14. TERSIRAT

25 2 0
                                    

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."

⚠️Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada sangkut paut dengan kehidupan idol asli⚠️

~Happy Reading~

Dara kini terduduk melamun di pinggir lapangan sekolah, jam istirahat kedua sudah berbunyi, namun gadis ini memilih menetap. Memang kelasnya tadi adalah kelas olahraga, niatnya si ingin ke kantin dengan Sasa, namun saat Nano menghampiri membuat Dara urung, biasanya Dara akan menjadi kambing conge di antara keduanya, tapi kali ini Dara sedang tak mood. Ingin sendirian saja rasanya.

"Gue denger denger nih, Lo sempet di jahatin sama anak anak kelas dua belas?"

Arlan yang memang sejak tadi berkegiatan membuntuti Dara dan berakhir ikut duduk di bangku ujung lapangan utama sekolah memilih memulai percakapan.

Abisnya sejak tadi Dara kurung enggan menjawab celotehan panjang kali lebarnya. Dalam hati Arlan, siapapun tidak ada yang pernah berani mengacangi laki-laki itu. Terbukti, fansnya banyak, bahkan justru merekalah yang sangat ingin. Arlan membuka topik terlebih dulu.

Dara malas-malas melihat Arlan yang kembali berceloteh, jujur tingkah abstrut Arlan yang kian hari makin terasa parah membuat Dara terkadang merasa terganggu. Ini kalo begini haruskan ia meminta Sasa untuk mencoret nama Arlan dalam geng pencari pahala surga itu.

"Dar, gue ngomong gak di jawab lagi nih."

"Lo bukan denger denger. Tapi Lo nonton." Ketus Dara jutek.

"Yah, kok tau Dar, padahal gue liatnya di kerumunan loh. Lo langsung nangkep muka gue ya, paling ganteng si emang gue, makanya mudah di jangkau mata." Anak itu mulai kembali berlaga sok, yang menjadi fokus tatapan Dara sekarang yakni. Seragam dengan kancing yang terbuka menampilkan kaos putih polos anak itu, belum lagi soal rambut yang sudah memanjang. Memang si, ganteng, tapi tetap Dara risih sediri liatnya.

"Kepedean adalah makanan Lo sehari hari kayaknya."

Arlan tertawa kikuk. Jutek, memang. Arlan tau soal reaksi Dara dari pertama kali pertemuan yang merujuk pada raut ketidak sukaan gadis itu. Di tambah salahnya yang justru menambah rasa ketidak sukaan Dara dengan mengajak anak itu ketempat tongkrongannya berada.

"Dar. Gue nakal, gue bengal, gue pecicilan, gue gak bisa diem, minus akhlak juga, incaran makian guru." Katanya tiba tiba. Raut murung mulai mendominasi lagi, wajah tengil dan suara laga ketara songongnya seketika sirna. Bukan Dara bila anak itu merasa hal ini baik jika terjadi, pasalnya Dara jadi tidak enak sendiri. Soal dirinya yang memang tidak merasa nyaman bila berdekatan dengan Arlan menjadikan anak itu kental akan rasa bersalah.

"Gue emang pantesnya gak di temenin sama anak gak pembuat onar kayak Lo. Pantesnya gabung sama anak anak minus kayak gue, kalo deket sama anak baik baik bisa bawa pengaruh kan--

DERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang