Ryu lalu menyuruh Raulla mundur sekitar 5 meter. Setelah dirasa cukup jauh, Ryu lalu mengambil belati dan menggores ibu jarinya sendiri. "Dengan setetes darah dariku, wahai makhluk dalam legenda. Aku sebagai tuanmu memanggil. Datanglah dengan badai, kembalilah dengan damai. Aku—Ryu Cassanova—memanggilmu, Byakko!"
Setetes darah menyentuh rerumputan sebelum jatuh ke tanah. Darah itu kemudian bersinar setelah terserap oleh tanah. Lingkaran sihir berukuran sedang tercipta begitu mantra yang Ryu ucapkan selesai, lalu bersinar terang bersamaan dengan tekanan yang meningkat.
Deru angin berputar-putar di sekeliling lingkaran itu selama beberapa saat sebelum memadat menjadi bentuk fisik. Seekor harimau putih dengan loreng hitam muncul dari lingkaran itu. Segera setelahnya dia berjalan ke arah Ryu kemudian menunduk di hadapannya.
"Penjaga gerbang barat, Byakko, menghadap kepada Tuan Ryu." Suaranya lembut dan sedikit bergema.
Raulla merasakan jantungnya bergedup sangat kencang. Tekanan yang dikeluarkan oleh hewan yang dipanggil Ryu tidak main-main. Auranya mengingatkan Raulla pada kejadian di masa lalu. Kejadian yang berusaha Raulla lupakan dan simpan jauh di dalam memori otaknya.
Sorot ketakutannya makin kuat saat mendengar hewan itu dapat berbicara. Tetapi sorot itu menghilang saat dia menyadari sepasang sayap transparan kecil berkepak pelan di dekat kaki depannya.
"Byakko, bisa kau bantu kami? Kami membutuhkan tumpangan untuk pergi ke Hutan Suci Gryza," ucap Ryu.
Harimau putih itu lalu menjawab, "Dengan senang hati, Tuanku. Hamba senang bisa berguna bagi tuan. Namun, bisakah hamba mengajukan pertanyaan?"
Ryu mengangkat satu alisnya dan tersenyum. "Bicaralah."
"Kenapa Anda tidak memanggil Suzaku saja? Bukankah perjalanan melalui udara lebih cepat?" tanya Byakko masih menundukkan kepalanya.
"Mudah sekali, perjalanan melalui udara terlalu mencolok. Dan lagi kau bisa mengubah ukuranmu menjadi sedikit lebih kecil, berbeda dengan Suzaku. Selain itu, aku takut ada yang belum terbiasa," kata Ryu sembari melirik Raulla, "perkenalkan, dia adalah Raulla."
Byakko lalu menundukkan kepalanya juga pada Raulla. Sedangkan Raulla yang merasa ditatap terkejut dan buru-buru menundukkan badannya. Rasa takutnya seketika sirna saat hewan itu menarik sudut bibirnya.
Melihat hal itu, Raulla menautkan alis dan berkata, "Maaf sebelumnya, apakah Anda adalah binatang legendaris yang dikisahkan turun-temurun? Sang harimau bersayap?"
"Rupanya aku cukup dikenal di kalangan manusia. Kau sedikit meleset, sayap ini bukan bagian tubuh milikku." Sayap transparan yang mengepak-epak tadi perlahan mengecil dan menghilang seluruhnya. "Ini hanya manifestasi dari sihir anginku."
Raulla menelan ludah merasakan angin kencang yang bertiup saat sayap milik Byakko menghilang. "Tapi, tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa Anda memiliki sayap. Senang bertemu dengan Anda, Tuan Byakko."
Ryu menepukkan kedua telapak tangannya, merebut perhatian Raulla dan Byakko.
"Kita harus segera berangkat, sudah banyak waktu yang terbuang."
Elf beriris biru itu menepuk-nepuk kaki Byakko. Harimau berukuran tujuh meter itu segera berlutut dan membiarkan Ryu menaiki punggung berbulu miliknya. Raulla yang melihat itu dengan sedikit canggung turut menaiki tubuh sang harimau loreng.
"Langsung saja kita berangkat. Byakko, kecilkan ukuranmu hingga seukuran hewan sihir biasa," titah Ryu.
Byakko mengangguk paham dan berdiri tegap dengan keempat kakinya. Aliran hangat udara lalu berkumpul mengelilingi tubuhnya selama beberapa saat. Ukuran harimau itu turut menyusut bersama dengan angin yang menghilang. Tubuhnya yang awalnya memiliki tinggi tujuh meter, menyusut menjadi hanya tiga setengah meter.
Harimau itu lalu berlari di bawah cahaya bulan, mengarah ke Hutan Suci Gryza. Raulla mengambil selembar peta dari tas besarnya dan dibentangkan di hamparan bulu halus Byakko. Dia kemudian mengambil pena bulu serta tinta, kemudian membuat penanda-penanda di peta itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Ryu saat melihat Raulla membuat penanda di peta.
"Aku membuat penanda untuk kota-kota yang bisa kita singgahi sekaligus estimasi waktu kita akan sampai," balas Raulla.
Ryu mengulaskan sedikit senyum kemudian berkata, "Percayakah kau jika ini bukan kecepatan maksimal harimau ini? Mungkin hanya sekitar sepertiga dari kecepatan maksimal Byakko?"
Raulla mengerutkan keningnya dan menatap Ryu, sedangkan pria berkulit cokelat muda itu menaikkan salah satu alis. Elf itu lalu menatap ke depan dan menepuk-nepuk pipi Byakko sembari berseru, "Byakko, kecepatan maksimal."
Harimau itu meraung pelan. Angin tiba-tiba berhembus kencang dan terkumpul di keempat kaki Byakko. Tanpa aba-aba. Byakko menaikkan kecepatan larinya tiga kali lipat dari kecepatan awalnya. Raulla yang tak siap bahkan sampai terdorong ke belakang.
"Tuan Ryu, aku tidak bisa menangani kecepatan ini! Kumohon, turunkan kecepatannya seperti tadi! Atau aku akan mengeluarkan isi perutku jika tetap seperti ini!" teriak Raulla histeris.
Ryu tertawa kecil dan menepuk kembali pipi Byakko. Harimau itu menggeram pelan dan menurunkan kecepatannya perlahan, tawa kecil juga meluncur dari mulut harimau putih itu. Sang gadis berambut putih lalu menghela napasnya lega dan menatap tajam pada Ryu.
Ryu menatap tajam Raulla dan dengan acuh tak acuh kembali memandang jalanan. Sedikit rasa kesal menghampiri Raulla saat Ryu sama sekali tidak meminta maaf. Dia sedikit mencibir dan kembali menandai tempat-tempat yang mungkin bisa disinggahi. Hari sudah petang saat Ryu, Raulla, dan Byakko mencapai pemberhentian pertama mereka, Desa Lilic.
Saat memasuki Desa Lilic, keadaannya sangat aneh. Tak biasanya sebuah desa sesepi ini, bahkan dengan desa yang paling sedikit penduduknya. Ryu menatap tajam ke satu titik dan turun dari atas Byakko.
Dia lalu menepuk pipi Byakko dan berbisik, "Kau juga merasakannya, kan?"
Byakko memberi respon dengan geraman kecil. Dia juga merasakan hal yang sama dengan yang Ryu rasakan. Dia lalu melihat ke sekeliling dengan cermat, barangkali menemukan sesuatu.
Tak kunjung menemukannya, Ryu akhirnya menyerah dan mencoba berpikir positif. Mungkin itu hanya hewan sihir yang lewat. Bukankah itu sudah hal yang lumrah jika ada banyak hewan sihir di alam liar? Pikir Ryu.
Namun, baru beberapa saat setelah Ryu berpikir seperti itu, serangan datang dari arah kiri. Terkejut, Byakko menghindar dengan sedikit ceroboh, kaki kirinya berdarah akibat hal itu. Raulla yang tadi terfokus dengan peta beralih fokus dan bertanya dengan penuh khawatir, "Ada apa?"
Ryu melirik ke arah Raulla dan berkata lirih, "Serangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassanova: Akar Masalah
Fantasy[TRILOGI CASSANOVA-BOOK 1] FANTASY-ROMANCE Beberapa chapter memiliki unsur kekerasan, dimohon kebijakan pembaca dalam menyikapi. Terima kasih. BEST RANK [24-04-2021] #2 in Magical Realism #4 in Dwarf #11 in Duniaparalel #13 in Otherworld #14 in Ca...