Kita pernah terjatuh dalam perasaan indah bernama cinta. Kita pernah menyatu dalam ikatan manis bertuliskan setia. Kita pernah searah dalam langkah yang kita cipta. Kita pernah saling menghapus duka yang berisi lebam-lebam luka. Kita pernah saling menyeka air mata yang jatuh tanpa diminta. Kita pernah saling mengurai tangis menjadi cerianya tawa. Kita pernah benar-benar mengisi rindu yang hadir tanpa berkata. Kita pernah begitu membenci jarak yang memaksa.
Kita pernah.
Bukankah Rasa Yang Berujung Luka?Kita sudah usai, lalu kisah apa yang mungkin aku dan kamu lalui? Perjuangan untuk melupakan atau ratapan tentang hal-hal yang begitu indah yang kini bernama kenangan?
Aku masih merasa sesak. Wajahmu saat mengucapkan kata pisah masih terlukis di angan-angan. Pertanyaan-pertanyaan yang belum kutanyakan kepadamu sudah mulai berdebu menjelma keraguan kepada hubungan yang berdurasi panjang sebelum akhirnya kamu hentikan dengan kata bosan dan ketidaknyamanan.
Kita adalah pernah yang fana. Pernah begitu lama bersama tapi hanya ada aku yang benar-benar ada. Sedang, kamu hanya berpura-pura. Kita adalah pernah yang menyimpan lara. Pernah begitu senada dalam arah langkah, ternyata hanya aku yang menyanyikan cinta. Kamu? tidak.Kegagalan yang kita alami adalah kegagalan hati mengubah kenyamanan menjadi cinta. Sial, ternyata hanya aku yang gagal membuatmu jatuh cinta. Kamu tidak gagal. Kita adalah ruang yang terdapat aku di dalamnya dan kamu hanya berdiri di depan pintu.
Entah aku yang terlalu bodoh atau kamu yang terlalu jahat mencurangiku. Kenyataannya kini kita sudah tepat berada pada definisi yang tepat dari kata 'pernah'.Rasa ini belum hilang, sampai aku benar-benar melupakan.
••••••••••••••••••••••
Hai, terimakasih untuk semua yang selalu membaca.
Semoga tulisan ini mampu mewakilkan perasaan kalian yang sedang sembuh dari LUKA.
Jangan lupa meninggalkan vote
Salam cinta dari saya
~Windy Yulianti 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang Telah Usai (Revisi)
DragosteKisah aku dan kamu usai sebelum waktunya. Layaknya sebuah buku yang belum sampai pada halaman terakhir. Canduku hanya candamu, harapku menjadi hirap. Asmaraloka yang kita jalin, ternyata hanya bayang. Pilu dan sendu kamu tinggalkan tanpa adanya asa...