22. RETAKAN BARU

33 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."

WARNING!!! CERITA INI REAL FIKSI BELAKA TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN IDOL ASLI!!! CERITA INI REAL HASIL PEMIKIRAN AUTHORNYA SENDIRI. MENINGGALKAN JEJAK CARA MENGHARGAI.

🌸—HAPPY READING—🌸

"Adek gak guna kau! Kau anggap apa daku kalo daku saja terus kau perlakukan sesuka mu?!"

Macam kalimat drama, ah atau sudah bukan semacam dan memang ini adalah dialog drama yang Jake pilih untuk nya memarahi Dara. Dirinya memang sudah berhasil menemukan keberadaan sang adik, caranya tentu dengan menelpon Ike. Awalnya tidak ingin karena merasa tidak enak, namun karena dirinya sudah bertingkah layaknya orang gila kehilangan arah cara inilah yang mentok di pikirannya sebab Dara sama sekali tidak juga mengangkat telepon darinya.

Dengan Aza yang terduduk bersandar pada bangsal kasur sambil menahan senyum, bahkan Jake tidak segan memaki adiknya sekalipun di depan calon suaminya itu.

Demi tuhan, Jake sudah kesal kalang kabut.

Beda dengan Jake yang kini berkacak pingang sambil memberi celotehan panjang, Dara yang enggan marah balik dan menyadari rasa bersalahnya memilih menunduk, gadis itu bahkan tidak berani menatap sang Kakak. Yasuda deh mau bagaimana lagi, ini memang ulahnya, membuat Jeke kebingungan menyusahkan lelaki itu dan lagi masih baik sang kakak tidak meninggalkannya, ya meski sebenarnya Dara berharap Jake memilih pulang duluan saja, apa lagi, Dara kan ingin berduaan dengan Aza.

"Maaf," dengan suara pelan Dara mencoba membuat emosi sang Kakak mereda, Dara tau bila gadis ini memasang ekspresi memelas pasti kakaknya akan luluh dan mudah memaafkan kesalahannya. "Maaf ya Kak Jake..."

"Kau pikir Kakakmu ini adalah gelandangan yang tak punya arah, kau pikir Kakakmu ini tidak punya rasa gelisah akan kebingungan."

"Kau pikir Kakak mu ini tidak sakit hati," Tangan yang semula berada di pinggangnya ia taruh di dada. "Sakitttt, sakitnya tu di sini." Lalu telunjuknya ia taruh tepat di busung dada dengan ekspresi berlebihan.

DERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang