Orang-orang selalu mengelu-elukan namanya. Ada juga yang memuji ketampanannya. Tetapi mereka sama. Sama-sama memiliki pesonanya masing-masing.
-Lentera Cordelia Semenanjung-
👟LANGIT👟
Hari senin seperti biasanya upacara bendera dilaksanakan di tengah lapangan yang luas. Para pasukan pasibra yang bertugas hari ini telah berada di posisi masing-masing dengan memakai seragam putih juga peci di kepala. Ada tiga orang yang bertugas membentangkan bendera. Satu sebagai pembawa baki, di sisi kanan kirinya bertugas menarik tali dan membentang bendera. Saat bendera sudah di bentangkan dengan sempurna, cowok dengan tubuh sedikit kurus itu menatap kearah pemimpin upacara.
"BENDERA SIAP!" Serunya lantang.
Tak lama pemimpin upacara berseru lantang dan tegas.
"KEPADA BENDERA MERAH PUTIH, HORMAT GERAK!"
Secara serentak seluruh peserta upacara mengambil sikap hormat pada sang merah putih lalu lagu Indonesia Raya menggema melalui speaker yang terletak di ruang Tata Usaha bersebelahan dengan ruang guru.
"TEGAK GERAK!" Kembali pemimpin upacara berseru lantang saat bendera merah putih telah berkibar.
Hari ini minggu kedua memasuki sekolah setelah sebelumnya sekolah mereka mengadakan MOS minggu lalu. Tidak seperti upacara kemarin yang sebagian ada yang memakai seragam putih biru namun kali ini seluruh siswa baru sudah memakai seragam putih abu-abu mereka lengkap dengan dasi dan topi.
Seluruh rangkaian upacara selesai dengan lancar ya walaupun saat pembina upacara menyampaikan amanat sangat panjang seperti biasanya yang membuat bosan. Para peserta sudah bubar dari barusan untuk kembali ke kelas masing-masing.
"Lo liat Langit tadi? Auranya emang beda ya? Gue sebagai cowok aja iri banget!" Komentar Egi saat ia dan Lentera menuju ke kelasnya.
Kedua sudut bibir Lentera tertarik membentuk lengkungan. "Lo iri kenapa?" Tanya Lentera.
Egi berdecak. "Nih ya gebetan lo itu," bisiknya menekan saat mengatakan kata gebetan, "biarpun terkenal pendiam dan tenang tapi saat udah ngejalanin tugasnya berubah banget! Kayak tadi tuh waktu dia mimpin upacara suaranya lantang dan tegas banget!" Lanjutnya menggebu-gebu.
Lentera mengangguk setuju. Memang benar tadi Langit yang menjadi pemimpin upacara. Biasanya ini tugas para anak paskibra tetapi seringkali juga tugas itu di gilir kepada setiap perwakilan kelas atau anggota Osis, ya katanya sih biar nggak anak paskibra melulu dan mendapat pengalaman karena sebelum melaksanakan upacara mereka wajib di latih terlebih dahulu.
"Kapan ya gue bisa kayak dia?" Gumam Egi.
"Nggak usah jadi orang lain! Cukup jadi diri lo sendiri." Balas Lentera tak suka mendengar ucapan sahabatnya barusan.
Egi meringis dan menggaruk alisnya salah tingkah. Keduanya kembali berjalan dalam diam.
Dalam hati sebenarnya Lentera membenarkan semua ucapan Egi barusan. Langit memang memiliki aura kepemimpinan yang begitu melekat di dirinya. Terbukti saat tadi ia memimpin upacara bendera, tidak seperti biasanya dia akan mengawasi peserta upacara dengan anggota Osis dan PMR di belakang barisan tiap kelas. Takut-takut ada yang pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionNamanya Elang Langit Perkasa. Seseorang yang mampu membuat cewek tomboy seperti Lentera Cordelia Semenanjung menunggu hingga bertahun-tahun lamanya. Dia bukan hanya laki-laki yang mampu mencuri hatinya, pun laki-laki yang berhasil membuatnya sadar a...