Chapter 14: Revealing The Secrets

420 52 5
                                    

Setelah hari yang terik, hujan tiba-tiba mengguyur kota Bangkok dengan derasnya. Off Jumpol tengah berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke taman belakang rumahnya. Secangkir kopi di tangan kanannya. Asap yang terlihat mengepul menandakan suhu udara menurun dan diluar sana pasti terasa sangat dingin.

Off kerap kali mendapati dirinya menatap kosong ke hamalan belakang rumahnya yang dihiasi tanaman hias dan rumput hijau. Tidak terlalu luas memang, tapi dia mendapati dirinya merasa tenang memandangi ruang hijau itu.

Semenjak kepergian New, yang mana baru beberapa hari, Off merasakan kekosongan di dadanya. Ia tak menyangka bahwa dia telah memberi perhatian sedalam itu pada seseorang dalam waktu yang terbilang singkat.

Meski sebelumnya mereka memang berteman, tapi setelah memutuskan menjauh dari New beberapa waktu lalu. Off tahu hubungan mereka benar-benar mendingin dan canggung.

Tapi setelah apa yang terjadi dua minggu belakangan ini. Off merasa mendapatkan kembali sosok sahabatnya yang dulu di sisinya.

Sayang sekali New harus pergi lagi darinya. Off bahkan tidak tahu kemana New memilih menyepi. Ia tak diberi kesempatan mengantarkan kepergian pria itu. Off hanya tahu kalau New sudah pergi.

Dia kecewa. Tentu saja.

Off berpikir setelah kedekatan mereka yang intens beberapa waktu belakangan, hubungannya dengan New telah berkembang. Dirinya adalah satu-satunya orang yang seharusnya New percayai untuk diberitahu mengenai tempat yang akan dia tuju selama masa 'libur'-nya ini.

Tapi mengetahui sifat New, Off tak bisa menyalahkan pria itu karena merahasiakan semua ini darinya. Ia bahkan yakin tak ada seorangpun yang tahu tempat yang New pilih sebagai persinggahannya itu.

Off menghela nafas berat. Udara hangat yang dia hembuskan membuat jendelanya beruap. Entah mengapa melihat hujan diluar sana yang turun dengan derasnya, hatinya merasa melankolis.

Itu, sebelum ia terbelalak menyaksikan seseorang melompat turun dari atas pagar belakang rumahnya. Off menggerutu, mengutuk tamunya yang tak punya sopan santun.

Ia berjalan dari sisi belakang ruangan, tak lupa meletakan cangkir yang masih di pegangnya di meja kopi ruang tamu yang dia lewati, sebelum akhirnya mengintip dari intercom tamu tak diundang yang berani mengganggu waktunya menggalau itu.

Off mengerjit. Setengah terperangah dan setengah kesal.

Out of everyone that he wishes will be visiting him at a time like this, Tay Tawan was not on the list. So he was really surprised to see Tay standing on the other side of his door, soaking wet from the rain. Obviously, because Tay jumped up his fence to actually got here.

Because he remembered perfectly that he has told his guard to not let anyone get in. Yes, he finally hired a security guard after all that happened with him and New the other day. He actually didn't want to be bothered by anyone right now.

Especially by Tay Tawan.

Mungkin kemarahan Off kepada kawannya itu sudah mereda. Ia tak lagi merasa berapi-api saat harus bertatap langsung dengan pria itu. Tapi Off juga masih belum ingin bertemu dengan Tay. Nuraninya masih merasa ini semua tak adil untuk New.

How come he and Tay get to stay and live their lives like nothing ever happened, while New has to lost everything and even has to leave his lives here behind. He still thinks it wasn't fair.

Dan Off tidak yakin, jika dia dan Tay bisa menahan diri untuk tidak menghadiahi satu sama lain dengan paling tidak satu tinju sebelum benar-benar berbicara selayaknya dua manusia yang beradab.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang