17. ULANG TAHUN

21 2 0
                                    

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kamu, sebuah definisi yang gak akan pernah bisa aku singkat."

TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHUDUPAN IDOL ASLI!!! CERITA INI REAL FIKSI BELAKA DENGAN PEMIKIRAN AUTHORNYA SENDIRI!! TINGGALKAN JEJAK CAR MENGHARGAI.

chapter ini mengandung adegan 20++ diharap bijak saat membaca.

~~~~~

Kalo benar istilah hari demi hari mausia akan berkembang, baik kelahiran maupun sifat kepribadian, bagi Aza hal seperti itu tidak berlaku di kehidupannya. Hari demi hari ia rasakan sama. Penderitaan, penyesalan, serta menyusahkan orang tersayang. Namun saat mata tertuju pada gadis yang kini sedang terduduk santai menikmati pemandangan sunset depan matanya mampu membuat desir waktu bahagia milik Aza terasa lebih lama.

Bagi Aza, sosok Dara adalah obat dari rasa sakit yang kian menyiksa. Perasaan bersalah akan hadir dalam ujung waktu tidak menyita Aza untuk tersadar dalam keberadaannya.

Mungkin kini tuhan sedang tertawa melihat kebodohan Aza yang masih berharap lebih.

Saat pancaran sinar matahari mampu membuat iris mata cowok itu mencoklat sebening air dasar lautan yang di yakini tidak keruh, sepasang obsidian menyentuh ia tunjukan.

Permintaan mengajak ke pantai sejak jam tiga pagi, tentu permintaan gila milik si empuh bernama Dara. Mengatakan bahwa menikmati sunset adalah salah satu cita-cita kecil wanita itu, Aza yang mendengar sampai tergelak, lalu dengan sangat bangga diri ia memamerkan sejumlah foto sunset yang dirinya ambil sedari ia tinggal di luar negeri.

"Kalo manusia emang gak boleh serakah, gue bakal nurut," menyelipkan sejumput helaian rambut yang menghalangi penglihatan Dara di suasana indah ini, lalu memberi senyum singkat yang menghangatkan siapa saja penglihatnya. "Gue pilih untuk Lo buat gue, selebihnya terserah." Lanjutnya, kali ini menangkup wajah Dara yang kini memberi tatapan sedihnya.

Pancaran siluet dari kedua manusia ambigu kini terhias di pesisir pasir pantai. Dengan deru ombak yang semakin jelas terdengar di baluti alunan kicauan merdu burung-burung di pagi hari.

Dara jadi tertawa, menurutnya kalimat Aza barusan mampu membuat bulu kuduknya merinding. Geli saat anak laki-laki di sampingnya ini yang memiliki sejumlah kalimat puitis.

"Kenapa pilih gue?" tanyanya sok penasaran.

"Karena gue cinta Lo, apa lagi?" Jawab Aza tanpa berfikir terlebih dulu, seolah mengatakan perasaan segamblang-gambalngnya, seolah kalimatnya barusan adalah sumpah sirat darinya untuk gadis dihadapannya kini.

"Pilihan Lo salah."

Cowok menautkan ali lalu meneguk salivanya. "Pilihan gue bener, karena gue cinta Lo."

Dara menggeleng, di elusnya kepala Aza, lalu menyisir lembut anak-anak rambut lelaki itu untuk ia kebelakang kan. "Manusia itu gak boleh serakah, kalo bisa untuk memilih, Lo harus pilih diri Lo sendiri, setelahnya bertahan dengan apa yang ada di sisi Lo, apapun itu bentuknya, diri Lo yang harus menjadi incaran pertama supaya Lo tetap ada, karena dengan begitu Lo bisa mengasihi orang terkasih Lo dengan tenaga dan mata kepala Lo sendiri..., bahwa mereka di posisi aman."

DERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang