Chapter 23: Angels Like You

419 50 15
                                    

Ada alasan kenapa setelah semua yang terjadi, Off tetap tinggal di sisi Gun. Meski pria itu tampak membenci kehadirannya.

Gun Atthapan akhirnya sadar dari tidurnya dua hari kemudian. Off adalah satu-satunya orang yang tidak meninggalkan sisinya selama masa kritis itu. Tapi sepertinya keberadaan pria itu menjadi kasat mata bagi Gun. Karena sejak pria itu terbangun, Gun tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Off atau pada siapapun yang kebetulan datang dan menengok keadaannya.

Seringnya, Gun hanya akan menatap kosong pada langit-langit kamar rawatnya yang berwarna pucat membosankan. Sementara Off akan tetap diam di sana, di kursi tunggu di samping ranjangnya. Duduk dengan tenang, kadang membaca buku, atau kadang menceritakan hal-hal lucu yang dia dapati ketika rekan dan kerabat Gun datang berkunjung. Yang sayangnya, tak mendapat respon apapun dari Gun.

Siang ini juga sama.

Saat perawat berjalan masuk ke kamar inap VIP milik Gun dengan mendorong troli berisi makan siang untuk Gun, Off-lah yang menyambut kedatangan perawat itu dengan ramah, sedangkan Gun menatap kosong ke arah jendela kamarnya yang tertutupi tirai berwarna putih tipis. Seolah apapun yang tengah ditatapnya saat ini lebih menarik dibandingkan presensi manusia lain di dalam ruangan itu.

Off menghela nafas berat. Dia harus bersabar. Pasti butuh waktu cukup lama bagi Gun untuk menerima apa yang telah terjadi. Off telah mencoba memahami Gun selama ini. Dan dia akan berusaha lagi untuk pria itu.

Perawat itu pergi setelah meletakan makan siang Gun di meja nakas di samping tempat tidurnya. Off berjalan ke sisi itu dan berdiri di samping Gun yang terbaring memunggunginya.

"Gun..." Panggilnya lembut.

"Ayo makan dulu..."

Off tak mengharapkan kata balasan. Dia paham bahwa Gun masih belum ingin berbicara dengan siapapun. Namun biasanya, Gun akan merespon dengan gerakan. Pria itu akan duduk dengan pelan dan menanti makanan di sajikan di meja kecil di atas ranjangnya. Makan dalam diam, membiarkan Off memandanginya dengan senyum sendu di wajahnya yang tampak tirus dan memucat.

Tapi entah kenapa Gun tidak bereaksi kali ini. Off mencoba memanggilnya lagi. Namun masih tak ada gerakan dari pria itu. Lagi, Off menghela nafasnya. Berat sekali. Tapi dia telah berjanji akan menemani Gun, sampai pria itu bisa berdiri lagi di atas kakinya sendiri.

Usaha Off kali ini harus sedikit lebih ekstra karena Gun sedang dalam mood yang buruk. Off berjalan ke sisi lain ranjang, berusaha menemukan raut wajah apa yang tengah ditampilkan pria kurus itu. Meski tahu hanya kekosongan yang akan dia temukan dalam ekspresi wajahnya.

"Gun... Ayo bangun dulu. Saatnya makan." Off berucap lembut sembari membungkukan tubuh jangkungnya. Sebelah tangannya terangkat menyentuh helaian rambut hitam Gun. Memberikan priksi nyaman yang seharusnya bisa Gun rasakan, seandainya saja dirinya tak terkurung dalam pikirannya sendiri.

"Aku akan membantumu duduk, hmm?" Bujuk Off lagi. Saat Gun tak juga bergeming, Off semakin merendahkan tubuhnya, sehingga tubuh bagian atasnya nyaris menindih tubuh ringkih Gun. Off menyelipkan kedua tangannya ke belakang punggung Gun, lalu dengan sedikit tenaga dia mengangkat tubuh Gun membuatnya terduduk dengan bantuan tumpukan bantal yang dengan cepat disusun Off di dekat kepala ranjang.

"Nah. Begini lebih baik." Katanya puas, setelah memperhatikan posisi Gun yang terlihat cukup nyaman. Off menyajikan makan siang Gun di atas sebuah meja kecil yang diletakan di atas ranjang, tepat di atas kedua paha Gun.

Behind The SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang