16. RUANG RASA

28 3 0
                                    

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."

WARNING!!! TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN IDOLA ASLI, CERITA INI REAL FIKSI BELAKA! REAL HASIL PEMIKIRAN AUTHORNYA SENDIRI.

~~~~~

Hujan deras kini kembali mengguyur wilayah jakarta, hiruk pikuk polusi mulai tersamar-samar. Dari banyaknya orang yang kini berdiam diri di samping ruko-ruko tutup tanpa penyewa, Dara dan juga Aza pun sama.

Ini soal Aza yang tidak membawa mobil pribadi seperti pada biasanya. Alasannya tentu karena mobil itu sedang mengalami kerusakan teknisi mesin. Entahlah, Aza sendiri tidak begitu paham. Karena hal itu, Aza memutuskan membawa motor yang memang hanya itulah kendaraan yang nganggur di rumahnya.

Dara yang menggigil karena bajunya basah kebes menatap Aza yang kini tengah sibuk merogoh-rogoh ransel di punggungnya.

"Pake," kata Aza seraya mengangsurkan jaket hitam kebesaran milik cowok itu.

Dara menggeleng, Aza sendiri terlihat membutuhkan, untuk apa di berikan padanya.

"Di pake, Dar," kali ini cowok itulah yang memasangkan jaket di tubuh menggigil Dara. Menyelimutinya dengan gerakan telaten.

"Lo sendiri kedinginan, buat lo aja."

"Kalo gue sih kuat, Lo udah gemeter gitu." Cibirnya tidak bermaksud mengejek. Ucapan Aza benar adanya. Dara yang gemetar karena menggigil kedinginan membuatnya menepis hasrat bahwa ia juga sama membutuhkan jaket tersebut.

"Sini barengan, Lo juga kedinginan pasti."

Segeralah Dara menarik tubuh Aza, memeluknya seraya mengelap beberapa helaian anak rambut cowok itu yang terus meneteskan air. Memang tubuh Aza tidak menggigil, namun wajah pucat serta bibir yang membiru keunguan menandakan bahwa Azanya sama dalam kondisi seperti yang Dara rasakan.

Wanita itu beralih untuk menangkup wajah Aza mengelusnya pelan dengan jari jemari yang di yakini mulai mengkaku karena dingin. "Pipi Lo dingin banget."

"Tangan Lo yang dingin."

Keduanya sama-sama syahdu menikmati suasana sekarang. Meski banyak yang memberi gunjingan baik Dara dan juga Aza sama-sama menulikan pendengaran.

Kalo kata Dara. Urus saja urusan masing-masing.

"Za, sinian, tangan Lo gak kena jaket." Protes Dara karena memang Aza sejak tadi berangsur-angsur menjauhkan jarak. Tentu Dara jadi kesusahan untuk ikut menyelimuti tubuh anak itu.

Aza yang sejak tadi kaku berdiri seketika menjongkokan tubuhnya. Membuat Dara ikut terjongkok dengan raut wajah bingung.

Saat mendapati ringisan kecil terdengar dari Aza, Dara merasa panik. Bayangan soal Aza yang kesakitan sama persis pada saat dirumahnya lalu menjadi pemandangan yang mampu membuat desir darah Dara tercekat.

DERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang