6. LATAR BELAKANG

170 16 2
                                    

Awali harimu dengan yang manis-manis, bukan yang pahit seperti kenangan mantan.

-Lentera Cordelia Semananjung-




👟LANGIT👟


Lentera memarkirkan sepedanya di tempat yang sudah disediakan khusus karyawan. Gadis berambut ikal sebahu itu turun dari sepeda kesayangannya yang diberikan oleh Ayah dan Ibu sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Setelah mengambil tas yang sebelumnya ia simpan di keranjang sepeda ia pun masuk ke toko roti tempat ia bekerja sejak dua tahun terakhir.

Dream Bakery.

Sebuah toko roti bergaya modern klasik Eropa.

Suara bel angin terdengar saat Lentera membuka pintu toko roti tersebut.

"Kok telat?" sebuah suara mengangetkan Lentera. Ia menoleh dan mendapati pemilik toko roti.

"Ehe maaf, Mbak. Tadi kena macet di jalan," ujar Lentera seraya memasang cengiran andalannya.

Wanita yang sedang hamil besar anak keduanya itu bersidekap menatap Lentera. "Kamu mau alesan apa lagi?"

Lentera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ih aku serius kok, Mbak! tadi tuh ada kecelakaan pas lampu merah. Untung korbannya selamat," jelasnya menceritakan kenapa ia bisa terlambat.

Citra Kirani, pemilik Dream Bakery menaikkan sebelah alisnya. Wanita yang tampak cantik dengan gaun hamil berwarna kuning sangat kontras dengan kulit putihnya.

Walaupun masih berusia dua puluh tujuh tahun, tetapi ia sudah sukses merintis usahanya yang juga di bantu oleh sang suami. Setelah lulus kuliah mengambil jurusan masak di Belanda, ia kembali ke tanah air untuk membangun usaha. Kerja kerasnya dan Nicholas Smithーsuami Citra, yang juga satu almamater dengannya, berawal dari teman hingga akhirnya mereka memutuskan menikah. Selama empat tahun ini membuatnya bangga dengan usaha mereka sebab Dream Bakery menjadi salah satu toko roti terkenal di Makassar. Bukan hanya roti tetapi cake dan beberapa dessert lainnya ada di sini.

"Yaudah kalau gitu cepet ganti baju! dan jangan lupa malam ini kamu pulang agak telat," Lentera membuka mulut ingin protes tetapi Citra lebih dulu melanjutkan. "Ini hukuman karena kamu udah telat," tukasnya setelah itu ia berbalik dan berbelok ke kanan menuju ruangannya.

Mengerucutkan bibir tetapi tetap menurut, Lentera segera menuju ruang staf mengganti pakaiannya. Tak sampai lima menit ia keluar dengan baju kaos lengan pendek berwarna putih dan celana kain senada lengkap dengan apron berwarna biru langit. Ia memakai bandana cerah senada dengan apronnya dan segera berdiri di depan kasir.

Selama enam bulan ini ia dipercaya oleh Citra sebagai kasir. Karena teman kerjanya adalah seorang mahasiswa tak bisa bekerja full time seperti dirinya. Lentera kerja sambilan untuk membantu kedua orang tuanya. Sang ayah yang hanya seorang pegawai biasa di sebuah bank swasta dan sang ibu yang hanya seorang ibu rumah tangga.

"Lo udah dateng?" ujar pegawai lain yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas ternama di Makassar.

"Eh iya Kak, baru aja hehe. Kak Reno udah mau berangkat kampus?" tanya Lentera balik.

Reno NugrahaーMahasiswa semester tiga jurusan Seni itu mengangguk. "Kalau gitu gue duluan! bilangin sama Mbak Citra gue buru-buru,"

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang