〖 — L O V E I O U S —〗
❝ its easy judge me than believe. ❞
Pagi itu tidak seramai biasanya, tidak pula secerah biasanya. Hanya ada keheningan yang menyeruak, dibalik diamnya ruangan tersebut. Kabut mencekam yang mengisi suasana meja makan tersebut, membuat para member terdiam.
Sudah dua jam berlalu, sudah berlalu pula saat eonni mereka pulang dari kantor utama dan berada pergi masuk kekamar tanpa mengatakan apapun. Joy yang biasanya sangat berisik kali ini hanya terdiam. Bahkan Yerim yang biasanya ikut juga meramaikan suasana hany bersembunyi dibalik topeng diamnya.
Meja makan tersebut terasa sangat berat, bahkan para member tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba dering ponsel Seulgi yang berada disisi meja menyala menampilkan panggilan seseorang.
"Anyeonghaseo eommonim" Seulgi tampak gugup saat tiba-tiba orang tua eonninya menelpon mendadak sekali seperti ini. Bahkan bisa dihitung kapan obrolan tersebut, ia melirik Wendy yang cemas menatapnya.
Sedangkan Joy dan Yerim hanya bisa pasrah, ia menggigit bibirnya gelisah. "Aigoo Seulgi-ya akhirnya aku bisa menghubungi salah satu kalian. Aku baru saja mendapat kabar buruk, tapi tidak apa-apa. Bagaimana dengan anakku? apakah dia ada disana? aku tidak bisa menelponnya sama sekali, ponselnya tidak aktif."
Seulgi meringis mendengar perkataan Eomma Bae, ia memutar otaknya. Mencari alasan yang tepat untuk dikatakan, tapi otaknya buntu tidak ada alasan yang bisa ia ucapkan sama sekali.
Wendy membisikkan sesuatu ke telinganya "ah nde, eonni ada urusan dengan syuting. Jadi mungkin ponselnya tidak aktif, aku akan memberitahu eonni agar menelpon eommonim secepatnya" tangan Seulgi bergetar hebat pelipisnya dipenuhi bulir keringat.
"ah geurae, arraseo. Ngomong-ngomong mungkin eommonim tidak bisa membantu banyak, aku tahu sifat anak itu sejak kecil, bagaimanapun juga dia adalah anakku. Tolong berikan dia support yang banyak padanya. Jangan terlalu berkubang dalam luka, kalian semua harus maju. Kalau begitu teleponnya ku tutup, gomawo Seulgi-ya" suara lembut keibuan membuat Seulgi semakin sakit, ia tidak pernah terbiasa untuk membohongi orang.
"Nde eommonim" Suara telepon tersebut terputus, nafas lega dari keempatnya membuat suasana terlihat tidak terlalu tegang. Wendy berjalan menuju didepan kamar Irene yang tertutup.
Diikuti dengan para member lainnya, Wendy mengetuk pelan pintu tersebut. Tiga kali ketukan sebelum akhirnya mereka, masuk kedalam kamar. Sunyi, tenang dan sepi.
Seperti itulah suasana kamar tersebut, Irene duduk disamping jendela yang menampilkan pemandangan luar. Menatap kosong keluar, tanpa menyadari bahwa para member menatapnya sedih.
Yerim yang tidak bisa menahan tangisnya, segera memeluk kakak tertuanya. Ia sangat sedih, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar ia bisa membuat eonninya, semangat barang kali sedikit.
Irene tetap diam pandangannya masih tetap sama menuju keluar jendela, namun perasaannya mengkhianati. Air matanya turun perlahan, sedikit demi sedikit hingga yang bisa dia lakukan menjadi rapuh seperti biasanya.
Ia menunduk memeluk erat tubuh Yerim yang menangis bersamanya, ia tidak perduli jika nanti matanya harus sembab nanti. Para member yang melihatnya segera memeluknya dan membisikkan kata kata penyemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveious.
Short Story[ ft. vrene ] Akan ku ceritakan sebuah kisah, tentang mereka yang tak terlihat didepan kamera namun ada dibaliknya. "orang bilang hubungan kami adalah kriminal.." "...tapi kami saling mencintai." proudly present by : © hara,2019.