Gadis itu lalu melangkahkan kakinya ke arah pusat kota. Lalu lalang kota tak begitu ramai pagi itu, mungkin karena masih sangat pagi. Raulla tersenyum senang dikala melihat anak-anak dari yang sedang berlarian.
Ya, kau tidak boleh menyerah begitu saja, Raulla. Lihatlah anak-anak itu, mereka menjalani hidupnya dengan penuh gelak tawa. Dia lalu berbelok di satu sudut jalanan dan keluar persis di depan gedung cokelat serikat.
"Ramai sekali, padahal masih pagi," ujar Raulla saat melihat kerumunan orang di depan serikat.
Raulla menghela napas dan berjalan diantara kerumunan kemudian berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa masuk ke gedung serikat. Gadis itu berdesak-desakan dengan petualang yang lain dan bisa masuk setelah bersusah payah. Buru-buru dia pergi ke aula pengambilan misi dan berlari kecil ke arah papan yang penuh dengan kertas berbagai warna.
"Misi ... misi ... ah! Misi pemburuan beruang empat lengan. Misi ini memiliki hadiah yang besar, tingkat kesulitannya ... tingkat C! Oke, kuambil yang ini saja," ucap Raulla sembari menarik selembar kertas dari papan.
Kaki gadis itu dilangkahkan ke antrean untuk mengambil misi. Tak seperti biasanya, kini Raulla mengantre dengan senyuman yang mengembang. Sepertinya perasaannya sedang sangat bagus pagi ini.
"Selamat pagi, Nona Amber. Aku ingin mengambil misi ini," ucap Raulla saat gilirannya tiba.
"Baiklah. Sendirian lagi?" tanya Amber.
"Yah, memang siapa yang mau berkelompok dengan gadis penuh rumor sepertiku?" ucap Raulla sambil tersenyum kecut.
Gadis yang dipanggil Amber tersadar dan buru-buru meminta maaf. Dia lalu meminta kartu petualang milik Raulla yang kemudian ditaruh di sebuah alat sihir. Setelah itu dia menyerahkan kembali kartu milik Raulla sembari berkata, "Misimu sudah terpasang. Jangan lupa untuk melaporkan kembali sebelum 48 jam."
Raulla mengangguk cepat dan buru-buru mengantongi kartunya kembali. Matanya lalu menatap ke miniatur tongkat sihir di belakang Amber. "Nona Amber, bisakah kau memberi tahuku ... cara menjadi kuat? Atau cara mengendalikan sihir dengan lebih baik?"
"Kusarankan untuk memakai jasa pelatih sihir. Kau bisa memasang misi pribadi untuk itu. Namun ... biayanya mungkin sedikit mahal. Paling rendah 300 Zephyr untuk sekali latihan," ucap Amber sembari mengeluarkan selembar kertas, "kau bisa menuliskan detail misi dan upahnya di kertas ini."
Raulla mengangguk dan mengambil kertas itu dengan pulpen. Buru-buru dia menuliskan detail misi dengan upah yang akan dibayarkan, sebesar 350 Zephyr untuk tiap pertemuan. "Baiklah, ini detail misinya Nona Amber. Terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu."
Raulla hendak berbalik tapi Nona Amber menghentikannya. "Pemasangan misi pribadi dikenakan biaya jasa 50 Zephyr untuk serikat."
"Oh, maafkan aku. Aku tidak tahu itu," ujar Raulla sembari merogoh tas dimensi miliknya dan mengeluarkan sekantung kecil uang, "ini, 50 Zephyr. Terima kasih, Nona Amber."
Raulla lalu berjalan dengan penuh suka cita. Begitu keluar dari gedung serikat, Raulla buru-buru melafalkan mantra terbang dan pergi ke sisi selatan Hutan Deca. Biasanya di sanalah hewan sihir berukuran raksasa tinggal, termasuk targetnya kali ini, beruang empat lengan.
Lalu lintas udara tampak cukup ramai dengan beberapa kelompok penyihir yang membawa kelompoknya, atau para warga yang memakai alat sihir untuk terbang. Beberapa saling menyapa, dan sisanya hanya lewat begitu saja.
Raulla akhirnya sampai di sisi selatan hutan setelah melewati sebuah pembatas sihir. Dia lalu menurunkan ketinggian terbangnya dan menatap ke segala arah dengan pandangan awas, jika tiba-tiba saja ada beruang empat lengan yang lewat.
Intuisinya benar. Seekor beruang berlengan empat berukuran 4 meter dengan warna cokelat terlihat sedang memburu seekor rusa kecil. Senyuman Raulla pun merekah, buru-buru dia membuat peluru air yang ditembakkan dengan kecepatan tinggi ke arah si beruang.
Mendapati ada serangan, beruang tadi berhenti mengejar si rusa dan melirik ke arah serangan datang. Hewan sihir itu lalu menyilangkan sepasang tangannya di depan dada dan sepasang sisanya membuat perisai dari tanah, menyebabkan serangan Raulla gagal.
"Beruang ini lebih pintar rupanya daripada hewan sihir di utara," gumam Raulla pelan di ketinggian.
Netra hitam beruang itu menangkap sosok Raulla yang terbang di ketinggian. Geraman kecil terdengar darinya, yang kini mulai membuat bola tanah berukuran besar. Dengan empat lengannya yang kokoh, beruang itu melemparkan bola tadi ke arah Raulla.
Ekspresi terkejut tercetak di wajah Raulla yang segera digantikan dengan seringai lebar. "Menarik."
Raulla segera membuat perisai air yang menyebabkan laju bola tanah terhenti. Gadis beriris ungu itu lalu menyelimuti bola itu dengan air dan melemparkannya kembali ke si beruang. Mendapati serangannya berbalik, beruang itu merasa murka dan meninju bola tanah yang melesat ke arahnya.
Bahkan dia memiliki fisik sekuat itu? batin Raulla terkejut.
Raulla memutar otak dengan sangat keras untuk melawan si beruang. Serangan demi serangan dilancarkan, tapi tak ada yang memberikan luka fatal, kebanyakan hanya luka kecil. "Bagaimana caraku melawannya? Dia memiliki fisik yang hebat dan juga ketahanan sihir yang cukup kuat."
Raulla berpikir keras mengingat-ingat kelemahan dari beruang empat lengan. Hingga dia teringat satu hal. "Bukankah dalam buku disebutkan jika bagian punggung beruang empat lengan memiliki ketahanan paling rendah dibanding yang lainnya? Lebih baik kucoba dulu. Chingo, Swardio."
Tongkat sihir Raulla secara perlahan berubah warna menjadi biru dan berganti menjadi pedang. Gadis berambut putih itu lalu melesat ke arah beruang itu dan melakukan tebasan pada dadanya dan berhasil memberi luka yang sedikit dalam.
"Sekarang!"
Raulla melakukan manuver di udara dan melakukan tebasan ke arah punggung si beruang. Sayatan sepanjang 15 sentimeter tercipta di punggung beruang itu, membuatnya meraung kesakitan. "Berhasil!"
Gadis beriris ungu itu lalu menstabilkan posisinya dan menaruh pedangnya di depan dada. Tebasan demi tebasan dari jarak jauh dilancarkan, yang membuat banyak bilah angin tajam memelesat ke arah si beruang.
"Pertama, buat dia kelelahan dahulu. Kupikir dengan seranganku sejak tadi, sedikit lagi dia akan kelelahan."
Gadis itu melanjutkan dengan membuat banyak peluru air lalu menembakkannya dengan kecepatan tinggi. Beruang itu menghindar dan menggeram kesal. Empat lengannya memukul tanah dan membuat banyak tiang tanah. Beruntung kecepatan serangan itu menurun karena si beruang sudah mendapatkan luka dan kehilangan banyak sihir untuk menghentikan pendarahan.
Raulla yang mulai kelelahan melihat si beruang sudah melambat. Buru-buru dia memelesat dengan kecepatan tinggi. Manuver dia lakukan tatkala jaraknya dengan beruang tinggal sedikit, pedangnya dia tusukkan di bagian punggung yang langsung menembus jantungnya.
Raungan kesakitan terdengar nyaring. Beruang itu menggeliat kesakitan selama beberapa saat sebelum roboh dengan bersimbah darah. Raulla menghela napas lega sembari mencabut kembali pedangnya dari tubuh si beruang. Dia lalu menyayat dada beruang itu dan mengambil jantungnya yang sudah tertusuk.
"Hei, apakah kamu yang bernama Raulla?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassanova: Akar Masalah
Fantasy[TRILOGI CASSANOVA-BOOK 1] FANTASY-ROMANCE Beberapa chapter memiliki unsur kekerasan, dimohon kebijakan pembaca dalam menyikapi. Terima kasih. BEST RANK [24-04-2021] #2 in Magical Realism #4 in Dwarf #11 in Duniaparalel #13 in Otherworld #14 in Ca...