26

9 2 2
                                    

"Hanya perlu sedikit persiapan, kau akan pergi sekarang? Aku dan Yeona akan sesegera mungkin membuka gerbangnya jika kau ingin pergi sekarang, aku akan memanggilmu saat kita sudah siap," ucap Ryu sambil melepas jubahnya. Dia lalu memberikannya pada Raulla, digunakan untuk menutupi bagian atas tubuh. "Keringkanlah tubuhmu sementara aku dan Yeona membuka gerbang. Pakai ini agar kau tidak kedinginan."

Elf berkulit cokelat muda itu berbalik. Raulla menoleh dan mengamati punggung lebar itu menghilang di kejauhan. Dia mengenggam jubah yang dipakaikan Ryu, tatapannya kembali cerah. Dia menarik napas panjang, genggamannya pada jubah makin erat. Raulla mendongak.

"Ini sangat aneh. Kenapa degup jantungku makin kencang saat dia memberikan jubahnya padaku? Apa yang terjadi denganku?" Gadis itu menepuk-nepuk pipinya, kemudian menarik pipinya dengan sedikit cubitan.

Dia lalu melihat ke arah desa di bawahnya dan tersenyum. Hujan sudah mereda, pakaiannya pun sudah sedikit kering. Raulla kemudian merapalkan mantra pendek, deru angin mengelilingi gadis itu dan mengeringkan pakaiannya secara keseluruhan. Kaki rampingnya kini dia arahkan kembali ke rumah Yeona.

Begitu sampai di sana, dia melihat Ryu dan Yeona sedang membuat pola lingkaran sihir, memiliki aksara-aksara yang tampak sangat asing di mata Raulla. Dia menautkan alis dan duduk di samping Byakko.

"Byakko, apa yang mereka lakukan? Lalu aksara-aksara apa itu? Aku tidak pernah melihatnya sebelum ini, apakah itu aksara khusus," kata Raulla sedikit mencolek Byakko.

"Kau benar, itu adalah aksara khusus ras peri dan ras elf. Karena hubungan kekerabatan mereka yang cukup dekat, kedua ras itu memutuskan untuk membuat aksara khusus demi memudahkan komunikasi. Maka, terciptalah aksara itu."

Byakko hendak mengatakan sesuatu, tapi dia pendam kembali saat melihat wajah Raulla. Alisnya turun, pandangan matanya kosong, dan sudut bibirnya seperti tidak memiliki otot; lemas. Dia menarik napas kemudian menepuk paha Raulla, membuat gadis itu terhenyak dan refleks menatap Byakko.

"Ada apa? Kenapa kau seperti memiliki banyak beban pikiran?"

Raulla menggeleng.

"Tidak apa. Aku baik, kok."

Ryu memanggil saat gadis itu menjawab pertanyaan Byakko. Dia menoleh, Ryu memberikan isyarat bahwa gerbangnya sudah siap. Raulla mengangguk pelan sebelum berdiri dan memposisikan dirinya di tengah-tengah lingkaran sihir.

"Kau siap?" tanya Ryu.

Gadis itu mengangguk pelan sembari menggenggam erat Tongkat Adam. Ryu lalu menatap Byakko dan Yeona yang segera dibalas dengan anggukan kecil. Secara serentak, mereka mengulurkan kedua tangannya dan menyalurkan sihirnya.

"Selamat berpetualang di dunia roh."

Hal pertama yang Raulla lihat adalah warna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang Raulla lihat adalah warna putih. Di mana-mana hanya ada warna putih. Gadis itu termenung kagum dan perlahan berjalan sembari berputar menikmati pemandangan yang tersaji.

"Indah sekali," gumam Raulla.

Gadis itu lalu tersenyum lebar dan mulai kembali fokus ke tujuan utamanya; mencari roh elemen yang mau membuat kontrak dengannya. Dia lalu menoleh ke kiri dan kanan tapi tak kunjung melihat satu roh pun. Dia memijat keningnya kemudian menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Ah, kata Ryu aku harus melepaskan energi sihirku sedikit agar para roh menampakkan diri padaku sekaligus memfilter roh yang akan datang kepadaku. Baiklah, biar kumulai." Menyebut nama Ryu, pandangan Raulla perlahan muram. Tetapi dia segera menggeleng. Aku harus fokus mencari roh kontrak.

Dia lalu menaruh kedua tangannya di depan dada dan memejamkan matanya sejenak. Cahaya biru muda menguar dari dadanya dan mengelilingi tubuhnya sebelum berdiam di depan mata Raulla. Gadis itu lalu membuka matanya dan tersenyum saat melihat cahaya biru muda itu. Raulla lalu menyentuh cahaya itu dengan telunjuknya, membuat cahaya tadi bergetar pelan dan memutari jari telunjuknya.

"Mewujudlah," ucap Raulla.

Cahaya itu berputar cepat dan melayang makin tinggi ke atas. Perlahan cahaya itu berubah menjadi seperti lotus. Energi dingin pun menguar saat lotus itu sudah mekar, memengaruhi ruang di sekitarnya.

Ruang yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi berwarna biru muda. Melihat itu, Raulla membuat dua bola cahaya lain dengan warna putih dan biru tua. Ruang itu kemudian berubah, dengan tiga warna yang saling bersinergi. Suasana yang tadinya sepi, kini pun menjadi tambah ramai karena banyak bola-bola energi yang muncul.

"Itu adalah mereka ... para roh elemen."

Raulla lalu mencoba menyentuh salah satu bola energi tapi dia urungkan kembali mengingat ucapan Ryu. Aku tak boleh memegang salah satu roh tingkat rendah di sini, karena itu tak akan membantuku sama sekali. Jika aku menyentuh mereka, kontrak akan dengan otomatis akan terbentuk.

Dia lalu mengacuhkan bola-bola energi itu dan beralih pada roh yang berbentuk humanoid kecil. "Mereka adalah roh tingkat menengah." Raulla lalu beralih pada roh berbentuk hewan besar dan manusia normal. "Dan mereka adalah roh tingkat atas."

Raulla lalu berjalan ke arah para roh tingkat atas berkumpul dan memberi hormat. Dia lalu membuat bunga lotus lainnya dan melemparkannya ke udara lagi; membuat makin banyak energi dingin di ruang itu. Sinergi antara tiga warna rusak, warna biru muda kini mendominasi.

"Tuan-Tuan dan Nona-Nona, saya sedang membutuhkan seorang roh kontrak. Apakah ada diantara Tuan dan Nona sekalian yang bersedia membuat kontrak dengan saya," ucap Raulla sembari memberi hormat sekali lagi.

Para roh tingkat atas dan tingkat menengah saling bertatap-tatapan sebentar sebelum salah satu dari mereka maju. Seorang roh tingkat menengah dengan wujud seperti setan kecil maju. Tangannya yang berbentuk seperti ranting diulurkan ke arah Raulla.

"Sihir ... makanan ... kontrak," katanya dengan suara yang tak begitu jelas.

Raulla mengerutkan keningnya dan hendak memberikan sihirnya tapi dihentikan oleh sesosok. "Hentikan, kau tidak perlu membuang sihirmu untuk membuat kontrak dengannya." Gadis itu menoleh. Matanya membelalak saat melihat siapa—tepatnya apa yang menghentikannya.

Dari belakang, sesosok roh elemen dengan wujud naga berjalan dengan anggunnya, membuat roh lainnya secara refleks membukakan jalan untuknya. Dia lalu menatap ke arah Raulla dan tersenyum.

Roh itu menengadahkan kepalanya sejenak, membuat cahaya biru menyelimuti tubuhnya dan mengubahnya menjadi berwujud manusia. Dengan tanduk dan sayap naga berwarna putih serta rambut warna biru muda, mengenakan gaun mewah dan mahkota kecil, membuat sosoknya tampak seperti putri.

"Aku adalah Frigus, roh elemen es. Aku tertarik untuk membuat kontrak denganmu. Maukah kau membuat kontrak denganku?" ucap sosok itu sembari berjalan ke arah Raulla.

Raulla terperangah tak percaya. Dia baru saja diajak membuat kontrak oleh seorang roh elemen dengan wujud superior? Apakah dia baru saja bermimpi? Dia memejamkan matanya sebentar dan buru-buru mengangguk—takut Frigus berubah pikiran.

"Ya, aku mau. Terima kasih," kata Raulla.

Roh elemen itu tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Dia lalu mengulurkan tangan kanannya pada Raulla. Raulla yang melihat hal itu tersenyum senang dan menjabat tangan Frigus dengan penuh bahagia.

"Dengan ini, aku—Frigus—menyatakan setia pada nonaku. Yang bernama—"

"Tunggu!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cassanova: Akar MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang