Chapter 12: This is the End (Isn't it?)

423 50 0
                                    

"Actor New Thittipoom Thecaapaikhun Berhenti dari Dunia Keartisan yang Membesarkan Namanya..."

"New Thittipoom Hengkang dari Dunia Showbiz, Berikut Perjalanan Karirnya..."

"Memutuskan Berhenti, New Thittipoom Menyikapi Skandal Kencan dengan..."

"Terlibat Skandal Kencan, New Thittipoom Berhenti..."

read more

***

Tay Tawan membanting tablet di tangannya ke atas sofa beludru coklat yang tengah ia duduki. Kekesalan memenuhi kepalanya disaat dia selesai membaca salah satu dari puluhan artikel yang memuat tentang kabar pengunduran diri New dari dunia hiburan.

Semuanya terjadi begitu cepat sehingga Tay tak sempat benar-benar mencerna keadaan. Tiba-tiba saja dirinya terbangun pagi ini karena ponselnya tak henti-henti berdering. Saat ia menerima panggilan dari Krist, Tay merasa baru saja terbangun dari mimpi.

Rasanya begitu membingungkan. Seolah dia kesulitan membedakan kenyataan dan mimpi buruk. Karena apa yang Krist sampaikan padanya melalui telephone pagi itu tak ubahnya sebuah mimpi buruk bagi Tay.

"Phi Tay, Phi New sudah pergi..."

Hanya satu kalimat itu, tapi Tay merasa dirinya baru saja di terjunkan dari tepi jurang. Dadanya terasa tak nyaman. Perasaan itu datang lagi, membuatnya pening.

Sungguh tak pernah terpikirkan olehnya bahwa New akan mengambil langkah besar seperti ini. Bahwa pria itu akan dengan suka rela melepaskan impian yang pernah mereka bangun bersama.

Ya. Impian mereka. Menjadi aktor adalah mimpi Tay yang dia paksakan pada kawannya itu semenjak mereka masih menempuh ilmu di universitas yang sama. New tidak pernah menolak idenya untuk menjelajah dunia seni peran sedemikian rupa. New juga selalu tampak bersemangat setiap kali mereka menghadiri casting bersama. New menyukai dunia ini sama besarnya seperti Tay. Atau itulah yang Tay pikirkan.

Mengingat masa-masa perjuangannya dengan New beberapa tahun lalu membuat kepalanya semakin sakit. Terlebih setelah berusaha menghubungi New untuk yang entah keberapa kalinya pagi itu, Tay masih belum bisa menjangkau pria itu. Dan semua itu hanya menambah tingkat stressnya.

Sekali lagi suara ponselnya memecah keheningan di apartemennya. Tay mengambil benda pipih itu dari atas meja kopinya. Melihat nama Gun terpampang di layarnya, Tay memilih meletakan kembali ponselnya.

Entahlah...

Tay hanya merasa tidak ingin berbicara dengan Gun, atau siapapun saat ini, kecuali dengan New Thittipoom. Keadaannya sedang kacau dan Tay butuh jawaban dari semua kebingungan ini yang kini menderanya. Dan New adalah satu-satunya yang bisa menjawabnya.

Sejak kejadian di agency beberapa hari lalu, Tay memang memilih mengurung diri dikamarnya. Dia tidak pergi bekerja. Beberapa jadwalnya dibatalkan karena Tay menolak hadir. Tay juga menolak semua orang yang ingin menemuinya, termasuk Gun dan managernya, Phi Yui.

Pikirannya berkelana untuk beberapa saat, sebelum Tay akhirnya memutuskan melakukan sesuatu. Dia pikir dia tidak akan bisa diam saja dan menunggu. Jika New memilih pergi begitu saja tanpa memberitahunya, pria itu pasti memiliki sesuatu yang dia tidak ingin Tay ketahui.

Karena sejauh ingatannya, New tidak akan pernah menyembunyikan apapun darinya.

Jadilah Tay memutuskan untuk menyudahi kesenduannya. Pria itu bergerak cepat. Mandi dan berganti pakaian. Bersiap mencari jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

***

"Phi..."

Suara itu mengagetkan Singto yang tengah berada di salah satu ruang meeting di kantor agensinya.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang