INTRODUCED

1.1K 45 39
                                    

Entah aku harus bahagia atau kecewa. Bahagia karena bisa kembali bertemu denganmu dan kecewa karena kamu nyatanya lupa denganku.

-Lentera Cordelia Semanjung-


👟LANGIT👟

Makassar, Juli 2013.

Mungkin kebanyakan orang akan menikmati masa libur panjangnya setelah mengikuti Ujian Nasional yang menguras otak dengan cara bermalas-malasan di tempat tidur. Tak berbeda jauh dengan seorang gadis yang keenakan berlama-lama di dunia mimpinya sampai ia lupa bangun lebih awal. Hari ini adalah hari pertamanya mengikuti Masa Orientasi Sekolah tingkat SMA.

"Aduhh Bu... Kenapa nggak bangunin aku sih?"

Teriak seorang gadis yang tengah berpakain seragam putih biru, rambut di ikat seribu lengkap dengan pita warna warni, kaos kaki berbeda warna sebelah. Yang sebelah kanan berwarna pink dan sebelah kiri berwarna biru. Topi kerucut yang menghiasi kepalanya, juga papan nama yang terbuat dari karton yang melingkar di lehernya. Jangan lupakan tas yang terbuat dari karung di tangannya. Pakaian yang wajib di kenakan ketika mengikuti MOS.

"Kok Ibu sih yang di salahin? kamu tuh tidur udah kayak kebo! udah di bangunin juga, nggak bangun-bangun!" balas suara Ibu dari dapur.

Gadis yang berseragam putih biru itu segera ke ruang makan. Ternyata sang Ayah sudah duduk di sana dengan menyesap kopi hitam kesukaan beliau.

"Udah tau hari pertama MOS, malah telat bangun," ujar Haikal—pria paruh baya yang duduk di kursi seberang. Gadis itu hanya nyengir dan menarik kursi di depan sang ayah.

"Tera kira hari minggu, Yah," ucapnya sembari terkekeh.

Sang Ayah hanya menggeleng kepala melihat kebiasaan anak semata wayangnya tersebut. Punya putri satu tapi kelakuan seperti laki-laki. Mungkin ini karena waktu sang istri hamil ia sangat mengharapkan bayi laki-laki tapi yang keluar malah perempuan. Biarpun begitu mereka sangat bahagia. Baik laki-laki ataupun perempuan ia tetap bersyukur kepada sang Pencipta karena mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan.

"Bu, aku bawa bekel aja ya? soalnya udah telat! udah hampir masuk!" teriaknya lagi pada sang Ibu.

Tak lama kemudian Ibu keluar dari dapur dan meletakkan kotak bekal yang berisi nasi goreng sosis kesukaan sang putri.

"Bekelnya di abisin ya? jangan nggak abis loh," kata Sekarーwanita paruh baya itu mengingatkan putri tunggalnya.

"Ayay kapten!" seru Lentera sembari meletakkan tangan di dahi, seperti hormat.

Kring... Kring... Kring...

Suara bel sepeda mengalihkan pembicaraan mereka. Gadis itu menengok ke luar jendela, rupanya sang supir gratis sudah ada di depan rumah. Buru-buru ia memasang tas ransel berwarna biru ke bahunya.

Setelah meminum segelas susu, ia pun beranjak dan berpamitan kepada Haikal dan Sekar.

"Lentera berangkat dulu ya! assalamualaikum..," pamitnya begitu keluar dari rumah.

"Hati-hati, waalaikumsalam," jawab Ayah dan Ibu.

Setelah memakai sepatunya, ia segera beranjak keluar menemui si supir pribadinya. Seorang cowok berseragam sama sepertinya. Bedanya ia memakai topi yang terbuat dari bola kaki yang dibelah dua, sudah ada di depan rumah dengan sepeda berwarna merah kesayangannya.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang