Part 28: An Ending

318 29 7
                                    

December 24th,

18.15 (GMT+2) Helsinki Time

Wayar International Hotel Conference Hall

Ingat saat seorang bernama Luke memberitahu mereka mengenai makan malam perusahaan yang akan diadakan oleh keluarga New?

Disinilah Tay Tawan beserta rombongannya berada. Di meja bundar, dipojok ruangan, yang berada sangat jauh dari panggung, dimana sosok New tengah berdiri memberikan sambutan dan ucapan selamat natal kepada semua pegawainya.

Ya, karena mereka adalah tamu undangan tidak terencana, yang mana membuat segalanya harus dipersiapkan secara mendadak karena kedatangan mereka yang tiba-tiba itu.

Tawan sama sekali tak protes dengan penempatan duduk mereka. Hell, dia tidak perduli soal itu. Dia sudah sangat bersyukur dengan kenyataan bahwa setelah pertemuan tak terduganya tadi pagi dengan New dan Joss, ya, Tay akhirnya mengingat pria tinggi itu sebagai adik tiri New,  New memutuskan mengajak mereka menghadiri makan malam ini.

Joss tentu saja tak senang dengan pengaturan tambahan diluar rencana itu.

Tapi New sepertinya tidak dapat dijauhkan dari ketiga remaja yang sibuk bergelayut padanya. Rindu. Anak-anak itu jelas-jelas sangat merindukan sosok New dalam keseharian mereka.

Tay mengalihkan pandang dari panggung ke sekelilingnya. Semua orang tampak mengagumi sosok yang tengah menyampaikan pidato singkat itu. Pun dengan ketiga anak asuhnya, Singto, dan bahkan Krist. Mata mereka semua tertuju pada New.

Tay tak dapat memungkiri betapa dia ingin berlari dan memeluk pria itu dalam dekapan panjang, namun menyadari pertemuan mereka yang canggung, tentu saja semua itu hanya tinggal di angannya.

Dan entah harus sedih atau senang, ketiga anaknya sibuk memonopoli New, sehingga dia tidak punya waktu dan ruang untuk berbicara dengan pria itu secara empat mata. Yang mana jika dipikir-pikir lagi, Tay tidak tahu bagaimana harus menghadapi New sendirian.

Jadi, Tay mungkin harus berterima kasih kepada anak-anak itu nanti.

Tay selalu tahu New adalah orang yang luar biasa. Pria itu cerdas dan cekatan. Tidak pernah sekalipun Tay meragukan kesuksesan New dimana pun pria itu berkarir.

Tapi melihat sosok New di atas panggung itu, pria itu serasa tak terjangkau.

Katakan saja saat ini dia tengah minder. Bagaimana tidak?

Meski keluarganya di Thailand juga cukup berada dan Tay sendiri juga tak pernah kekurangan, namun jika dibandingkan dengan keluarga New yang duduk di satu meja di bagian tengah tepat di depan panggung, jujur saja hal itu membuat nyalinya ciut.

Joss sepertinya tidak terlalu menyukai dirinya karena kesalahpahaman yang melibatkan mereka tadi pagi dan Tay belum bertemu orang tua New sampai saat ini.

Perasaannya yang begitu campur aduk membuatnya mual dan tak selera menyentuh hidangan yang tampak lezat tersaji di depannya. Dia hanya mampu mengusap peluh sebesar biji jagung yang diam-diam mulai terbentuk di pelipisnya.

***

"New, Joss said your friends come to visit us?"

New tersentak dengan pertanyaan sang ayah ketika dirinya baru saja kembali duduk di samping pria paruh baya itu. New menatap Joss sengit sementara pria itu hanya membuang muka, menghindari tatapannya.

New berdeham sejenak, "Yes, Dad. They came from Thailand. Do you remember Tay?"

Ayah New tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Right. Tay comes to visit with some of our friends to spend the holidays here." karangnya.

Melihat ayahnya mengangguk, New pikir dirinya sudah selesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang