Bagian 10

780 127 4
                                    

How is your days?

Aku merekomendasikan lagu Denting milik Melly Goeslow. Lagunya enak untuk di dengar. Mungkin kau bisa menangis jika mendalami makna setiap liriknya.

Baiklah, aku kembali menarget.

20 vote dan 5 komen, lagi ya.

Walau chapter sebelumnya belum mencapai target, tapi tak apa.
_______

Winter membuang wajah saat pintu apartemennya tertutup. Ia tak mengerti dengan suasana hati Jaemin yang kadang terlihat sangat manis, lalu kembali dingin seperti freezer.


Ia tak pernah tahu apa kesalahannya. Jaemin tak pernah mau bicara. Pria itu lebih suka memendam hingga membuat orang lain kebingungan. Mungkinkah kesalahannya kali ini sangat fatal sampai membangunkan sisi cuek dari pria Na itu.

"Kau masih sama, sangat sulit ditebak."

Padahal, ia sudah berusaha untuk tak menyambungkan ingatan masa lalunya dengan masa sekarang. Winter tengah berusaha membangun semuanya dari nol untuk masa pendekatan. Agar terlihat lebih natural. Ia pun sudah tak lagi berlagak layaknya wanita bersuami. Ia belajar hidup menjadi remaja seusianya. Mulai mendengarkan lagu, menonton film juga belajar.

Mungkinkah kejadian kemarin yang mengusik Jaemin. Bisa saja pria itu kesal karena Winter terus melanggar aturannya. Tapi seingatnya, Jaemin masih bersikap ramah setidaknya hingga ia jatuh terlelap di dalam mobil, atau—

Suara sirine polisi mengganggu lamunannya. Ia menoleh kearah jendela. Menggugah niatnya untuk berjalan ke balkon dan melihat apa gerangan. Walau sedikit tertatih, karena luka kemarin belumlah sembuh.

"Ada apa? Kenapa sangat ramai?" Monolognya. Melihat beberapa polisi yang berbicara dengan penghuni sekitar.

Karena penasaran ia memutuskan untuk keluar. Menulikan pendengaran tentang aturan Jaemin untuk tidak keluar tanpa seizinnya. Sejujurnya, ia pun kerap kali melakukannya. Berdiam diri di rumah selama 24 jam menyorot kejenuhannya. Kadang ia keluar sendiri untuk pergi ke mini market atau bermain di taman. Pikirnya itu tempat aman.

Namun saat knop pintu itu berusaha ia dorong, tubuhnya mendadak membeku.

Pintunya terkunci.

Dan Jaeminlah pelakunya.

Winter merutuk dengan ide gila Jaemin. Hipotesisnya benar, jika Jaemin marah akan tingkahnya kemarin. Sekuat tenaga ia berusaha membuka. Meyakinkan diri jika pintu itu hanya macet biasa. Namun nihil, pria itu tengah mengurungnya.

Usahanya berakhir sia-sia. Winter merosot karena kehabisan tenaga. Ia bisa mati karena bosan. Jaemin tak pernah bisa di prediksi kapan pulangnya.

_

Hingga malam tiba. Tepat pukul sebelas Winter menangis sembari menggulung diri di atas kasur. Entah kenapa suasana rumah terasa lebih mencekam. Ia ketakutan, tubuhnya menggigil karena udara terasa lebih menusuk. Terlebih Jaemin belumlah pulang.

Dadanya sesak. Ia tak pernah tahu, sudah berapa lama dirinya menangis. Efeknya ia menjadi kelelahan hingga melemas dan memejamkan mata.

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang