarga membuat mereka harus berada di satu atap yang sama.