Bagian 8

753 133 14
                                    

Happy Sunday!

Have a great day.

Tiga hari terakhir aku sangat menikmati waktu liburku. Bahkan selama itu aku tak melakukan apa-apa.

Aku ingin menarget lagi.

How about 20 vote and 5 comment?

Enjoy Reading...

_______

Lyon, Prancis 1726

Sapaan senja menauingi hari. Para pekerja telah siap pulang untuk menemui sosok di cintanya di rumah. Mereka berbaris rapih, menunggu giliran untuk mendapat upah. Walau tahu, upahnya tak seberapa, para pekerja akan tetap bersuka cita.

"Segera pulang! Akan ada badai." Teriakan si tangan kanan tuan menggema. Buru-buru para pebaris itu untuk membubarkan diri.

Langit sudah gelap. Jaemin dapat lihat itu. Angin pun sudah tak karuan intensitasnya.

"Kau bekerja baik hari ini. Aku berikan bonus untukmu."

Jaemin tersenyum senang. Para pekerja akan sangat bahagia saat diberi bonus walau itu sedikit. Tentunya hal itu bisa dibelikan daging untuk sang istri tercinta. Karena janjinya pekan lalu mestilah ditepati.

"Cepatlah pulang, akan segera badai." Sang tuan menginterupsi. Menghentikan haluan Jaemin tentang bagaimana ekspresi bahagia sang kekasih.

"Terimakasih, terimakasih tuan."

Pria yang sebentar lagi akan dipanggil ayah itu segera berlari. Berusaha menghindari badai yang segera menyapa. Namun sayang, hujan lebih dulu menghujamnya. Angin pun mulai menerpa beberapa barang. Tapi itu tak menyurutkan senyum Jaemin untuk segera sampai di rumah.

Walau dirinya basah kuyup. Juga lelah di wajahnya tak bisa hilang, setidaknya ada Winter yang—

Jaemin mematung, pun matanya membulat sempurna . Pikirannya seketika blank begitu memasuki desa tempat kelahirannya. Badai belumlah terlalu lebat. Namun mengapa tempat tinggalnya sudah porak poranda. Ia tak bisa bergerak. Kakinya seolah ditempeli perekat kuat.

Rumah-rumah disana sudah hancur. Roboh tak beraturan. Orang-orang berteriak histeris juga anak-anak menangis. Ada jasad manusia yang teronggok. Orang-orang dilanda ketakutan besar. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Winter?!"

Secepat kilat setelah kesadarannya terkumpul ia berlari menuju rumahnya. Tak peduli orang-orang yang terkapar tak berdaya di tanah. Tujuannya adalah sosok kekasihnya. Apakah ia aman bersama anak di dalam kandungannya. Suasana seperti ini tak bisa dikatakan baik.

"Winter kau dimana, sayang. Winter!" Jaemin berseru begitu sampai dipelataran rumahnya. Jika ditilik rumahnya masih aman. Tidak seperti rumah-rumah lain yang sudah tak berbentuk.

Jaemin khawatir. Ia tak menemukan kesayangannya. Hingga pintu kamarnya dibuka. Ia mendapati Winter dalam keadaan mengenaskan. Wajahnya lebam juga tubuhnya diikat. Mulutnya di bekap sehingga tak bisa berbicara.

Pria itu segera berlari menghampiri kekasihnya.

"HMMMPPPTT!!" Winter seolah memberi kode. Ia menggeleng cepat dengan lelehan air mata yang menganak sungai. Menginterupsi Jaemin untuk menjauh.

Entah memang pada dasarnya kekhawatiran sudah melingkupi diri Jaemin. Hal itu tak ia pikirkan. Ia lebih fokus melepas simpul yang ternyata sulit, sebelum—

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang