Taeyong membuang nafas. Ia menengok arlojinya dan tersenyum miris. Sudah hampir pukul 3 pagi namun ia tak kunjung pulang. Merelakan waktu berharganya bersama sang istri demi menemani junior kacaunya ini.
Setelah berkoar kesana kemari, Jaemin menangis. Isakannya terdengar pilu juga menyesakkan. Taeyong yang berada disana hanya mampu memberi ruang agar juniornya tak lagi berbohong mengenai perasaannya.
Jaemin pun tertidur. Mungkin karena kelelahan. Pria Na itu tengah tidur tak elit di atas bangku dengan menumpukan kepalanya pada tangan. Terlihat sangat tidak mengenakkan. Namun apa boleh buat. Jaemin pasti mengerang saat ia berusaha membangunkannya.
"Kau anak baik. Tuhan pasti memiliki rencana baik juga untukmu." Gumamnya yang kemudian menyelimuti si junior.
Tak berselang lama dari itu, Taeyong mendapat panggilan. Aneh sekali sebetulnya pada pukul ini seseorang menghubunginya.
"Ya Jisung. Ada apa?" Taeyong langsung pada inti. Tak mau repot-repot berbasa-basi karena itu mampu memubazirkan suara. Yang mana mampu mengusik Jaemin.
"Hyung. Kau tak akan mempercayainya." Nada antusias tersirat disana. Tak bohong Taeyong yang berada disini pun mampu merasakannya. "Datanglah besok pukul 10 siang ke alamat yang akan ku kirimkan. Kita harus segera meringkus pembunuh bajingan itu."
Dan sambungan pun terputus saat ujaran tersebut selesai. Taeyong menyugar rambut hitamnya lalu menatap langit-langit. Sesekali mencuri pandang pada selembar kertas yang terbengkalai. Ia tersenyum kecut, mengetahui ada kesamaan yang tertera disana dengan tulisan lain disebelahnya.
Ia mengambil kertas itu, meremasnya lalu menyimpannya dalam saku.
Akhirnya mereka mengetahui itu.
...
Pukul 10 tepat. Tidur nyamannya terganggu. Matanya mengerjap-erjap untuk membiasakan cahaya yang masuk. Di dapati komisarisnya tengah tersenyum dihadapannya. Pria itu begitu pelan untuk membangunkan Jaemin.
"Kau mau kemana?" Tanya Jaemin begitu penampakan dihadapannya sudah terlihat jelas. Ia menggeliat, sekaligus merasakan tubuhnya yang seolah remuk karena tidur di tempat yang salah.
"Di kantor ini ada sofa. Kenapa tak kau gunakan untuk tidur, hah?! Lihat! Tubuhmu pasti sakit."
Jaemin mencebik karena pertanyaannya malah direspon siraman rohani. Ia merotasikan bola yang terasa berat. Wajar, karena itu membengkak, bekas tangisan semalam.
"Aku harus pergi. Makanlah sarapan itu. Awas saja jika tidak. Aku sudah menyisikan uangku karenanya." Taeyong berujar sedikit menggerutu. Ingin ucapannya di dengarkan.
"Iya— iya. Akan ku habiskan."
Mata Jaemin melirik sekeliling. Pasalnya kantornya terlihat sepi. Apakah ada kasus yang mesti mereka tangani. Biasanya, pada pukul sekarang, anggota timnya terbiasa diam di dalam kantor. Dan akan keluar jika panggilan mendesak datang.
"Yasudah aku ber—"
"Eh, hyung. Kemana yang lain?"
Taeyong memberhentikan langkah. Pelipisnya sedikit berkerut. Kemudian menularkan senyum cerah pada juniornya.
"Jisung sedang di rumah relasinya. Dan Lukas, pria itu berkata sedang mengunjungi kawan lamanya di rumah sakit." Jelas Taeyong yang sedetik kemudian menghilang dibalik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORABLE [COMPLETE]
FanficWINTER × JAEMIN Na Jaemin menyelematkan seorang gadis remaja yang hampir diperkosa malam itu. Namun anehnya, gadis berusia 15 tahun ini mengklaim bahwa dirinya adalah istri seorang detektif Na. "Aku merindukanmu, suamiku. Akhirnya kau menemuiku, b...