Bagian 4

976 144 15
                                    

Halo semuanya.

Untuk part kali ini aku meminta antusias kalian dengan memberi vote.

Ku tunggu hingga 10 vote baru akan dilanjutkan kembali.

Mengingat keadaanku yang masih sibuk dalam real life.

Mungkin jika antusias kalian besar, aku akan cepat update kembali.

Intinya jangan menjadi siders ya teman-teman.

_______

Malam sudah semakin larut, namun tak menyurutkan dua insan untuk saling bercengkerama. Mereka memang bukan lagi pengantin baru, yang mana mesti bermesraan setiap malamnya. Keduanya hanya tengah menjalin kasih untuk tetap memperkuat ikatan yang telah mereka ucap di atas altar.

Asap nampak mengepul di balik cangkir tehnya. Kegelapan malam menaungi keduanya. Hanya bersisa sebuah lilin. Si pria yang terduduk bersama cangkir kopi memandang cinta wanita di atas pahanya. Tengah tenggelam dalam dunia fiksi tak terganggu.

"Jadi kau mengacuhkan suamimu ini, hanya demi fiksi bodoh itu."

Si pria mendengus tajam. Pura-pura marah untuk melihat reaksi wanitanya. Yang tentunya sesuai dugaan. Si wanita memilih untuk bangkit, menutup buku dan mendekati suaminya.

"Ini bukan fiksi bodoh, Na. Aku membacanya karena ingin anak kita pintar." Tutur si wanita. Ia mengusap perut buncitnya penuh cinta. Mengundang kekehan hambar dari pria bermarga Na.

"Tapi tidak seharusnya kau begitu. Kau tidak boleh melupakan kewajibanmu, Winter sayang!"

Si wanita tersenyum maklum. Mengerti maksud dari perkataan si pria. Dengan manjanya, ia mendekat. Berusaha sesensual mungkin untuk menggoda sang suami. Ia duduk tepat di pangkuan pria Na itu dengan raut wajah menggoda.

Winter memejamkan mata. Ia tarik wajah itu dan menempelkan kedua belah bibir. Si wanitalah yang pertama mendominasi. Dengan gaya amatirannya ia berusaha memimpin. Namun sepertinya, tidak untuk malam ini. Karena lihatlah, bagaimana pria Na itu mengambil alih. Ia melumat dengan tak sabaran. Menginvasi setiap rongga di dalam mulut dan mulai bertarung lidah.

Wanita dipangkuannya tersenyum samar. Ia begitu menikmati.

Sekian menit berlalu. Jaemin menghentikan lumatan itu. Keduanya meraup nafas serakus mungkin demi memenuhi oksigen di dada. Tatapan memuja keduanya berikan. Sudah hampir satu tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga. Tapi tiada habisnya bagi mereka untuk bahagia.

"Aku tak suka berlama-lama. Mari ke inti saja." Si pria tanpa basa-basi menggendong tubuh berisi sang istri. Walau begitu tak menyurutkan rasa cintanya. Ia kemudian merebahkannya di dalam kamar. Dan mulai kembali menyentuh.

Mencium, jilat, gigit dan menghisap sebagai foreplay.

Kedua tubuh yang sudah polos itu menjeda. Jaemin mengambil bantal untuk menyanggah bokong sang istri. Bertujuan memudahkannya untuk memasuki, tanpa harus menjepit si jabang bayi.

"Kau indah." Pujinya sesaat sebelum memasuki.

Winter sedikit mendengus. Ada rengekan yang sarat akan rasa tidak sabaran. Jaemin terlalu banyak menjeda. Bukankah dia sendiri yang bilang lebih menyukai inti, tapi lihatlah kelakuan nakalnya. Ia hanya main-main disekitaran payudaranya, dan sesekali mengecup perut buncitnya. Tidak tahukah dia, jika Winter sudah sangat terangsang. Terlepas dari hormon ibu hamil yang kian meledak. Ia ingin segera dimasuki.

"Hentikanhh, cepat masuki aku—shh."

Jaemin menyeringai. Senang akan tingkah tak sabaran sang istri. Ini mampu meningkatkan libidonya. Apalagi saat melihat wajah dibawahnya begitu tersiksa.

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang