Chapter 19: Fake Protagonist

407 66 14
                                    

Siang itu Singto berjalan dengan tergesa di koridor agensinya dengan Krist yang mengekor dibelakangnya dengan wajah khawatir.

Singto tadinya sedang bersantai menikmati waktu libur bersama Krist di apartemen pria itu, ketika ponselnya yang sejak pagi tergeletak di meja kopi milik Krist berbunyi nyaring beberapa kali. Singto awalnya berniat mengabaikan panggilan itu. Namun saat melihat nama Off Jumpol muncul di layarnya, Singto terheran sendiri.

Ada apa Off menghubunginya?

Sejak New pergi, hubungannya dengan beberapa orang di agensi mereka tidak lagi sama. Terutama dengan Off dan Tay. Singto yang mengetahui bahwa Off yang terlibat skandal dengan New, membuatnya merasa marah pada pria itu. Karena secara tidak langsung, Off terlibat dalam permasalahan yang menimpa New. Sehingga membuat New pergi. Meski New menolaknya berkali-kali, tapi Singto sangat mengasihi pria itu. Dia tidak suka ada yang membuat New terluka.

Jadi wajar saja jika dia mengabaikan telephone dari Off beberapa kali, sebelum kemudian menyerah karena Off tidak berhenti menghubunginya, meski sudah diabaikan sebanyak lima kali olehnya.

Off tidak bicara banyak, tidak seperti dia yang biasanya. Singto mendengar kepanikan dalam nada suaranya, serta keseriusan dalam setiap kata yang diucapkannya. Seolah memastikan Singto tahu bahwa pria jangkung itu tidak sedang bercanda.

'Datanglah ke agensi. Ini soal New.'

Hanya kalimat itu yang terus terulang di kepalanya. Bahkan setelah Off menutup telephonenya beberapa saat, Singto tetap diam, membiarkan benda pipih itu menempel di sisi wajahnya. Sampai-sampai Krist yang datang dengan beberapa camilan dari dapurnya menatap Singto dengan heran.

Lalu tanpa menjelaskan apapun, dia menarik Krist untuk mengikutinya pergi. Dan disinilah mereka sekarang. Di agensi yang telah menaungi mereka selama beberapa tahun belakangan ini.

Dengan langkah pasti, Singto menuju ke salah satu ruangan yang sudah diberitahukan padanya oleh Off tadi, mengabaikan sapaan beberapa orang yang tak sengaja berpapasan dengannya di koridor. Krist hanya mengkutinya dalam diam, tersenyum tak enak hati pada setiap orang yang diabaikan oleh Singto.

Krist tak berani bertanya. Singto tampak sangat emosi saat ini dan dia tidak ingin semakin merusak mood pria itu. Krist takut dia belum mampu menangani kemarahan pria itu.

Hanya New yang tahu bagaimana menenangkan seorang Singto dahulu.

Karena Singto hampir tidak pernah menunjukan kemarahannya pada Krist. Singto selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Tidak pernah marah sekalipun padanya. Selalu mengalah dan bersikap lebih dewasa. Ya, Singto selalu memperlakukannya selayaknya seorang adik yang sangat disayanginya.

Mengenang itu, Krist tersenyum sendu. Teringat bagaimana dia pernah sangat cemburu dengan kedekatan New dan Singto dulu. Karena Singto bisa bersikap sangat berbeda ketika bersama New. Dia jadi lebih manja, Singto senang merajuk dan mencari perhatian New dan New akan dengan senang hati memberikannya pada Singto. Tapi sekarang Krist sadar, dia berada di posisi yang sama dengan Singto. Sama-sama mencintai orang yang tidak mencintai kita.

Aneh sekali rasanya mengingat bagaimana dia dulu enggan dekat dengan New, hanya karena dirinya cemburu Singto lebih dekat dengan New. Padahal semua orang tahu bagaimana New dan Tay Tawan tidak terpisahkan sebelum Tay menjalin hubungan dengan Gun.

Padahal Krist sadar New memperlakukan Singto sama seperti Singto memperlakukan dirinya selama ini. New menyayangi Singto selayaknya saudara. Sama seperti Singto yang mengasihinya seperti seorang 'adik'. Kalau dipikir-pikir, cemburu pada New benar-benar suatu kebodohan. Krist menyesali itu sekarang, tapi sepertinya keinginannya untuk meminta maaf pada pria yang tiga tahun lebih tua darinya itu tidak dapat segera terlaksana. Dia bahkan tidak tahu New ada dimana sekarang.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang