Chapter 20: Never Tried to Understand The Villain

385 55 8
                                    

Gun Atthaphan berpapasan dengan Singto Prachaya dan Krist Perawat di tangga masuk gedung agensinya. Dari jauh, Gun memperhatikan Singto yang berjalan lurus ke arahnya dengan tatapan yang seolah siap mengulitinya saat itu juga. Krist tampak berusaha mengejar Singto dengan berjalan lebih cepat, tapi pemuda itu tak bisa mengimbangi langkah Singto yang cepat dan tegas.

Gun mengerjit heran. Terpikir olehnya mungkin kedua orang itu tengah berselisih paham. Tapi semakin dekat Singto ke arahnya, Gun semakin yakin pria itu memang memancarkan aura membunuh itu padanya. Hingga akhirnya mereka saling berhadapan.

Dari segi apapun dilihat, orang yang ada dihadapannya saat ini sedang teramat murka. Dan kemurkaan itu jelas ditujukan padanya.

"Sing, hi?" Sapa Gun berusaha mengenyahkan rasa tak enaknya melihat ekspresi Singto yang semakin keras. Gun sempat melirik Krist yang tersenyum canggung dan berdiri di belakang pria berkulit tan itu.

"Are you guys okay?" Tanya Gun. Singto tak menjawab, tapi sekilas Gun melihat pria itu mengeratkan kepalan tangannya, sebelum Krist buru-buru menggenggamnya dan menarik Singto pergi dari hadapannya.

Merasa semakin aneh karena ia ditinggalkan begitu saja, Gun mengangkat kedua bahu rampingnya, mencoba mengenyahkan perasaan tak nyaman yang sejak tadi dia rasakan.

Ia melanjutkan langkahnya memasuki gedung agensinya. Hari ini dia memiliki janji temu dengan Direktur dan juga management untuk membahas proyek barunya bersama Off.

Ya. Gun memutuskan menerima tawaran untuk bermain peran dengan Off lagi. Toh, yang dikatakan managernya ada benarnya. Dia dan Off masih terlibat kontrak selama satu tahun ke depan. Mau tidak mau, Off yang akan menjadi pasangannya di depan layar.

Soal Tay...

Gun menghubungi pria itu beberapa hari lalu, tapi responnya masih dingin. Tentu saja hal itu membuatnya muak. Gun harus bicara pada pria itu. Jadi dia sudah meminta Tay untuk menungunya di apartement pria itu. Gun akan mendatanginya nanti setelah semua urusannya disini selesai.

Begitu sampai di lantai yang dia tuju, Gun langsung memasuki ruang pertemuan yang memang sudah diberitahukan padanya. Saat membuka pintu, Gun sedikit kaget karena menemukan semua orang sudah disana. Ada Off, Direktur Tha, beberapa orang dari bagian management dan managernya, P'Kwang.

"Uhm, apakah aku terlambat?" tanyanya tak enak. Ia menatap raut wajah tak mengenakan semua orang. Terutama managernya yang terlihat amat tertekan.

"Masuklah." Suara datar P'Tha menyambutnya. Gun berjalan memasuki ruangan itu dan memilih duduk di samping managernya.

Ia sempat menatap managernya penuh tanya, tapi managernya hanya memberinya gelengan dan remasan di tangannya.

Off duduk tidak jauh dari Gun, berhadapan dengan tim management lainnya. Sementara P'Tha berada di ujung meja panjang itu.

Semua orang terdiam beberapa saat. Suasana yang tidak mengenakan itu kemudian membuat Gun merasa dia harus mengatakan sesuatu. Udara di ruangan itu terlalu mencekik sehingga dia merasa kesulitan bernafas. Ditambah lagi semua orang disana menatapnya aneh.

"Apa ada sesuatu yang terjadi? Kenapa kalian semua menatapku seperti itu?" Tanya Gun.

Off terdengar menghela nafas berat. Merasa kesulitan berada dalam situasi serupa seperti yang pernah dialaminya beberapa waktu lalu bersama New. Bedanya sekarang, dia seharusnya menjadi salah satu dari yang menghakimi. Bukan yang dihakimi.

Tapi sekalipun ingin menghakimi Gun seperti semua orang di ruangan itu, Off justru merasa dirinya memahami pria kecil itu. Dan hatinya terasa berat apabila harus menempatkan Gun dalam posisi bersalah.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang