02

243 23 0
                                    

Happy reading❤
.
.
.

Aletta dan Jihan baru saja tiba di sebuah taman dimana Arkan sudah menunggu sejak tadi. Setelah Arkan mengirimi Jihan pesan, kedua gadis itu langsung bersiap untuk menemui Arkan di tempat yang sudah pria itu tentukan. Lebih tepatnya Jihan yang semangat, Aletta ikut hanya karena terpaksa.

Aletta hanya menggunakan celana training dan kaos berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya. Baju hitam membuat Aletta terlihat sangat putih, meski gadis itu memang sudah putih sejak awal, tapi kali ini ia benar-benar terlihat seperti bukan orang lokal. Aletta juga menggunakan masker hitam serta topi hitam untuk menyamarkan dirinya. Sebenarnya Aletta tak pernah berkeliaran tanpa pengawasan dari Manager atau orang-orang yang sudah disewa untuknya, karena sangat berbahaya jika ada yang mengerumuni Aletta dan membuat serangan panik nya kumat. Bisa-bisa ia akan menjadi topik hangat lagi di internet. Tapi Aletta juga tak nyaman jika semua kegiatannya diawasi orang-orang itu, terlebih lagi mereka semua adalah laki-laki.

Aletta menoleh pada Arkan yang juga menatapnya, Aletta tersentak dengan tatapan tajam pria itu. Aletta langsung mengalihkan pandangannya.

"Jadi apa yang mau lo omongin?"

Arkan kembali menoleh pada Jihan.

"Gak ada, gue cuma lagi gabut. Sekalian balikin buku lo," ucap Arkan sambil menyodorkan sebuah buku pada Jihan.

"Aelah kalau ini doang mah mending lo ngantarnya ke rumah Aletta aja! Lebih dekat daripada harus ke taman."

"Kan gue udah bilang gue gabut, gimana siiih." Arkan mencubit sebelah pipi Jihan membuat gadis itu menepis tangannya kesal. Aletta yang melihat itu berdecak, apa ini tujuan mereka mengajaknya? Memperlihatkan keromantisan ini? Ingin rasanya Aletta menjambak mereka berdua.

"Apa lo liat-liat?" ujar Arkan sinis saat mendapati Aletta menatapnya. Aletta langsung mengalihkan pandangannya.

"Siapa yang ngeliatin lo, PD banget," sanggah Aletta. Aletta memang tak terlalu takut pada Arkan, tapi tetap saja badannya masih terasa panas dingin saat pria itu mengajaknya bicara.

Apa benar bahwa Aletta tak akan bereaksi berlebihan jika bertemu dengan orang yang tak suka padanya? Jika begitu selain Arkan, apa ada laki-laki lain yang tak pernah menyukainya juga? Akan jauh lebih bagus jika semua laki-laki membencinya dan tak suka padanya, dengan begitu Aletta tak perlu lagi cemas akan di bully saat menolak berdekatan dengan mereka.

"Dia kayaknya sedang berpikir," gumam Arkan sambil memperhatikan kening Aletta yang terus saja berkerut.

"Oke! Mumpung udah disini gimana kalau kita cari makan dulu? Gue lapar soalnya," ucap Jihan memecah keheningan.

"Hah? Han gue gak bisa," bisik Aletta pada Jihan. Tidak, bagaimana jika nanti saat makan Arkan melihat sisi buruknya dan menyebarkannya di internet? Bagaimana jika nanti orang-orang jadi membullynya gara-gara hal itu? Atau, bagaimana jika saat makan ada yang mengenalinya dan memotretnya diam-diam lalu menyebarkannya? Aletta takut!

"Gak apa-apa, nanti kita cari restoran yang sepi. Gue jamin gak bakal ada yang ngenalin lo, kalaupun ada gue gak bakal biarin mereka motret lo diam-diam. Jadi jangan khawatir, ya?" balas Jihan ikut berbisik sambil menatap Aletta yakin. Tatapan yang seakan memberi semangat dan perlindungan, seperti yang selama ini Jihan berikan padanya.

"Gue gak bisa Han, gimana kalau-"

"Duh kenapa sih? Sekalipun lo artis juga gak mungkin orang-orang bakal ngejar-ngejar lo kan? Lo cuma artis lokal, bukan artis dunia! Gak usah alay! Lagipula gak semua orang juga suka sama lo, jadi jangan lebay deh! Cuma makan doang, kalau gak suka yaudah gak usah ikut! Bikin kesal aja," ucap Arkan geram. Mendengar itu tentu saja Jihan tidak terima. Jihan hendak membalas dengan kasar namun dengan segera Aletta menahannya.

ALETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang