"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."
⚠️Adegan di dalam cerita ini hanya fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan idol asli⚠️
⚠️Bijaklah saat berkomentar⚠️
*****
Sepasang mata Dara menangkap salah satu orang yang sejak tadi ia cari-cari keberadaanya. Aza, dari kejauhan laki-laki itu sedang terduduk di bawah pohon taman belakang sekolah bersama ketiga teman lainnya. Sejak tadi memang Dara mencari cowok ini, dari mulai kelas laki-laki itu hingga kantin belakang, serta perpus yang sering di jadikan Aza sebagai tempat anak itu membaca buku matpel yang sangat amat di gemarinya, tujuannya agar tidak mendapat cibiran aneh dari teman-teman kelas biadab tak berilmunya itu.
Dara menarik lengan Aza secara tiba-tiba menyambarnya menghiraukan teriakan heboh di sana. Langkahnya mencepat di ikuti dengan Aza yang ikuti kemana arah ia melangkah, menjauh dari sekumpulan teman-temannya yang semakin di rasa tak waras. Dalam hati Dara, dirinya mengutuk perlakuan ceroboh yang nantinya bisa menambah rumor baru di sekolah meski sebetulnya rumor itu mengarah pada kebenaran, iya, soal Dara dan Aza memang sepasang kekasih betulan.
"Za, woy mau di bawa kabur kemana sama pacar baru." Raka berdiri dari duduknya, cowok yang sedang mengemut coki-coki itu lah yang paling Dara hindari. Ganteng si, tapi mulutnya terlalu lemes. Jauh dari tipe Dara sekali.
Aza yang sejak tadi di tarik-tarik dengan gadis yang di yakini adalah pacarnya kini hanya memberi senyum sumringah, ada perasaan senang saat Dara melakukan interaksi di sekolah antar keduanya. Aza jadi berpikir untuk tidak perlu menjaga jarak saat berpas-pasan dengan gadis ini nantinya.
"Lo apain Laras?"
Menautkan alis bingung, memangnya anak itu melakukan hal-hal aneh lagi pada Dara, bukankah Aza sudah memberi efek jera atas tindakannya kemarin. "Kenapa, lo di apa-apain lagi sama dia?"
"Jadi bener. Lo yang suruh dia minta maaf bahkan sujud di kaki gue, Za." Menghembuskan napas, masih tak habis pikir atas tindakan Aza yang diluar nalar.
"Bagus dia lakuin itu. Lo gimana, kasih dia maaf?"
"Kalo gue gak kasih maaf Lo mau lakuin apa lagi?"
"Gue lakuin sesuai konsekuensi perbuatan dia, kalo bisa sampe dia bener-bener nangis darah mohon maaf di hadapan Lo."
Jemari Dara membuat gerakan meremas, genggaman yang masih setia mengait di pergelangan Aza seketika ia kencangkan dengan sedikit tenaga. Kata-kata Aza barusan terlihat serius, seserius saat cowok itu membuat janji akan menjaganya. Dalam hati Dara, Aza yang seperti ini justru menakutkan.
"Kalo ada yang ganggu Lo, urusannya sama gue."
Tidak tau harus bereaksi apa dengan perkataan Aza barusan membuat Dara memilih menundukkan pandangan, setelahnya melemaskan genggaman tangan yang sempat ia cengkram kuat seraya mengelus lembut dengan gerakan telaten.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERU
Teen FictionDikala cahaya datang, dia memilih untuk meredup dan menghilang. Katanya, dia enggan melihat perubahan. Nyatanya, aku lah perubahan tersebut. "Aza itu asa, candunya bikin aku suka, tapi Aza sekarang cuman semu belaka." "Karena kamu, sebuah definisi y...