Gadis itu mencengkeram erat gagang tongkat sihirnya. Aku hanya bisa bertahan sampai kekuatan sihirku cukup untuk membuat beberapa serangan besar. Raulla mengubah tongkat sihirnya menjadi pedang dan melesat.
Begitu Raulla hendak memasuki area yang diselimuti kabut gelap, dia berbelok dan memanjat salah satu pohon. Tetapi, dia mengerutkan kening tatkala melihat si serigala hanya diam; sama sekali tidak bergerak walau hanya menoleh.
Dia menautkan kedua alis dan bergerak menuju ke pohon di sisi yang berlawanan. Tetapi, hewan sihir tadi tetap pada tempatnya. Seolah dia memang tidak bisa bergerak dari tempatnya. Raulla lalu mencoba mengetes dengan membuat sebuah jarum es dan melemparkannya ke arah kaki sang serigala berbulu hitam. Sekilas, pupil matanya bergerak mengikuti jarum es tadi, sebelum menghilang.
Senyum simpul terukir di bibir Raulla.
"Rupanya seperti itu. Ini adalah bentuk pertahanan, dan syaratnya adalah dia tidak bisa bergerak selama mode pertahanan masih aktif. Kalau begitu, dia adalah target yang sangat mudah untuk dibidik."
Raulla membuat busur dari es dan mencari-cari sesuatu yang bisa digunakan sebagai tali es; tipis dan elastis. Dia lalu melihat sebuah sulur terjulur tak jauh dari tempatnya bersembunyi. Gadis berambut putih itu mengambil ancang-ancang dan melompat kemudian menarik sulur tadi.
Raulla berputar di udara dan mendarat dengan satu sulur panjang di tangan kanan. Dengan cekatan, dia mengikatkan salah satu ujung di bagian atas busur dan ujung lain di bagian bawah. Dia lalu menarik-narik busur sederhana itu dan tersenyum.
"Percobaan pertama."
Panah es tercipta dari kabut dingin, Raulla lalu mengambil panah itu dan memasangkannya di busur. Dia lalu menarik ekor anak panah dan membidikkannya pada tubuh besar si serigala berbulu hitam. Raulla memejamkan sebelah matanya dan menarik napas panjang.
Dia kemudian menembakkan anak panah tadi memasuki kabut gelap. Perlahan, anak panah itu terkikis akibat kabut gelap, tetapi Raulla mengerahkan seluruh kabut dinginnya untuk menekan balik efek dari kabut gelap. Kedua kabut itu saling melemahkan, yang kemudian dimenangkan oleh Raulla dan memperkecil luas dari kabut gelap.
Perlahan, ukuran dari panah es yang ditembakkan oleh Raulla membesar karena efek dari kabut dingin. Namun, serigala berbulu hitam itu menyeringai dan melolong keras kemudian menarik seluruh kabut gelapnya kemudian bergerak cepat menghindari panah es tadi.
Raulla terkejut dan segera memasang posisi waspada. Di sisi depan, Raulla melihat ada banyak kawanan serigala berbulu kelabu yang menggeram. Sedangkan di sisi kanan dan kiri ada beberapa serigala dengan bulu yang lebih gelap sedang mengamati dari balik pepohonan.
"Aku tertipu, dia bukan tidak bisa bergerak, tetapi tidak ingin bergerak. Ini jebakan, sekarang aku sudah terkepung oleh para anak buahnya." Raulla menggenggam erat pedang sihirnya dan memasang kuda-kuda bertarung. Sihirnya sudah tidak banyak tersisa karena memaksa untuk mengumpulkan kabut dingin pada satu titik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassanova: Akar Masalah
Fantasy[TRILOGI CASSANOVA-BOOK 1] FANTASY-ROMANCE Beberapa chapter memiliki unsur kekerasan, dimohon kebijakan pembaca dalam menyikapi. Terima kasih. BEST RANK [24-04-2021] #2 in Magical Realism #4 in Dwarf #11 in Duniaparalel #13 in Otherworld #14 in Ca...