Seminggu berlalu dan hubungan Jimin dan Rosie semakin terbuka satu sama lain. Walaupun masih perlu banyak belajar untuk memahami satu sama lain.
Seperti sekarang ini saat Jimin dengan keras menolak untuk memakan sarapannya karena Jimin tidak terbiasa.
"Tidak mau Chae, lidahku masih pahit untuk makan"
Rosie menghela nafas, "Lalu suruh siapa kamu bangun pagi-pagi dan berakhir kamu menjadi lapar lebih cepat. Bangun siang saja seperti biasa"
"Kenapa kamu memarahiku?"
"Aku tidak marah, hanya memberi tahu"
"Tapi kamu seperti marah"
"Aku bahkan tidak meninggikan suaraku"
Jimin cemberut dan masih tidak mau makan. Rosie harus lebih sabar mengahadapi Jimin yang kadang bertingkah melebihi anak kecil. Rosie akui Jimin menggemaskan jika seperti itu, tapi semenggemaskan apapun pasti tetap akan memancing emosi untuk memukul pantatnya.
Jimin jika dipukul pantatnya bukannya marah malah akan meminta lebih. Dasar otak kotor.
"Yasudah tidak usah makan, minum saja jus yang ada di kulkas"
Jimin tidak punya pilihan lain, daripada perutnya kelaparan lebih baik mengganjal perutnya dengan jus.
Jimin meminum jusnya dan Rosie memakan sarapannya.
"Chae kamu ingat 2 minggu lagi kita akan bertunangan"
"Benarkah?" tanya Rosie.
Jimin langsung berhenti meminum jus dan memegang dadanya berpura-pura tersinggung, "Bukankah kamu terlalu jahat hingga melupakannya?"
Rosie hanya mengehela nafas pelan. Jimin dan petingkahnya yang luar biasa sudah menjadi makanan sehari-harinya.
"Aku juga tau jika kamu melupakannya, tidak usah berpura-pura" balas Rosie.
"Aku tidak"
"Kamu iya"
Rosie lalu menunjukan pesan ibu Jimin yang mengatakan Jimin lupa untuk mengambil cincin pertunangan padahal pemilik toko sudah mengingatkannya.
Jimin lalu tersenyum manis untuk menutupi rasa malunya.
"Apa yang akan kita lakukan saat pertunangan?" tanya Rosie jujur karena wanita itu memang tidak tau apa-apa tentang pertunangan. Semua sudah diurus keluarga. Rosie hanya perlu duduk manis.
Jimin melipat tangannya diatas meja, "Aku juga tidak tau"
"Menurutmu apa kita hanya perlu duduk dan tersenyum saat dipertunangan, Chae?"
"Aku tidak tau, aku belum pernah bertunangan sebelumnya"
"Aku juga, jadi kita berdua adalah pemula"
Percakapan yang tidak berbobot sama sekali.
Hari libur yang akan dihabiskan dengan tidur seharian harus Jimin urungkan karena keluarganya dan keluarga Rosie mengajak makan malam bersama. Sebelum itu mereka akan pergi ke butik bersama. Melelahkan sekali, padahal belum dilakukan tapi Jimin sudah lelah duluan.
"Kamu sedang apa?" Rosie takjub melihat posisi Jimin yang tidur terlentang di sofa. Apa tidak susah?
"Sedang mengumpulkan energi suci agar aku dapat menggerakan tubuhku"
Rosie tertawa pelan dan duduk disofa depan Jimin.
"Apa kita tidak sedang buru-buru?" tanya Jimin.
"Tidak juga, kita harus sampai di butik 30 menit lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance
RomanceJimin dan Rosie itu bagaikan air dan minyak. Sangat tidak mungkin untuk disatukan. Tapi karena perjanjian kolot keluarga membuat mereka harus berada di satu atap yang sama.