"Kenapa?" tanya Jimin.
Rosie mendekat pada Jimin dan berbisik pelan, "Gaun ini mencekik perutku"
Mata Jimin lalu turun ke arah pinggang dan perut Rosie, tidak terlihat sesak.
"Benarkah? Tapi terlihat baik-baik saja"
"Saat dirumah kamu akan tau"
Orangtua mereka masih sibuk memilah lagi gaun Rosie yang akan digunakan.
Selama itu pula Rosie duduk dengan tidak nyaman. Saat berdiri saja gaun itu sangat ketat apalagi saat duduk.
Jimin yang tau hal mengusap pelan punggung Rosie untuk menenangkan lalu usapan itu turun kearah pinggang Rosie.
"Mau aku mintakan gaun lain?" tawar Jimin. Namun Rosie menggeleng.
"Tidak usah, cukup usapkan saja pinggangku agar sedikit rileks"
Jimin menurut dan terus mengusap pinggang Rosie selama orangtua mereka masih sibuk dengan kegiatannya.
Jimin sendiri sebenarnya kagum dengan Rosie, walaupun sedang dalam kondisi tidak nyaman wanita itu tetap diam dengan anggun. Tidak menampilkan raut wajah kesakitan, bergerak tidak nyaman atau meremas sesuatu untuk menyalurkan rasa tidak nyamannya.
"Apa kamu tidak bisa berhenti menempeli Rosie?" tanya Ayah Jimin.
"Apa ayah bisa berhenti bermanja dengan ibu" like father like son. Jimin puas bisa membalas godaan ayahnya.
"Rosie menurutmu bagaimana gaun yang kamu kenakan? Ibumu yang memilihkannya dan itu sangat cocok. Ibumu sangat mengenalmu ternyata" kata Ibu Jimin.
Rosie melirik ibunya yang tengah tersenyum.
"Aku suka dengan gaunnya, pilihan apapun dari kalian aku akan menerimanya" balas Rosie sopan.
"Baiklah kita mengambil jas dan gaun ini" final Ibu Rosie.
Acara makan malam pun tiba. Berjalan lancar seperti biasa.
Hingga pukul 9 malam akhirnya Jimin dan Rosie bisa menghela nafas lega karena bisa pulang dan merebahkan diri dikasurnya.
Jimin membuka pintu apartement dan diikuti Rosie. Jimin melepaskan jasnya dan menaruhnya di sofa, dasinya juga sudah dilonggarkan entah kapan.
Hanya pergi ke butik dan makan malam tapi Jimin dan Rosie harus menggunakan pakaian formal.
"Lelah sekali"
"Padahal kamu makan yang paling banyak" ledek Rosie dengan melepas high heelsnya.
Rosie ikut mendudukan dirinya disebelah Jimin dengan lengan kanan Jimin sebagai bantalan kepalanya.
Jimin hampir jatuh tertidur sampai lelaki itu mengingat sesuatu.
"Bagaimana dengan pinggangmu Chae?"
Rosie menoleh, "Seperti terbakar"
Rosie berdiri lalu melepas kancing kemejanya hingga perut dan memperlihatkan area perut dan pinggang.
"Wow kamu terlihat seksi"
Rosie menyentil dahi Jimin, "Fokus Jimin"
Jimin menepuk pipinya lalu memfokusnya pikiran. Takut terjadi sesuatu yang diinginkan Jimin tapi akan berakhir dengan tendangan maut Rosie.
Jimin melihat pinggang Rosie memerah dan membekas garis lurus dari atas hingga perbatasan panggul. Jemari Jimin menyentuh pinggang Rosie, "Sakit?"
Rosie mengangguk. Jimin lalu menyuruh Rosie untuk memutar badannya. Dan Jimin melihat bahwa hampir seluruh permukaan punggung bawah Rosie memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance
RomanceJimin dan Rosie itu bagaikan air dan minyak. Sangat tidak mungkin untuk disatukan. Tapi karena perjanjian kolot keluarga membuat mereka harus berada di satu atap yang sama.