8

4 4 0
                                    

"Fuah, akhirnya sampai. Kita akan belajar di sini, Tuan ...?"

"Ryu, namaku Ryu Cassanova. Kau benar, kita akan belajar di hutan ini," ujar Ryu dengan sedikit nada bangga di akhir kalimatnya.

Raulla mengernyitkan keningnya, bingung hendak memberi tanggapan seperti apa. Dia tahu bahwa hutan di malam hari sangat berbahaya, terutama bagi petualang kelas rendah seperti dirinya.

"Baiklah, Tuan Ryu. Jadi, apa yang akan kita pelajari hari ini?" tanya Raulla sembari memanggil tongkat sihirnya.

"Aku akan mengajarimu dari dasar sihir. Jadi, duduk dan dengarkan dengan baik," ujar Ryu sembari membuat kursi dari tanah.

Raulla menghela napas pasrah, tak bisa protes. Akhirnya dia pun duduk di kursi tanah itu dan menatap Ryu dengan sedikit semangat yang tersisa.

"Kau pasti sudah tahu tentang ini bukan? Sihir berpusat pada sirkuit sihir kita, yang terletak 2 inci ke kanan dari jantung. Seluruh sihir berpusat di sana, yang berarti bahwa sihir kita berasal dari sirkuit sihir.

"Sihir sendiri dibagi menjadi dua jenis. Sihir untuk menyerang dan bertahan, serta sihir untuk kehidupan sehari-hari. Seperti menempa, membuat ramuan sihir, atau menjinakkan hewan sihir. Sihir menyerang dan bertahan dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Seperti sihir elemen, sihir ruang, sihir penyembuh, sihir ilusi, dan masih banyak lagi."

Raulla mengangguk-angguk paham. Dirinya hanya mengetahui tentang sihir menyerang dan bertahan. Dia tidak paham sama sekali dengan sihir untuk sehari-hari. Selama ini dia melakukan semuanya secara manual; menyapu, memasak, membersihkan pakaian, dan hal-hal lainnya.

"Lalu, kau memiliki elemen apa saja?" tanya Ryu tiba-tiba.

"Kukira aku sudah mencantumkannya di profil misi?" balas Raulla keheranan.

"Tidak ada di sana."

Raulla tersenyum lebar dan menampilkan deretan gigi putihnya. Dia lalu berdiri dan mulai merapalkan mantra. Bola air di tangan kiri, dan bola angin di tangan kanan. "Aku memiliki dua elemen, air dan angin. Aku sendiri hanya bisa menggunakannya hingga mantra tingkat 2, karena kemurnian sirkuit sihirku yang masih rendah."

Ryu mengangguk pelan kemudian berkata, "Tahukah kamu bahwa dual air-angin merupakan yang terkuat? Sihir es, memiliki pertahanan dan serangan yang seimbang. Sihir ini bahkan bisa membuat musuh melambat hingga membunuhnya dari jarak yang sangat jauh. Rekor terjauh pada jarak 15 meter.

"Tapi, tahukah kamu jika itu merupakan hasil penggabungan air dan angin?" tanya Ryu dengan penekanan.

Raulla menggelengkan kepalanya pelan. Dia sama sekali tidak tahu tentang penggabungan elemen. Dia hanya tahu tentang empat elemen saja, tanpa tahu bahwa mereka ternyata bisa digabungkan.

"Baiklah, kau duduk saja dahulu. Biarkan aku menyusun porsi latihanmu. Karena aku sudah mengetahui elemenmu, ini akan mudah," suruh Ryu.

Elf itu lalu mengeluarkan sebuah buku dan pena lalu duduk di bawah salah satu pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elf itu lalu mengeluarkan sebuah buku dan pena lalu duduk di bawah salah satu pohon. Raulla mengembuskan napas keras-keras dan turut mendudukkan diri di salah satu pohon. Suara geraman hewan menghiasi malam itu.

Setengah materi sudah ditulis oleh Ryu, elf itu lalu menarik napas dan melirik ke arah Raulla. Gadis berambut putih itu tampak tertidur lelap di bawah sinar rembulan. Kulitnya yang seputih susu memantulkan cahaya bulan seperti cermin.

Ryu sedikit mengulas senyum, sangat tipis. Jika tidak cermat, tidak akan ada yang sadar bahwa dia sedang tersenyum. Elf itu lalu menaruh buku dan pena, menarik jubah tebal dari tubuh tegapnya kemudian dipergunakan sebagai selimut untuk Raulla.

Cahaya temaram bulan menjadi satu-satunya sumber pencahayaan bagi Ryu. Kulit cokelat mudanya tampak sangat indah dibawah cahaya bulan, iris birunya yang selalu memberikan tatapan dingin kali ini sedikit mengeluarkan kehangatan.

Ryu sekali lagi tampak mengulas senyum saat catatannya sudah lengkap. Elf itu menarik napas panjang dan mengambil jubah tebalnya. Dia lalu sedikit mengguncangkan tubuh Raulla dan memanggil dengan nada suaranya yang dingin.

"Ya? Kau sudah selesai menulis materi yang ingin diajarkan?" ujar Raulla dengan wajah yang masih setengah mengantuk. Dia meregangkan tubuh dan membuka lebar mulutnya untuk menyedot oksigen.

"Aku sudah selesai. Jadi langsung saja, aku akan memberimu contoh penggabungan elemen dan kau melakukannya setelahnya dengan bimbinganku," jelas Ryu.

Raulla mengangguk dan kembali duduk di kursi tanah.

"Pertama, untuk melakukan penggabungan, ambillah posisi duduk bersila. Lalu buatlah sebuah dua buah bola elemen yang berbeda. Kemudian satukan secara perlahan, ingat untuk tidak menambah atau mengurangi daya sihirnya," jelas Ryu.

Sesuai dengan langkah-langkah yang dia jabarkan, Ryu mulai mengambil posisi bersila. Bola api muncul di tangan kanannya dengan bola angin di tangan kirinya. Perlahan tapi pasti, Ryu mendekatkan dua buah bola itu.

Bulir-bulir keringat mulai muncul dari dahi Ryu bersamaan dengan buah bola elemen di kedua tangannya yang mulai bersinkronisasi, menciptakan siluet burung api kecil dan harimau angin kecil yang saling bermain-main.

"Dan jika sudah, jadilah seperti ini!" Hawa panas yang intens menyeruak dari perpaduan bola api dan angin itu, "elemen ini disebut dengan elemen nether karena hawanya yang panas."

Ryu lalu menunjukkan bola api warna hijau muda di tangan kanannya pada Raulla dan berkata, "Sekarang kau juga cobalah."

Raulla mengangguk dan mulai mengambil posisi bersila. Bola angin dan air tercipta di kedua tangannya. Dengan wajah yang sangat percaya diri, Raulla mulai mendekatkan dua bola elemen itu.

Siluet kura-kura air dan harimau angin tercipta saat Raulla mulai menggabungkan keduanya. Namun, bukannya bermain-main, dua siluet itu malah saling menatap dengan tatapan permusuhan dan mulai menyerang satu sama lainnya.

"Ah!" jerit Raulla saat bola air-angin itu meledak. Menghantam dadanya.

Pelindung transparan muncul di dada Raulla, menghalangi ledakan energi itu agar tak begitu melukai gadis berambut putih itu. "Kau terlalu ceroboh. Apakah kau tidak memperhatikan? Sudah kubilang untuk melakukannya secara perlahan! Tapi kau malah terburu-buru, lihat kondisimu. Jika tidak ada aku, kau pasti sudah mendapatkan luka berat," omel Ryu.

"Maafkan aku, aku terlalu terburu-buru," balas Raulla sambil menundukkan kepala.

"Terlalu percaya diri hingga kelepasan dan menambah daya sihir milik elemen air. Menghancurkan dan membuat kacau harmonisasinya. Perlukah aku menjelaskan proses itu satu demi satu?" Ryu mencemooh dan menghela napas panjang. "Ulurkan tanganmu."

Gadis itu mengulurkan tangannya dengan keraguan, tetapi Ryu segera menarik pergelangan tangan Raulla dan menariknya mendekat. Kehangatan perlahan masuk dari pergelangan tangan Raulla mengalir hingga ke dadanya yang sedikit terluka. Ryu kemudian melepaskan pegangannya dan menatap gadis itu dingin.

"Tidak mengucapkan terima kasih?" katanya dengan penekanan di kata 'terima kasih'.

Raulla menghela napas pasrah dan berkata lirih, "Terima kasih."

Senyuman sinis tersungging di bibir Ryu, "Hei, kau menuruti perkataanku? Sungguh gadis yang aneh, kuyakin hidupmu tak akan lama jika kau dengan mudah menurut pada orang lain. Setidaknya hargailah dirimu sendiri."

Elf berambut hitam itu tertawa kecil dan mengambil buku dan pena yang tadi dia taruh. Sedangkan Raulla menggigit bibir bawahnya dengan perasaan kesal. Baru kali ini dia mengalami penghinaan separah ini.

Ryu yang melihat ekspresi Raulla tersenyum sangat tipis. Tetapi sedetik kemudian kembali menunjukkan tatapan bak es batu. "Tak perlu menunjukkan raut wajah seperti itu. Kau berkata ingin menjadi kuat, bagaimana bisa kau memasang wajah kesal pada pelatihmu sendiri? Sungguh tidak sopan."

Raulla menatap manik Ryu dan mengangguk. "Ya, Tuan Ryu. Terima kasih."

Cassanova: Akar MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang