05

149 5 0
                                    

Selamat Membaca❤

.

.

.

Arkan melirik Aletta yang duduk tepat didepannya. Aletta tampak sedang berpikir sambil sesekali menulis di bukunya, Arkan kemudian menoleh pada Jihan yang ikut fokus pada buku yang ada di depannya, wajah Jihan tampak serius mengerjakan soal yang ada di buku tulis yang Arkan pinjamkan. Arkan mengalihkan pandangannya. Apa hanya ia saja yang merasa canggung?

Arkan kembali menoleh pada Aletta. Bisa-bisanya Aletta bersikap biasa saja setelah kejadian tadi malam. Apa gadis itu memang mempunyai banyak wajah? Arkan tak mengerti, biasanya orang-orang akan langsung sakit setelah diserang panik seperti semalam, tapi Aletta malah bersikap biasa saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Bahkan Aletta tampak baik-baik saja seakan kejadian semalam tidak pernah ada.

"Jihan?"

Panggilan itu membuat Jihan, Aletta dan Arkan yang tadinya sedang membuat tugas di perpustakaan pun menoleh.

"K-kak Brian?" ucap Jihan terkejut dan langsung berdiri.

"Ah, apa aku mengganggumu?" tanya Brian tak enak.

"N-nggak kok kak... A-ada apa kak?"

Aletta yang melihat itu tersenyum mengejek, lihat seberapa gugup temannya itu. Bagaimana tidak, Brian adalah kakak kelas yang sudah disukai Jihan sejak mereka kelas 10. Sudah satu tahun cinta sahabatnya itu bertepuk sebelah tangan.

"Bisakah ke ruang Osis sebentar? Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan pada anggota inti," ucap Brian. Tanpa berpikir panjang Jihan langsung mengangguk dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.

"Baiklah, aku tunggu sekarang ya."

Setelah mengatakan itu Brian pun pergi meninggalkan ketiganya. Setelah Brian menghilang dari balik pintu, Aletta langsung menyeru.

"Aelah Han, gak usah salting juga kali. Alay bet lo," ejek Aletta. Jihan hanya mencibir dan segera merapikan buku-bukunya.

"Gue duluan ya, bye guys," pamit Jihan dan pergi menyusul Brian dengan kecepatan kilat.

"Itulah alasan kenapa gue gak pernah mau jadi anggota OSIS," ucap Aletta pelan sambil memandang kepergian Jihan.

Aletta menoleh ke depan, ia menatap Arkan yang juga melihat ke arahnya.

"Apa?" tanya Arkan.

Aletta tersenyum sambil menyipitkan kedua matanya.

"Lo cemburu ya?" tanya Aletta meledek. Arkan tersentak, wajahnya sontak memerah.

Hal itu membuat Aletta menjadi semakin girang, ah Arkan ternyata tidak bisa diledek, jika begitu maka wajahnya akan memerah seperti kepiting.

"Jihan pasti seneng banget deh, bisa barengan sama kak Brian, duh apa jangan-jangan mereka bakal pegang-pegang tangan ya? Kan Jihan sekretaris nya kak Brian, adu duh," ucap Aletta sengaja memanasi. Aletta melirik pada Arkan yang kini termenung dengan kening berkerut. Ayolah, apa Arkan baper dengan kalimatnya?

"Hei," panggil Aletta. Arkan menoleh.

"Lo sebegitu sukanya ya sama Jihan?" tanya Aletta lagi. Arkan tersenyum miring.

"Emang Kenapa? Lo naksir sama gue?"

"Keknya gue mati dulu terus hidup lagi baru bisa naksir sama lo," balas Aletta dengan kecepatan 0,1 detik.

"Gue cuma penasaran, soalnya gue liat-liat lo benar-benar perhatian banget sama Jihan, lo juga hangat banget sama dia. Perasaan lo ke dia pasti gak kecil."

ALETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang