Bagian 2

921 141 14
                                    

"Kau cantik."

"Siapa namamu?"

"Apakah tidak apa-apa jika kita berpegangan?"

"Aku tak yakin, tapi... Maukah kau menikah denganku."

"Ya aku bersedia."

"Terimakasih sudah menerimaku apa adanya."

"Bolehkah aku melakukannya?"

"Aku mencintaimu."

Dan disetiap ungkapan tersebut. Hanya senyuman manis yang wanita itu berikan. Sungguh, ia sangat cantik walau hanya lengkungan bibir saja.

Setiap manusia pasti memiliki momen indah yang kadang sulit sekali dilupakan. Karena apa? Tentunya, karena momen itu dibuat bersama orang tercintanya. Entah berapa lama waktu berjalan, entah berapa generasi yang terganti. Otak manusia sudah dirancang sebaik mungkin untuk memisahkan hal-hal membahagiakan juga menyedihkan.

Mereka, yang mengingat momen bahagia akan tersenyum haru, bahkan hingga meneteskan air mata. Tua atau muda sama. Jiwa mereka seolah digetarkan oleh kenangan yang pernah terulas. Seperti apa? Cinta pertama, pernikahan, berciuman, menghabiskan waktu, bahkan bercinta.

Orang-orang lebih suka menyebutnya sebagai privasi. Karena mereka tahu, orang lain tak akan pernah merasakan rasa sebahagia ini seperti dirinya. Hanya orang-orang yang terlibat. Begitu juga dirinya.

Sekalipun kematian memisahkan. Kenangan, tetaplah kenangan.

"Hah... Huh... Hah!"

Jaemin terbangun dari tidurnya. Dadanya seketika bergemuruh. Detak jantung terdengar menuju telinganya. Badannya seketika berkeringat dingin, mengalahkan dinginnya AC dalam ruangan. Matanya membelalak lebar kala mimpi itu kembali datang.

Ya, mimpi yang seperti kilasan balik. Tentang dirinya yang terus memuja satu wanita. Yang bahkan, wajahnya saja tak bisa ia lihat. Sebuah mimpi yang selalu sama setiap datangnya. Menceritakan bagaimana ia bertemu wanita itu, berkenalan, bahkan menjadi sepasang kekasih. Lalu puncaknya adalah tentang pernikahan mereka.

Detektif itu bependar memerhati rumahnya yang sudah dalam keadaan bersih. Setelah sedikit perdebatan dengan sang komisaris, ia memutuskan pulang untuk membersihkan rumah karena tamu yang tak diundang. Mungkin ia sangat kelelahan, sehingga tak terasa, setelah pekerjaannya selesai ia tertidur di sofa ruang tamu.

Arlojinya ia tengok, menunjukkan pukul 12 lewat. Masih ada waktu untuk membersihkan diri dan kembali ke rumah sakit. Ia bergegas menyiapkan dirinya dan lansung tancap gas ke tempat tujuan.

"Bagaimana? Apakah dokter sudah melakukan pengecekkan terakhir?"

Jisung yang menjadi satu-satunya penunggu menguap lebar. Matanya ia kucek sebelum bisa fokus dengan hyung pintarnya. "Sudah, dia bahkan sudah berkemas."

Jaemin sedikit melirik melalui celah. Gadis di dalam sana terlihat sumringah sembari terus merapikan dressnya. Ia menata rambut pirang sebahunya dan tersenyum seperti orang gila. Mungkin hanya itu yang bisa dipikirkan Jaemin saat ini.

"Lucas hyung." Sapa Jisung kepada satu sosok tinggi yang tengah berjalan menelusuri lorong.

"Astaga! Kau baru datang, kemana saja?" Jaemin meninju keras lengan berotot milik Lucas. Melampiaskan rasa kesalnya karena pria bermata belo ini tak kunjung datang sejak semalam.

"Sudah ku bilang, aku mencari data CCTV." Jawab asal Lucas.

"Tidak ada yang mencari data hingga dua belas jam lebih lamanya." Jaemin mencebik. Memerhati penampilan Lucas yang terlihat sangat segar. Bahkan aroma parfumnya tercium semerbak. "Apa yang kau lakukan."

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang