"Silahkan masuk nona" Jimin mempersilahkan Rosie untuk memasuki apartemennya.
Rosie mengedarkan pandangannya. Hangat dan nyaman.
"Kamu tinggal sendirian?" Rosie bertanya.
"Iya, tapi tidak lagi jika kamu mau bergabung denganku disini"
Rosie menoleh dan melihat Jimin melangkah ke arah dapur.
"Kenapa?" Jimin bertanya ketika Rosie melihat dengan seksama bahan-bahan makanan yang di beli Jimin.
"Kapan kamu membeli ini?"
Mereka berdua pergi berbelanja bersama namun kenapa Rosie tidak melihat saat Jimin memasukan ramen, bir, ciki-ciki dalam keranjang belanjaan mereka.
Jimin tersenyum dan tidak menjawab.
"Lemon?" Rosie mengambil salah satu lemon.
"Jimin beberapa makanan ini tidak sehat"
Jimin berhenti menata bahan makanan dan mendekat mengikis jaraknya dengan Rosie.
"Aku tau, tapi bagaimana aku tidak membeli semua makanan ini jika kekasihku menyukainya"
Pipi Rosie memanas. Kekasih? Entahlah. Jimin bahkan tidak menawarinya menjadi kekasih lelaki itu tapi sekarang dia dengan mudah menyebut Rosie adalah kekasihnya.
Jimin mengusap kepala Rosie dan mengambil kantung berisi lemon yang berada dimeja belakang Rosie.
"Kamu ingin es lemon atau hangat?"
Diam. Jimin menoleh dan melihat Rosie yang masih mematung.
"Chae"
"Chaeyoung"
"Apa?"
"Es atau lemon hangat?"
"Oh es saja" Rosie pergi meninggalkan Jimin sendirian didapur.
Rosie mengagumi apartemen Jimin. Sederhana tapi mewah, sedikit barang namun tidak terkesan kosong. Rosie berdiri di depan jendela kaca besar yang mengarah pada kota. Dengan letak apartemen Jimin yang berada di lantai 20 membuat pesona kota dapat terlihat dengan jelas.
Gerimis mulai menjadi hujan dan petir. Saat petir menyambar maka Rosie dengan jelas dapat melihatnya.
"Apa yang kamu lihat?" Jimin datang dengan beberapa makanan yang ia taruh pada meja tengah yang tak jauh dari tempat Rosie berdiri.
"Mendung, hujan, dan petir" Rosie menjawab tanpa menoleh.
"Hei" tangan Jimin menyentuh jemari Rosie perlahan.
"Sudah waktunya makan"
Rosie mengangguk. Mereka berdua duduk dilantai bersandar dengan kaki sofa. Mereka menghadap jendela kaca yang menampilkan hujan karena permintaan Rosie yang jelas tidak bisa Jimin tolak.
Rosie menatap Jimin setelah melihat makanan yang tersaji diatas meja.
"Ramyeon, es lemon, chikin, cola, pizza" Jimin mengucapkan
Rosie masih menatap Jimin untuk penjelasan lebih lanjut.
Jimin yang paham lalu menarik lembut Rosie untuk duduk disampingnya.
"Ada yang salah?"
"Tidak tapi makanannya Jimin"
"Ada apa dengan makanannya? Ayamnya masih hidup?"
Rosie memukul pelan tangan Jimin "Aku tidak bisa makan semua itu"
"Aku juga tidak menyuruhmu untuk menghabiskan semua makanannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance
RomanceJimin dan Rosie itu bagaikan air dan minyak. Sangat tidak mungkin untuk disatukan. Tapi karena perjanjian kolot keluarga membuat mereka harus berada di satu atap yang sama.