xviii ; red day

735 135 16
                                    

〖 — L O V E I O U S —〗





"ARRRGGHH!!"

Suara geraman dan desisan menggema diantara cafe yang ramai pengunjung tersebut. Beberapa pasang mata menoleh mencari sumber suara yang memekakan telinga mereka.

Diantara banyak mata, dua insan yang berjenis kelamin sama itu terlihat gusar dan satunya lagi menahan amarah. Wendy memijat pelipisnya pelan, sambil membungkukkan badannya meminta maaf pada pengunjung yang merasa terganggu.

Irene dan Wendy saat ini berada di cafe SUM usai keduanya diminta datang oleh petinggi entertainment mereka. Namun setelah rapat dan pembicaraan selesai, Irene tiba-tiba marah dan mengumpati ponselnya dengan desisan.

Tentu saja hal tersebut membuat Wendy kebingungan setengah mati, apa yang terjadi pada sang leader. Namun saat bertanya wajah Irene menyorotkan raut sedih yang membuat Wendy enggan bertanya daripada menyakiti hati wanita itu.

Sembari menunggu pesanan Wendy terus menerus menepuk pundak Irene, dan menggumamkan kata baik-baik saja agar wanita itu tenang. Ia jadi kewalahan sendiri jika mood leadernya berubah-ubah.

Padahal kemarin saat digroup chat, wanita itu paling asik mengirim foto bersama sang kekasih. aah mungkin ada masalah lagi, pikirnya.

Seorang maid datang sambil membawa sebuah nampan yang berisi dua gelas ice chocolate dan sepiring waffle cream. Wendy membuka ponselnya yang berdering pelan saat pesan baru masuk.

"Oh my God, jauh lebih buruk. He is the worst."

Manik Wendy bersitubruk dengan milik Irene, seolah mengerti apa yang dipikirkan wanita dihadapannya Wendy mendesis pelan. Sorot matanya menyiratkan akan sesuatu yang terjadi.

"Kenapa tidak langsung publish sekalian sih? sudah gila ya kalian? kenapa kencan ditempat terbuka begitu, ya Tuhan"

Irene menelungkupkan kepalanya diatas meja, sambil menahan isak tangis. Ia sudah sakit menahan nyeri, kini Wendy ikut menambahinya dengan segudang omelan akibat berita yang didapatkan dari manager mereka.

"Eonnie jawab. Kalian ketahuan bukan?"

Wanita itu mendongak mendengar perkataan sahabat seperjuangannya itu. Irene mengangguk pelan sambil menghindari tatapan tak percaya Wendy, bahkan mulut gadis itu sudah terbuka saat Irene menginyakan pertanyaannya.

"T-tapi itu bukan fans. Mereka hanya staff baru, manager Taehyung sudah mengurusnya." Irene segera menyela sebelum gadis itu kembali mengomelinya.

"Okay. Anggap itu sebagai keberuntungan."

Wendy menyesap minumannya sambil kembali mengurut pangkal hidungnya. Memang benar apa yang dikatakan Joy kemarin, Taehyung dan Irene memang pasangan yang sulit ditebak.

"Aww.. sakit."

Irene berteriak lirih saat perutnya serasa dipelintir dengan kuat. Saat ditanggal merah seperti ini, ia sangat benci sekali bukan karena sakitnya tapi waktu yang tidak tepat saat datang.

"Eonnie, kamu tidak apa-apa?" tanya Wendy. Gadis itu cukup khawatir, jarang sekali kakaknya ini mengeluh sakit saat red days apalagi sudah lebih dari dua hari.

Loveious.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang