15. CALON ISTRI IDAMAN

106 9 7
                                    

Don't judge a book by its cover.

-Kenzo Radeya-


👟LANGIT👟


Langit baru saja dari toilet. Ia berjalan menuju kantin sekadar membeli camilan. Sesampainya di kantin yang cukup ramai, cowok dengan mata teduh itu menghampiri stand minuman dan makanan.

"Bu, susu kotak strowberry-nya satu sama rotinya," tangannya meraih susu kotak di lemari pendingin lalu mengambil sari roti sandwich rasa coklat. "Berapa?" Sambungnya.

"12 ribu, Den." Balas ibu kantin sembari mengangguk.

Langit merogoh saku celana abu-abunya, mengeluarkan dompet kulit berwarna hitam lalu meraih uang berwarna ungu.

"Makasih, Bu." Ibu kantin mengangguk mengatakan sama-sama.

Baru saja cowok itu ingin berbalik, celana abu-abunya di tarik-tarik. Saat menoleh ia tak melihat siapa-siapa dan saat ia menunduk matanya menangkap seorang bocah laki-laki yang menjadi pelakunya.

Alisnya menyatu memperhatikan bocah laki-laki itu yang menatapnya. Langit memperhatikan bocah itu, rambut hitamnya di berantakan, alis tebal, mata biru safirnya sangat indah dengan bulu mata lentik, hidung bangir, bibir kecil berwarna merah alami dan kulit putih bersih. Ia memakai baju kaos biru bergambar spiderman dengan celana denim selutut, dan sepatu vans senada membalut kaki kecilnya.

Tangan kecil itu kembali menarik celananya seolah meminta perhatian. "Om, bantuin Lei dong," serunya dengan tangan terbuka lebar.

"Kenapa?" Tanyanya bingung saat bocah itu terus merentangkan tangan meminta di gendong.

Raiden menggoyangkan tangannya tak peduli wajah datar pria di depannya. "Gendong," pintanya dengan memasang puppy eyes.

"Gendong?" Bocah itu mengangguk semangat.

"Lai mau beli es klim, tapi nggak sampe," katanya memelas seraya menunjuk lemari es yang terletak di samping stand ibu kantin.

Setelah paham, Langit sedikit membungkukkan badannya lalu sebelah tangannya mengangkat bocah laki-laki tampan itu dan sebelah tangannya lagi memegang kantong plastik berisi camilan yang tadi di belinya. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan agar bocah yang berada di gendongannya bisa memilih es krim mana yang di inginkan.

Mata Raiden berbinar menatap berbagai macam jenis es krim.

"Mau yang mana?" Tanya Langit sembari membuka penutup lemari es.

Raiden diam sebentar, berpikir es krim mana yang ingin ia beli. Langit menatap wajah bocah tampan itu dari samping, pipi cubby-nya sedikit memerah.

"Lai boleh milih dua?" Katanya menatap laki-laki yang menggendongnya. Anggukan Langit membuat bocah itu tersenyum lebar. "Mau yang lasa coklat sama strowbelli!" Ucapnya semangat.

Cowok dingin itu meraih dua es krim yang di sebutkan tadi kemudian berjalan ke ibu kantin. "Berapa, Bu?"

"8 ribu, Den," balas ibu kantin.

Cowok itu menyerahkan selembar uang kemudian berjalan ke salah satu meja kosong, mendudukkan Raiden dan dirinya. Tanpa mengatakan apa-apa ia membukakan es krim yang masih terbungkus lalu mengangsurkan pada bocah itu yang di terima dengan senang hati.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang