Bagian 14

815 129 46
                                    

Hallo

Menunggu lama lagi?

Bagaimana menunggu detik-detik berakhirnya MEMORABLE?

Pada part ini akan diberi penjelasan dari ending chapter sebelumnya. Mungkin karena itu alurnya lambat.

Enjoy reading.

_______

Winter kembali terbangun dari ketidaksadarannya. Entah sudah berapa lama ia pingsan, yang jelas saat ia sadar terakhir kali hari masihlah pagi. Dan sekarang, rajanya hari itu sudah tiada. Selama itukah?

Ia meringis kesakitan. Tubuhnya terasa remuk, merasa ada beberapa luka yang timbul dari setiap inci tubuhnya. Ia masih terlalu lelah untuk melirik. Tak memiliki kekuatan karena seingatnya tak ada makanan atau air yang masuk ke dalam tubuhnya sejak menginjakkan kaki disini.

Di detik selanjutnya, ia bisa menyadari keadaannya. Ia berdiri, tubuhnya diikat dan menyangga pada sebuah tiang. Pantas saja kakinya lemas, sudah berapa lama ia dipaksa berdiri.

"Shhh..." Ringisan kecil Winter menarik atensi seseorang yang semula berjongkok. Pria itu berdiri menatap wajah kesakitan gadis belia dihadapannya.

"Sudah bangun, cantik? Bagaimana tidurmu? Kau lama sekali aku jadi lelah menunggu." Layaknya psikopat, pria itu tersenyum lebar setelah aksi gilanya.

"Tapi tak apa, aku punya mainan saat kau tertidur." Unjuknya, memperlihatkan silet kebanggaan yang biasa ia pakai untuk menandai korban. "Ta da! Lihat tubuhmu! Semakin cantik bukan. Kau milikku, sayang."

Winter memerhatikan cermin yang ditunjukan Luckas. Melihat setiap inci tubuhnya yang begitu mengerikan. Bukan hanya ada lebam bekas hickey disana juga gigitan si pria. Ada banyak sekali tanda bintang yang dibuat langsung menggunakan silet. Membuatnya terlihat begitu buruk karena berbalut darah.

Wajah pucat itu menatap sendu pria di depannya. Memohon ampun karena ia sendiri pun tak tahu salahnya dimana.

"Kenapa, manis? Kau ingin kita bermain lagi?"

Winter menggeleng lemah. Suaranya tercekat. Habis tak bersisa. Mengundang lipatan bingung dari si pria tinggi. Luckas kemudian mengecup sekilas bibir pucat itu.

"Kita akan bermain malam ini, tenang saja. Aku ingin kau tersadar saat aku berada di atasmu." Lanjut si pria. Memberi seringaian lebar sembari kembali berjongkok, berniat melanjutkan maha karyanya. "Jangan lupa desahkan namaku keras-keras ya."

"Tapi sebelum itu, mari selesaikan dulu. Kau harus di hak patenkan."

Kikikan kecil layaknya kuda yang meringkik semakin membuat bulu kuduk Winter berdiri. Ia tahan kuat-kuat rasa sakit yang timbul dari area kakinya. Ia bisa rasakan benda tajam itu menyayat dengan kejam setiap inci tubuhnya. Berteriak pun tak berguna, tak ada seorang pun yang bisa menyelamatkannya.

"Ugh, Nana-mu pasti sedang mencemaskanmu sekarang." Ujar Luckas. Kembali pria itu berceloteh walau hanya ditanggapi ringisan belaka.

"Coba saja malam itu dia tak datang. Akukan tak perlu mengotori tanganku untuk melukai gadis tak bersalah itu."

Winter memandang sendu. Dirinya semakin melemah. Karena nyatanya darah dari tubuhnya terus mengucur. Ia hampir sekarat!

"Lihat! Bekas tendangannya masih membiru disini." Tunjuk si pria yang menampilkan tulang keringnya. Lebam biru itu tak seberapa dengan kesakitan Winter saat ini. "Bahkan gadis terakhir itu menodongkan pisau padaku. Aku harus diperban selama tiga hari karenanya. Aku pun terpaksa berbohong pada detektif Na."

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang