23. KELABU

21 2 0
                                    

"Karena kamu, sebuah difinisi yang gak akan pernah bisa aku singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah difinisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."

CERITA INI REAL FIKSI BELAKA TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN IDOL ASLI!! REAL FIKSI HASIL DARI PEMIKIRAN AUTHORNYA SENDIRI! MENINGGALKAN JEJAK CARA MENGHARGAI.

mau update cepet, penuhi syaratnya*

🌘—HAPPY READING—🌘

Ya sesuai prediksi hari ini, ruangan Aza di penuhi banyaknya manusai, jangan tanya soal isinya siapa saja, tentu tak lain dan tak bukan adalah Bunda, Ayah, Kak Jake dan salah satu sohibnya yang Dara kesalkan karena ikut-ikutan ngintil, Bima.

Aza yang sejak tadi diam canggung dan merasa tidak nyaman itu hanya terus memaksa senyum, apa lagi saat Bunda yang bersih kukuh ingin membantu Aza dalam hal apapun, termasuk bila lelaki itu ingin pergi ke kamar kecil. Bunda berlebihan sama seperti Dara.

Namun karena kali ini ruangan penuh pergerakan Bunda yang cekatan Dara jadi sulit berinteraksi dengan Aza, gadis itu terus tersingkir dengan kehebohan Bundanya, membuatnya lelah dan memilih terduduk dengan wajah lesuh.

Dara yakin, pasti Aza bukannya merasa baikan malah lebih merasa kelelahan, lihat bahkan Bunda tak lewat sedetikpun menanyakan kondisi pria itu.

Saat matanya mengelilingi sudut dari setiap sudut ruang kamar inap Aza, tak sengaja matanya terkunci pada tatapan Aza yang ternyata sudah lebih dulu memperhatikannya, segera pria itu tersenyum teduh kearahnya, mata legam dengan sorot lelah itu seketika berubah, terlihat cantik, mampu membuat Dara ikut memabalas senyuman seindah samudra itu dengan senyuman tulus miliknya.

"Bunda kerumah Aza dulu ya, Mama Ike suruh Bunda ambil baju Aza, ada yang mau Aza titip sayang?" Bunda beranjak dari duduknya, wanita tua namun tetap berparas cantik itu mengelus lembut kepala Aza membuat Aza yang sedang bersandar pada kepala bangsal mengubah posisi menjadi terduduk.

"Engga usah Bun nanti aku suruh orang lain aja."

"Sama Bunda aja gapapa, Jake duluan gih bunda nanti tinggal tunggu loby biar nanti pas Bunda keluar mobilnya udah depan situ, Bunda gak mau jalan, mager." Jake yang sejak tadi bergulat dengan game di genggamannya bersama dengan Bima yang ikut bergulat pun akhirnya keduanya sama-sama berdiri dan bergegas pergi.

"Za, cepet sembuh ya jagoan. Ayah pulang dulu besok kalo Ayah gak lembur Ayah jengukin Aza lagi ya," Pria baya itu mendekat pada Aza, sepertinya ingin melanjut kan kata-katanya.

'Sama gadis Ayah doang kok, minus Bunda nanti, kamu kayaknya malah capek ya ngadepin Bunda. Liat anak gadis ayah juga jadi murung gitu, kayaknya merasa terancam tu posisinya dari Bunda.' Ayah terbahak tangan kekarnya menepuk-nepuk punggung Aza dengan heboh. Tentu Dara yang melihatnya jadi marah.

Sudah tau Aza sedang sakit, Ayah malah merecah dan memberikan pukulan tangan begitu? Dasar tua bangka tak kenal situasi.

Maka dari itu Dara segera berdiri dan menarik lengan Ayahnya. "Jangan pukul pukul dong Ayah!" Sentaknya dengan mata menajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang