Chapter 10: Grow Apart

401 53 0
                                    

Tay Tawan tidak pernah melihat sosok sahabatnya semarah itu sepanjang pertemanan mereka yang telah berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun.

Tay yang pada saat itu masih berada di ruang pertemuan, tiba-tiba dikagetkan dengan suara pintu yang terbanting keras dibelakangnya. Sebelum dia sempat bereaksi, sepasang tangan telah lebih dulu menarik kerah kemeja putih yang dikenakannya. Dia dipaksa berdiri dan berhadapan langsung dengan sepasang orbit segelap jelaga yang menatap marah kearahnya.

Matanya mengerjap beberapa kali. Berusaha meyakinkan diri bahwa tangan kuat yang tengah mencengkram lehernya adalah sepasang tangan milik Off Jumpol. Pria itulah yang tiba-tiba masuk ke ruang pertemuan itu dan menerjangnya tanpa peringatan.

"O-Off, apa yang kau lakukan?!" kagetnya. Tay berusaha melepaskan cengkraman Off pada kerah bajunya. Beberapa orang yang juga berada di ruangan itu bersama Tay, berteriak kaget menyaksikan interaksi menegangkan antara Tay dan Off.

Off sepertinya sudah kehilangan akal karena tak lagi memperdulikan semua mata dan kamera yang tertuju padanya. Dia tak sama sekali melonggarkan cekalannya dari kerah baju milik Tay. Tay harus bersusah payah membuat Off mau melepaskannya atau paling tidak melonggarkan sedikit pegangannya karena Tay mulai merasa dia kesulitan mengambil nafas.

"O-Off, le-lepaskan a-aku!" serunya tertahan. Seorang datang mendekati keduanya dan berusaha melerai kejadian itu. Tapi Off tak bergeming. Tatapannya masih tertuju pada Tay dan jika saja tatapan bisa membunuh, Tay sangat yakin dirinya pasti sudah mati saat itu.

Off sangat-sangat marah dan kemarahannya jelas tertuju pada Tay. Entah apa alasannya, Off pasti merasa dirinyalah yang bertanggung jawab akan hal itu, sehingga membuat temannya itu menyalurkan seluruh emosi kepadanya.

Tay melihat sosok yang tadi berusaha melerai Off darinya itu kembali mencoba memisahkan mereka. Tapi entah kenapa, Tay merasa pria itu tidak bersungguh-sungguh ingin dirinya dilepaskan dari cengkraman Off. Karena sorot mata pria itu saat melirik padanya menunjukan bahwa dia belum puas melihat Tay tersiksa.

"S-Singto, to-long ak-aku!" Tay berusaha membuat pria itu melepaskannya. Sialan, Off Jumpol! Sejak kapan tenaga pria itu menjadi begitu besar padahal dia tidak pernah terlihat tertarik berolahraga sama sekali?!

"Phi Sing! Apa yang kau lakukan?!" Tay tidak pernah merasa dirinya sebersyukur itu saat melihat Krist memasuki ruangan dan meraung marah menyaksikan apa yang terjadi kepadanya. Dengan kedua tangannya Krist berusaha menarik Singto dan Off menjauh dari Tay.

Tay akhrinya bisa lepas dari cengkraman Off. Dia jatuh terduduk di lantai beralas karpet berwarna abu dan tersengal mengambil oksigen memasuki paru-parunya. Dia hampir merasa dirinya akan mengalami panick attack sebentar lagi, jika saja dia tidak melihat siapa yang berusaha membantunya berdiri.

New Thittipoom ada disana. Membantunya bangun dan mendudukannya di salah satu kursi. Tay yang masih dalam keadaan setengah linglung pun tak luput memperhatikan kehadiran pria itu. Seisi ruangan berubah menjadi senyap. Hanya helaan nafas keras yang saling beradu terdengar di telinganya.

Tay mengedarkan pandangannya. Semua orang masih tampak ngeri setelah melihat apa yang baru saja dia alami. New berdiri di dekatnya dalam diam. Pria itu menatap ke sisi lain ruangan, dimana Off tengah berdiri dan dipegangi oleh salah seorang karyawan pria di agency mereka, dan di sebelahnya Singto nampak berdiri dengan wajah tak kalah dingin. Tangan pria itu juga tengah dipegangi oleh Krist. Tay benar-benar tak memahami apa yang terjadi dan sebersit rasa marah mulai menggerogoti kesadarannya. Dia merasa tak pantas menerima perlakuin semacam ini dari sahabat-sahabatnya.

"Apa-apaan itu tadi, Off Jumpol?!" Tay berteriak marah dengan suaranya yang terdengar serak. Matanya tak luput menatap mata Off yang masih menyala marah menatapnya. Pria keturunan Tionghoa itu tak bergeming. Hanya tatapannya saja yang memperlihatkan semarah apa pria itu padanya.

"Tay, sudah cukup. Aku minta maaf. Phi Off sedang kesal karena pembicaraan kami dengan Phi Tha." New memecah ketegangan di ruangan itu. Tay yang tadinya hanya terfokus pada Off kini beralih menatap New. Pria itu terlihat benar-benar sedih dan terluka atas apa yang terjadi. Tapi masih bisa menampilkan seulas senyum untuknya. Benar-benar New Thittipoom ini!

"Ijinkan aku yang meminta maaf atas semua kekacauan ini. Maafkan aku Tay." New tersenyum padanya, kali ini lebih lebar. Tapi entah kenapa senyum itu justru membuat hatinya sakit dan kemarahannya semakin terasa.

"Maafkan aku, Nong Gun." New mengalihkan pandangannya pada Gun, yang masih tampak shock. Pria mungil itu berdiri di sisi lain ruangan dengan pandangan yang amat terluka. Ia bahkan tak ingin menatap New.

"Maafkan aku juga, Krist. Sing, tolong kendalikan dirimu. Maafkan aku semuanya karena sudah membuat kalian khawatir." Kali ini New menatap seisi ruangan itu. Semua orang tampak menunduk menghindari tatapannya. Tay merasa sedih melihat New yang diperlakukan seperti itu.

"Hentikan, New." Tay berusaha menggapai tangan New, tapi seseorang telah lebih dulu menepis tangannya. Sosok Off kini telah berdiri di antara dirinya dan New. Dan Tay tak bisa merasa lebih geram lagi.

"Apa masalahmu, Off?!" teriaknya. Off tak bergeming. Ia berdiri di depan New, seolah pria itu adalah perisainya. Lalu Off kembali meraih kerah lehernya. Kali ini Tay menantanganya dengan memegang pergelangan tangan Off kuat-kuat.

"Masalahku?" geram Off. "Kau! Kalian semua di ruangan ini adalah masalahnya! Brengsek!" Off hendak melayangkan tinjunya. Tay bahkan sudah terpejam menanti hadiah bogem mentah dari pria itu. Orang-orang berteriak dan terpekik kaget.

Tapi setelah beberapa detik, tak ada apapun yang terjadi. Tay membuka matanya dan melihat tangan lembut New yang tengah memegangi kepalan tangan Off tepat di depan matanya.

"Phi Off, cukup. Ku mohon hentikan." Tay tidak pernah melihat New memohon kepada siapapun. Tidak padanya, bahkan saat mereka masih menjalani peran sebagai pasangan dalam drama sekalipun. Dan secuil hatinya merasa tercubit oleh kenyataan itu.

"Jangan menjadikanku orang yang semakin jahat karena merusak persahabatan kalian, Phi Off. Aku akan sangat berterima kasih kalau Phi Off mau membawaku pergi dari sini sekarang juga." New berkata dengan lirih. Tangannya perlahan menurunkan tangan Off yang masih teracung. Menggenggamnya erat seolah berusaha menenangkan priai itu. Lagi-lagi Tay dibuat tercengang dengan interaksi keduanya yang tampak sangat akrab di matanya.

Dan seolah tersihir, Off melupakan sisa kemarahannya begitu saja dan meski wajahnya masih tampak penuh kebencian, Off menarik New dengan lembut keluar dari ruangan itu. Mengabaikan tatapan penuh tanya semua orang. Dan meninggalkan sebuah rasa kosong di dalam hati seorang Tay Tawan.

Setelah punggung kedua orang itu tak nampak lagi, Tay jatuh terduduk di kursinya. Semua mata kini kembali menatapnya. Mereka membuatnya semakin tidak nyaman karena tatapan mereka menyiratkan rasa penasaran, rasa kasihan dan kebingungan yang sama seperti miliknya.

Tiba-tiba tanpa banyak kata Singto juga meninggalkan ruangan itu, membuat semua orang semakin kebingungan. Sementara Krist yang ditinggalkan dibelakang, menatapnya sedih. Tay memahami tatapan itu, juga senyum kecil yang coba Krist tunjukan untuk menguatkannya. Itu seperti apa yang dirasakannya di dalam hati. Kecewa dan kebingungan.

Tapi, kenapa?

Tay terdiam merenungi dirinya cukup lama,sehingga luput memerhatikan satu sosok yang sejak tadi tak tampak menunjukan reaksi apa-apa di sisi lain ruangan itu.





Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang