Bagian 7

771 134 15
                                    

Menunggu lamakah?

Jika iya, maafkan aku yang membuat kalian khawatir.

Beberapa hari ini moodku sedang baik. Karenanya ku fokuskan untuk menikmati real life.

Dan kebetulan juga urusanku sudah selesai.

Selepas ini mungkin aku akan berusaha lebih banyak menulis dan publikasi.

Happy reading.

_______

"Lepas Winter!"

Pagi telah menjelang. Namun cahaya matahari terpaksa diblokir karena sang pemilik rumah menutup akses. Gordeng masihlah tertutup rapat. Cucian piring teronggok tak disentuh. Penumpukkan cucian pun tak luput menjadi poin suasana kapal pecah disana.

Sedang sang pemilik masih menggeliat tak ingin diganggu.

Winter semakin merapatkan pelukannya. Mencari kehangatan dari tubuh pria disebelahnya. Jaemin yang menjadi korban pun hanya mampu mengerang karena matanya masihlah lengket untuk dibuka.

Akhir-akhir ini keduanya sudah semakin akrab. Jaemin yang notabenenya pria yang benci ada kehidupan lain di rumahnya mulai membuka diri. Ia mulai terbiasa akan ocehan Winter seperti seorang istri. Bahkan ia pun jadi selalu ingin cepat-cepat pulang saat bekerja. Karena hal yang paling disukainya adalah mendengar pekikan Winter yang menyambutnya juga coklat yang selalu ia bawa.

"Nana kau hangat."

Walau mimpi-mimpi itu masihlah datang. Mimpi yang sama sekali tak ia ketahui maknanya apa. Ia pun sedikit was-was tentang mimpi yang bisa dikatakan telah melecehkan gadis remaja itu. Karenanya, ia masihlah harus membatasi diri. Terbukti dari ia yang rela tidur di sofa setiap malamnya.

Jaemin perlahan membuka mata. Melirik kebelakang karena tangan mungil yang mendekap posesif perutnya. Keadaan seperti ini sudah menjadi hal biasa. Jika pagi menjelang, Winter akan mencari kehangatan dan pindah untuk tidur bersamanya.

Beruntunglah karena Jaemin yakin, perasaan nyamannya ini berasal dari rasa iba. Perlahan ia mulai meyakinkan diri jika Winter mesti ia anggap adiknya sendiri. Jika kasus ini selesai, Jaemin janji akan membawa Winter pulang dan meminta ibunya untuk mengadopsi gadis manis itu. Dengan begitu keluarganya berhak memberi pendidikan juga kasih sayang.

"Winter." Jaemin menepuk halus pipi Winter. "Bangun!"

Hanya dengan satu tepukan halus saja, Winter akan langsung terusik dan mulai membuka mata. Lalu merekahkan senyum yang tak bohong mampu membuat jantung Jaemin berdetak kencang.

Setelah kegiatan rutin pagi itu keduanya mulai bersiap. Jaemin yang ingin bekerja serta Winter yang tidak akan melakukan apa-apa. Ingatkan Jaemin untuk segera mendaftarkan Winter sekolah. Dengan begitu gadis itu bisa memiliki teman.

Setelan khas seorang detektif sudah Jaemin kenakan. Ia menyantap telur yang sudah disiapkan Winter. Betapa harmonis hubungan— apa(?)

"Aku hampir telat. Ingat, jangan keluar rumah. Selalu kunci pintu setelah aku pergi dan hubungi aku jika membutuhkan sesuatu." Jaemin bertindak posesif. Ini kata-kata kramat yang mesti diingat Winter setiap paginya.

Si gadis hanya terkekeh untuk menanggapi. Ia melambai pada Jaemin yang mulai tertelan pintu. Keadaan pun mulai menyepi. Ia menatap sendu benda sekitarannya. Sakit pada bagian bawah perutnya kembali menerjang.

Aku berjanji akan kembali. Karenanya tunggulah.

...

Rapat besar kembali diadakan. Kali ini divisi lain tak diundang. Hanya anggota tim inti juga beberapa bawahan yang ikut duduk di ruang rapat.

MEMORABLE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang