17

122 7 1
                                    

Happy Reading love😙❤

.

.

.

Enjoy the story🌻

***

Aletta melirik Arkan yang tampak diam menatap kearahnya, Aletta menurunkan pisau dari lehernya.

"Kenapa gak pergi? Atau lo mau gue peragain hal yang sama pada Bima?" tanya Aletta.

Arkan tersenyum, Arkan berjalan mendekat pada Aletta.

"Berhenti sampai disitu." Aletta mengarahkan ujung pisau pada Arkan, Arkan sempat berhenti sebentar kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Arkan berhenti tepat di ujung pisau yang berjarak 1cm dari lehernya.

"Gue suka sama lo," ucap Arkan tiba-tiba tepat didepan wajah Aletta. Aletta tersentak mendengar itu, namun detik berikutnya Aletta kembali mengarahkan pisau pada Arkan.

"Coba aja. Bunuh gue kayak lo mau bunuh bajingan itu," ujar Arkan. Arkan tersenyum kecil.

"Tentu aja waktu itu lo gak sungguh-sungguh mau bunuh dia. Lo bahkan sengaja gak nyerang titik vitalnya," lanjut Arkan. Arkan percaya Aletta hanya menggertak, tak mungkin Aletta melakukan hal mengerikan semacam itu.

"Gue suka sama lo Al, bukan suka sebagai teman, tapi sebagai lawan jenis. Gue sayang sama lo," ujar Arkan lagi.

Aletta tersenyum miring, Aletta meletakkan kembali pisau di atas meja. Aletta berjalan masuk menuju kamarnya meninggalkan Arkan yang hanya memandangnya sendu. Baru saja Aletta berjalan beberapa langkah, langkahnya tiba-tiba terhenti tepat di depan anak tangga.

"Harusnya waktu itu gue congkel aja kedua matanya, ya?" tanya Aletta yang mampu didengar Arkan.

"Al," panggil Arkan pelan.

Aletta berhenti, Aletta melirik dari sudut matanya.

"Lo salah tentang dua hal, pertama, lo gak suka sama gue, lo cuma kasian sama gue dan gue juga gak suka sama lo dan sampai kapanpun fakta itu gak bakal berubah meski lo bilang suka ke gue, yang kedua, gue gak nyerang titik vitalnya bukan karena gue gak mau dia mati, tapi gue mau dia ngerasain rasa sakit yang luar biasa, lo tau? Rasa sakit yang bikin dia berada diambang kematian dan rasa sakit yang akan dia ingat seumur hidupnya sampai dia mati perlahan karena rasa sakit itu sendiri. Satu persatu, tangan, kaki dan terakhir mata." Suara Aletta terdengar dingin mengatakan kalimat itu, seakan ia mengatakannya tanpa merasakan apapun.

"Mau lihat rasa sakit yang barusan gue sebutin?" tanya Aletta. Arkan mengerutkan keningnya.

Aletta tanpa ragu kemudian membuka pakaiannya di depan Arkan, mulai dari kemeja sekolah hingga rok yang ia gunakan hingga tersisa pakaian dalam saja, dan tentu Arkan terkejut dengan perbuatan Aletta.

"Aletta, apa yang lo la-"

Kalimat Arkan terhenti begitu ia melihat sesuatu yang sangat mengejutkan. Saking terkejutnya kini mata Arkan membelalak sempurna, seakan tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat.

ALETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang