2

3 3 0
                                    

Raulla memelesat di atas Hutan Deca, sebuah hutan di barat daya Kota Phel dengan kecepatan sedang. Matanya menatap awas ke segala sisi hutan. Terkadang, beberapa hewan sihir terbang menyerang Raulla, tapi dapat diatasi olehnya dengan sedikit kesulitan.

Tak melihat tanda-tanda kawanan serigala perak, Raulla memutuskan untuk berpindah ke bukit kecil di sekitar hutan. Biasanya, kawanan serigala perak dan serigala bulan bergerombol di bukit itu kemudian membuat dan saling menjaga teritorial masing-masing.

Rambutnya berkibar kencang saat Raulla terbang dengan kecepatan yang cukup lumayan. Iris ungunya sesekali melihat ke daerah bukit yang tampak damai, tidak ada tanda-tanda pertempuran sama sekali. Gadis itu sekali lagi menautkan kedua alisnya dan melayang di atas kawasan teritorial serigala perak.

"Sepi sekali, tidak seperti biasanya." Raulla berkata keheranan.

Dia lalu turun dari udara dan menapakkan kakinya di rerumputan hijau. Tepat saat dia menapakkan kakinya, bilah angin datang dengan kecepatan tinggi dari segala arah. Raulla yang terkejut akhirnya menghindar sebisanya dan membuat beberapa bilah angin menggores tubuh.

Darah segar menetes dari luka goresan di sekujur tubuh Raulla. Gaun putihnya kini tak lagi berwarna putih, berubah menjadi merah di beberapa bagian karena darah "Serangan mendadak? Sudah lama aku tak mengambil misi untuk memburu serigala perak, mereka makin licik saja."

Botol kaca dengan cairan merah tua dikeluarkan dari tas dimensi miliknya. Tanpa pikir panjang, Raulla segera meneguk cairan merah tua itu hingga habis. Balutan cahaya merah lalu menyelimuti luka-luka Raulla dan menyembuhkannya dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang.

"Ayo mulai ronde dua! De Arize, Staffio!" teriak Raulla.

            Cahaya biru muncul di tangan kanan Raulla yang perlahan berubah menjadi tongkat sihir yang baru saja dia beli, berwujud seperti pipa dengan celah kosong yang sudah terisi oleh batu sihir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya biru muncul di tangan kanan Raulla yang perlahan berubah menjadi tongkat sihir yang baru saja dia beli, berwujud seperti pipa dengan celah kosong yang sudah terisi oleh batu sihir. Selepas terwujud sempurna, Raulla mengangkat tongkat itu tinggi-tinggi dan merapalkan mantra.

"Angin, memadat dan jadilah tajam. Winda Blaz!"

Puluhan hingga ratusan bilah angin tercipta dan segera memelesat ke berbagai arah. Lolongan kesakitan para serigala terdengar bersahut-sahutan. Setelah serangan itu reda, gerombolan serigala setinggi dua meter dengan bulu warna putih keperakan muncul dari balik pepohonan. Sebagian terluka, sebagian baik-baik saja, sedangkan lebih dari separuh terjatuh dengan tubuh yang terbelah dua dengan tidak rapi.

Geraman serigala-serigala itu mengusik indra pendengaran Raulla. Auman salah satu serigala menjadi komando, segera saja mereka menerjang ke arah Raulla. Mencakar, menggigit, bahkan melepaskan sihir.

Beruntung Raulla sudah mengakifkan kemampuan gaun pelindung yang dia kenakan. Medan pelindung berbentuk bola menghalau serangan serigala-serigala yang sama sekali tidak bisa menembus pelindung itu. Senyuman kecil pun tersungging di bibir Raulla.

Cassanova: Akar MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang