Menjauhlah, sejauh langkahmu sanggup untuk berjalan. Kesedihan ini, biar aku saja yang merayakan. Sedang kamu jangan. Atas perpisahan kita, jangan kamu anggap sebagai hukuman.
Kamu tercipta dalam ketidakmampuanku untuk memilikimu. Juga aku diciptakan bukan untuk menyempurnakan ketidaksempurnaanmu.
Sedang kita, sesuatu yang memang harus dibawa lari oleh waktu.Baik-baiklah kamu disana, tanpa aku, tanpa kekhawatiranku, tanpa kasih sayangku, juga tanpa perhatian-perhatianku.
Kamu tahu?
Sebenci-bencinya aku dengan keadaan adalah setelah perpisahan ini. Aku harus kembali menjadi aku yang tanpa kamu, tanpa canda tawamu, tanpa perhatianmu. Dan yang paling menyakitkan ialah tiada lagi puisimu untukku.
Aku terluka, jelas. Jangan pernah bertanya seluka apa aku kehilanganmu.
Terima kasih telah bersedia menggenapkanku, juga telah sempat membuatku merasa pantas untuk dicintai.
Aku kecewa? Ini sesalku.
Ternyata cinta yang ku beri doa juga membohongiku dengan begitu tega. Aku tahu, air mata tidak akan pernah cukup membasuh luka yang ada.
Karena luka dihati, biarlah waktu yang menyembuhkannya.Mungkin, perpisahan ini awal dari kisahku yang baru. Semesta tidak lagi merestui aku memilikimu. Semoga luka yang pernah tercipta, tidak lagi terulang dengan kehadiran orang lain. Cukup kamu saja yang menyisakan luka, untuk aku.
Aku terima itu semua, seiring berjalan waktu dengan penuh keikhlasan hati.Aku adalah genap, untuk apapun ganjilmu.
••••••••••••••••••••••
Hai, terimakasih untuk semua yang selalu membaca.
Semoga tulisan ini mampu mewakilkan perasaan kalian yang sedang sembuh dari LUKA.
Jangan lupa meninggalkan vote
Salam cinta dari saya
~Windy Yulianti 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah yang Telah Usai (Revisi)
RomansaKisah aku dan kamu usai sebelum waktunya. Layaknya sebuah buku yang belum sampai pada halaman terakhir. Canduku hanya candamu, harapku menjadi hirap. Asmaraloka yang kita jalin, ternyata hanya bayang. Pilu dan sendu kamu tinggalkan tanpa adanya asa...