Rosie
Sejak saat itu Rosie mencoba memperbaiki diri dengan lebih peduli dengan lingkungan sekitar terutama dengan Jimin.
Rosie akan senang dan bangga ketika melihat wajah segar Jimin saat bangun tidur, saat Jimin makan dengan lahap, dan saat Jimin pulang dengan wajah ceria. Itupun jika mereka bisa bertemu karena kebiasaan hidup yang bertolak belakang membuat hidup di satu atap pun tidak setiap hari bisa melihat satu sama lain.
Jimin belakangan ini sedang sangat sibuk. Rosie bahkan hanya bisa melihat jika Rosie begadang untuk menunggu Jimin pulang dan itu pukul 1 malam. Katanya sedang banyak pemotretan, syuting video klip, dan mengunjungi peragaan busana di berbagai negara. Rosie memaklumi karena Jimin adalah model yang sedang naik daun.
Rosie mengecek ponselnya, tidak ada pesan. Sudah 2 hari Jimin pergi ke New York untuk menghadiri peragaan busana designer terkenal.
Rosie menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya. Jimin tidak ada diapartement membuat Rosie semakin malas pulang. Masalah penulisannya semakin menjadi-jadi. Sepertinya keluarga Rosie ingin menyatakan perang dengannya.
Setelah pemberontakan dengan keluarganya yang terjadi 2 bulan lalu banyak penerbit buku yang tidak mau bekerja sama dengannya, hal itu membuat penulisan Rosie terjebak dalam file dilaptopnya. Pemasukan yang masuk ke studionya hanya mengandalkan novel yang sudah terjual dipasaran. Mungkin untuk sekarang pemasukan akan cukup untuk kebutuhan studio dan 4 karyawannya.
Rosie bersyukur memiliki studio yang tidak begitu besar, jadi dia cukup membutuhkan 4 karyawan.
Tapi jika keadaan tidak mengalami kemajuan maka Rosie tidak akan bisa mencukupi kebutuhan studio dan menggaji karyawannya. Rosie benar-benar berada di posisi yang tidak mengenakan.
Ingin mengeluh tapi dengan siapa, Rosie tidak mau membebani Jimin saat lelaki itu sedang banyak pekerjaan. Teman? Mereka semua bermuka dua karena status keluarganya.
"Punggungku akan patah jika aku tidur dengan duduk" Rosie mengambil kunci mobilnya dan memilih untuk pergi berjalan-jalan sebelum pulang ke apartement.
Malam ini lebih dingin dari biasanya. Rosie memilih mampir ke sebuah kafe yang buka 24 jam. Rosie berjalan dengan tenang. Ketika ia akan menyeberang jalan ke arah kafe matanya melihat seseorang yang dikenalnya tengah duduk didalam kafe dekat jendela kaca besar.
Pencahayaan dari dalam kafe yang memantul ke jalanan membuat Rosie dengan jelas seseorang yang duduk menghadap jalanan.
Park Jimin. Lelaki yang menggunakan pakaian serba hitam dan masker yang diturunkan sampai dagu tengah tersenyum dengan lawan bicaranya. Seorang wanita dengan rambut sebahu.
Lampu lalu lintas berwarna hijau untuk pejalan kaki, namun Rosie masih enggan melangkah.
Matanya masih diam menatap pergerakan Jimin.
Hangat. Itulah perlakuan Jimin yang Rosie lihat. Logika Rosie dipaksa untuk tetap berjalan.
Tangannya mengambil ponsel disaku celananya, mengambil foto Jimin beberapa kali. Lalu menekan tombol telfon pada nomor Jimin.
"Halo"
"Sedang apa?" tanya Rosie.
"Sedang bersantai, kamu sendiri sedang apa?"
"Sedang menulis novel"
"Kamu tetap menjaga kesehatanmu saat aku pergi, hm?"
"Tentu. Jimin, kapan kamu akan pulang dari New York?"
"Em, aku tidak tau tapi aku usahakan secepatnya. Apa kamu sudah merindukanku?"
"Mungkin"
"Hahahaa baiklah tunggu aku sebentar lagi Chae, saat pulang aku akan langsung berlari menemuimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance
RomanceJimin dan Rosie itu bagaikan air dan minyak. Sangat tidak mungkin untuk disatukan. Tapi karena perjanjian kolot keluarga membuat mereka harus berada di satu atap yang sama.