"Nak, lihatlah. Ibu membawakanmu bunga lili bulan, indah bukan?"
Tangan mungil gadis bergaun biru mengambil bunga lili dari tangan ibunya. Pupil matanya melebar diiringi dengan senyuman yang mengembang. Manik matanya menatap lekat pada bunga itu yang bersinar redup di bawah cahaya rembulan.
"Hum!" balas gadis itu.
Si ibu tersenyum tipis mendengar gumaman anaknya yang menggemaskan. Dia lalu mengambil sisir dan menyuruh anak gadisnya mendekat. Si wanita paruh baya lalu mendudukkan si kecil di pangkuannya dan mulai menyisir rambut putih si gadis cilik.
"Sayang, apakah kamu tahu kenapa bunga ini disebut bunga lili bulan?" tanya si ibu tiba-tiba.
Gelengan kecil menjadi jawaban si cilik. Dia lalu memutar kepala dan menatap mata ibunya dengan polos. "Memang kenapa, Bu?"
Si ibu tersenyum dan berhenti menyisir rambutnya. Diangkatnya tubuh mungil si anak dan digendong ke atas ranjang di kamar. Buku tebal dikeluarkan dari laci meja dan dihadapkan di depan sang buah hati.
"Duduklah dengan posisi paling nyaman, Nak. Ibu akan membacakanmu sebuah kisah," ujarnya.
Mendengar itu, si gadis kecil mulai membenahi posisi duduknya dan menatap semangat ke manik mata ibunya. "Sudah!"
Wanita yang sudah tidak muda itu tersenyum dan mulai membuka buku dongeng tadi.
"Dulu, hiduplah enam ras di enam tempat yang berbeda. Mereka hidup dengan rukun. Para Elf yang selalu bermain di hutan, lalu Peri yang selalu memamerkan sayap-sayap indah mereka, Dwarf yang selalu menempa, Manusia yang gemar berniaga, kemudian Beastfolk yang selalu beradu kekuatan, dan ras terakhir—Behemoth—yang sering menjahili kelima ras lainnya.
"Namun, tanpa sebab yang jelas, ras Behemoth tiba-tiba mulai menyerang kelima ras lain. Kehebohan pun terjadi, ada yang berkata bahwa ras Behemoth dikendalikan oleh ras lain, ada yang bilang ras Behemoth menjadi serakah, segalanya masih simpang siur, tak ada yang tahu penyebab sebenarnya.
"Hingga berkah Dewa turun melalui bunga itu. Ras Behemoth menjadi melemah dikala menghirup serbuk yang dikeluarkan oleh bunga lili bulan. Lima ras lain dengan berat hati memutuskan untuk menyegel ras Behemoth di suatu tempat yang kini menjadi Kerajaan Atyra. Sejak saat itu, kelima ras memutuskan untuk bersatu dan berbaur antara satu ras dengan ras lainnya."
Gadis kecil tadi menatap buku dan bunga di tangannya dengan mata yang berbinar. Pelukan lembut dia lakukan pada bunga lili bulan. Si ibu yang melihat hal itu tersenyum dan mengelus pelan pangkal kepala si gadis.
"Cerita yang indah bukan? Kalau begitu, apakah kamu sudah mau tidur sekarang? Taruh bunga itu dan berbaring, pejamkan matamu dan masuklah ke alam mimpi," kata wanita itu.
Si gadis kecil mengangguk dan menaruh bunga tadi di dekat meja. Kedua tangan mungilnya menarik selimut tebal di bagian ujung ranjang, lalu menggunakan benda itu untuk menghangatkan diri. Matanya perlahan menutup saat sang ibu bersenandung lembut.
Senyum merekah di wajahnya, dia mengecup kening gadis cilik itu dan terbatuk pelan. "Tidurlah, bunga kecilku. Ibu pergi kalau begitu." Dia berdiri dari ranjang dan hendak melangkahkan kaki, sampai rasa pusing menyerang kepalanya.
Dia memegang sisi kanan kepala dengan mata yang terpejam kencang. Desahan kesakitan keluar dari mulut wanita itu, pandangannya mengabur dan badannya lemas. Suara 'brak' keras terdengar dan membuat si gadis kecil kembali terjaga.
"Ibu ...." Dia bergumam dan mengusap-usap pelupuk matanya.
Gadis kecil tadi membelalakkan mata begitu melihat sosok sang ibu tergeletak di lantai kamar tidurnya. Alisnya berkedut selama beberapa saat sampai dia tersadar. "Ibu!" Segera dia menyibak selimut dan berlari kecil menghampiri tubuh wanita itu.
Suhu tubuhnya sangat dingin, bibir merah ceri itu juga sudah menjadi pucat. Dia mengguncangkan tubuh ibunya pelan dengan setitik air yang keluar dari pelupuk mata. Si gadis kecil kemudian menarik napas kencang dan menangis keras-keras.
Seorang pria dengan tergopoh-gopoh masuk dan segera menautkan alis. Dia berlari ke arah si wanita dan menyentuhkan tangannya ke kening. Dingin seperti es, itu yang dia rasakan. Dia lalu menempelkan jarinya di bawah hidung dan menghela napas panjang.
"Ternyata seperti ini ya akhir dari kebersamaan kita. Padahal kau berkata ingin seorang anak laki-laki, tetapi sekarang kau malah pergi. Tapi tak apa, aku tahu resiko ini sewaktu aku menjadikanmu pendamping hidup dulu. Semoga Dewi Kematian membawamu ke tempat yang tenang."
Halo, jika suka dengan cerita ini jangan lupa beri bintang ya. Cerita di akun ini adalah cerita yang sebelumnya ada di akun KawaiiUsagi55, karena lupa akun maka dipindah ke akun yang ini. See ya in next chapter~
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassanova: Akar Masalah
Fantasy[TRILOGI CASSANOVA-BOOK 1] FANTASY-ROMANCE Beberapa chapter memiliki unsur kekerasan, dimohon kebijakan pembaca dalam menyikapi. Terima kasih. BEST RANK [24-04-2021] #2 in Magical Realism #4 in Dwarf #11 in Duniaparalel #13 in Otherworld #14 in Ca...