14. LAHIRAN

111 10 5
                                    

Anak itu titipan dari Tuhan. Jadi sebagai orangtua, kita wajib merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

-Rinai Hujan-


👟LANGIT👟

Samudra menutup kasar pintu UKS hingga menimbulkan bunyi cukup keras kemudian menguncinya lalu memasukkan kunci tersebut ke dalam saku celana abu-abunya. Setelah itu ia melepaskan tangan Lentera dari cekalan tangannya. Cewek berambut ikal sebahu itu sedikit meringis saat mengusap pergelangan tangannya yang memerah.

"Lo apa-apan sih?! Ngapain bawa gue ke sini?! Terus itu pintunya kenapa di kunci?!" Cecar Lentera tak peduli lagi dengan rasa takutnya. Cewek itu menatap nyalang pada cowok arogan yang dengan santainya berjalan menuju salah satu ranjang dan duduk di sana.

"Sam! Buka pintunya! Gue harus balik ke lapangan!" Hardik Lentera menahan emosinya.

"Berisik! Lo lupa tadi gue bilang apa?" Tanyanya dengan smirk andalannya. "Lo harus tanggung jawab," sambungnya terdengar ambigu.

Berkacak pinggang Lentera menatapnya penuh amarah. "Gue udah minta maaf. Terus gue harus tanggung jawab apa? Emangnya gue udah ngehamilin lo?!"

Ucapan Lentera membuat Samudra tersedak ludahnya sendiri. Ia melotot kaget cewek itu dengan spontan berbicara agak sensitif. Dan lagi, apa tadi? Hamil? Hei Samudra ini laki-laki, dia tidak memiliki ovarium untuk di buahi. Malah sebaliknya, dia bisa membuahi ovarium.

"Lo ngomong apaan sih? Nggak usah ngada-ngada ya!" Samudra mulai tersulut emosi.

"Kenapa? Ada beberapa kejadian cowok hamil! Emangnya lo nggak liat berita?"

"Nggak! Lo kayaknya kebanyakan baca cerita fiksi deh! Jadi khayalan lo terlalu jauh!"

"Bodo amat! Cepetan kasih kuncinya!" Cewek itu mengulurkan tangan kanannya meminta agar cowok yang duduk di hadapannya itu memberikannya.

Samudra tak mendengarkannya. Dengan santainya cowok itu mengubah posisinya menjadi berbaring di atas brankar dengan sebelah tangannya ia jadikan bantal.

"Kepala gue pusing karena sepatu lo," ujarnya sembari melirik sepatu sneakers cewek itu.

Lentera terdiam. Raut wajahnya berubah khawatir dan tak enak. "Sorry, gue beneran nggak sengaja," gumamnya penuh sesal.

Cewek itu berjalan menuju lemari yang tergantung di dinding, tempat penyimpanan obat-obatan. Tangannya meraih kotak P3K lalu kembali menghampiri Samudra yang sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Lo mau ngapain?"

Telunjuknya mengarah pada kepala cowok itu. "Katanya lo pusing. Coba gue periksa, siapa tau ada luka."

"Paling cuma benjol," jawab Samudra santai.

"Nah makanya itu harus di obatin!" Seru Lentera. Cewek itu meraih kursi terdekat lalu menariknya kemudian duduk tepat di samping cowok itu.

"Berbalik, gue pengen periksa kepala lo," tambahnya sembari megulurkan tangan tetapi tangannya langsung di tahan oleh Samudra.

"Mendingan lo diem aja, itu bisa ngebantu nyembuhin kepala gue yang pusing gara-gara lemparan bola dari lo." Katanya tenang.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang