3

4 4 0
                                    

Kedua orang itu dengan susah payah menganggukkan kepalanya, takut Raulla berubah pikiran dan membunuh mereka. Raulla memasang muka datar lalu terbang dengan kecepatan rendah ke sisi lain bukit, berpindah ke teritorial serigala perak yang lain. Bagaimanapun, misinya belum selesai.

Dua ratus meter dia terbang sebelum menemukan kawanan lain serigala perak. Mood-nya yang buruk membuat dia tidak bermain-main dengan serigala-serigala itu. Semua serigala tadi mati terbelah dua di perut. Raulla lalu mengambil taring serigala-serigala itu sebagai bukti misi dan terbang kembali ke Kota Phel.

Kerumunan orang seakan-akan menjadi ciri khas tersendiri bagi serikat petualang. Tidak peduli itu siang, sore, atau malam, antrean dan kerumunan orang selalu tampak memenuhi halaman depan serikat petualang.

Dia mendarat di depan kawasan gedung serikat dan menghela napas panjang. Bau anyir darah menyeruak dari gaunnya yang berwarna merah kecokelatan. Raulla lalu menghela napas panjang dan membuat bola air lalu membasahi pakaiannya. Sepoi angin juga datang dari sekitar Raulla, mengeringkan pakaian itu dengan cepat.

Raulla lalu berjalan memasuki gedung serikat dan buru-buru menuju ke aula pengumpulan misi untuk melaporkan misinya. Antrean lagi-lagi mengular, membuat Raulla menghela napas frustasi. Mau tak mau dia harus ikut mengantre atau dia tidak akan bisa pulang.

"Raulla Theresia, misi pembasmian kawanan serigala perak." Raulla berkata pelan setelah gilirannya tiba.

Si resepsionis—yang merupakan seorang Elf—mengangguk dan mengambil kartu serta bukti misi milik Raulla. Alat sihir berbentuk kubus dia arahkan ke taring-taring serigala untuk menguji keasliannya. Sinar merah muncul dari sisi depan alat itu segera setelah diaktifkan.

"Baiklah, taring ini asli. Tunggu dulu, biar kuhitung upahmu untuk seluruh taring-taring ini. Mohon tunggu sebentar," ucap si Elf.

Dia lalu mengambil neraca dari tas dimensi milik serikat dan mulai menimbang-nimbang jumlah total taring serigala. Setelah seluruh taring sudah ditimbang, si resepsionis tersenyum kemudian memberikan sejumlah uang ke Raulla.

"Total upahmu untuk misi ini adalah 15 Zephyr," ucap si resepsionis.

Raulla mengucapkan terima kasih dan mengambil kantung kulit itu. Dia lalu pergi ke aula penukaran barang dan lagi-lagi mengantre. Raulla menjerit dalam hati, benar-benar malas untuk antre.

Dia menatap ke sisi lain, tetapi tak ada perubahan yang begitu berbeda. Antrean juga mengular di meja yang lain. Hal itu tentu membuat Raulla mengurungkan niat awal untuk menukar tubuh serigala-serigala tadi. Tetapi, mengingat bahwa dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli ramuan, dia dengan segera menghela napas.

Dia tidak memiliki pilihan lain dan dengan terpaksa antre. Kerumunan orang di dekat pintu masuk mendapatkan perhatian Raulla. Ekor matanya menangkap rambut seseorang yang pernah dia kenal. Tetapi dia tak memiliki waktu, antrean terus bergerak.

"Raulla Theresia, penukaran mayat serigala perak." Raulla mengeluarkan banyak mayat serigala perak di atas meja besar. Hampir seluruhnya berada dalam kondisi yang cukup buruk; tak memiliki darah atau salah satu organnya rusak.

Petugas penghitung tersenyum tipis dan berkata, "Tunggu sebentar. Biar kami hitung terlebih dahulu serigala yang Anda bawa."

Dia lalu memasukkan seluruh mayat serigala tadi ke tas dimensi dan meninggalkan Raulla. Gadis beriris ungu menghela napas pasrah dan mulai memainkan bola air di kecil di tangan kanannya untuk menghilangkan rasa bosannya.

Cassanova: Akar MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang