Chapter 17: A Rose Full of Scars

382 46 6
                                    

Sudah sangat biasa bagi seorang Gun Atthaphan untuk menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Semua perhatian itu tidak lagi membuatnya terkejut. Tapi juga tidak membuatnya bahagia. Rasanya hambar. Sehambar senyum yang saat ini coba dia layangkan di tengah-tengah interview untuk sebuah majalah fashion ternama.

Dia berusaha menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya dengan antusias, tapi sesuatu terasa membebani  pikirannya hingga dia ingin semua ini segera berakhir. Gun berulang kali melirik ke arah managernya yang menunggu di dekat panggung, mengisyaratkan bahwa dia sudah tidak tahan lagi.

Managernya bergerak cepat untuk kemudian meminta waktu istirahat untuknya. Gun berjalan cepat meninggalkan lokasi interview. Dia butuh udara segar.

"Nong Gun, ini sudah yang ketiga kalinya dalam satu bulan terakhir. Apa yang sebenarnya mengganggu pikiranmu?" Managernya, P'Kwang, bertanya ketika berhasil menyusul Gun ke belakang studio tempat interview itu diadakan.

Gun berjongkok di dekat pintu keluar. Punggung kecilnya bersandar di dinding penuh graviti warna-warni. Gun tak mengindahkan pertanyaan managernya. Tangannya sibuk merogoh saku dalam jaket yang dia kenakan, mengambil sekotak rokok yang dia sembunyikan disana. Dia memang membutuhkan nikotin untuk menenangkan diri saat ini, atau dia akan meledak sebentar lagi.

Managernya hendak menghalangi niatnya menyulut benda itu. Karena mengkhawatirkan kesehatan dan juga reputasi Gun yang selama ini dikenal sebagai aktor baik-baik yang tidak merokok dan minum-minuman keras. Citra yang bersih sangat bagus untuk karirnya dan cocok untuk mendukung penampilannya yang polos dan manis.

Tapi melihat betapa keruhnya wajah anak asuhnya itu, P'Kwang tidak tega untuk melarangnya. Toh Gun sudah cukup dewasa untuk tahu apa yang baik dan tidak baik untuk dia lakukan. Dan lagi, Gun tidak merokok setiap hari. Hanya sebagai pelampiasan saat sedang stress saja. Seperti sekarang ini.

"Nong Gun, katakan pada Phi apa yang mengganggu pikirinmu. Phi sudah melakukan semua yang Nong Gun minta. Seharusnya Nong Gun tidak merasa stres atau tertekan seperti ini lagi. Apa ada hal lain yang membuatmu tidak senang? Katakan saja pada Phi, Phi akan mengurusnya untuk Nong Gun."

Gun menghembuskan asap rokok tebal dari mulut dan hidungnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat sarkastik. Ia melirik managernya dari ujung matanya.

"Bisakah Phi membuat P'Tay tidak meninggalkan ku?" katanya datar.

Managernya terdiam. Tentu saja. Itu hal yang mustahil. Mengatur perasaan seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dia lakukan.

Gun menghisap rokoknya lagi. Kali ini menarik nafas dalam-dalam, menikmati hangat asap penuh nikotin itu merasuki rongga paru-parunya.

Tidak ada kata yang terucap lagi di antara keduanya. Gun sibuk menenggelamkan diri dalam kegalauannya, sementara sang manager sibuk merencanakan sesuatu untuk membuat Gun merasa lebih baik.

"Haruskah kita menerima tawaran series baru itu?" Tanya P'Kwang. Gun tak bergeming.

"Ku dengar dari managernya, Off akan menerima project ini. Ku rasa ada baiknya kalian memulihkan image kalian sebagai pasangan melalui series ini."

P'Kwang tak mendengar jawaban dari Gun, karena pria itu hanya mendengarkannya dengan acuh tak acuh. Ini adalah salah satu sisi dirinya yang jarang diketahui orang lain. Gun yang dingin dan acuh pada sekitarnya.

"P'Tha masih marah padaku." suara Gun terdengar serak.

"Jangan khawatirkan dia. Aku akan mengurusnya. Lagipula, kau dan Off masih memiliki kontrak kerja sebagai pasangan untuk setahun ke depan. Jadi mau tidak mau, project couple ini memang harus kalian terima." Bujuk Kwang.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang