Hai temen-temen! Maaf udah lama gak update cerita ini, aku lagi banyak kegiatan sampai lupa sama cerita ini. Maaf banget udh bikin kalian nunggu sampai lumutan gini :(
Sebagai gantinya aku update banyak kali ini, semoga suka ceritanya! Jangan lupa komen dan vote yaa sebelum membaca. Enjoy~
****
Tiara terbangun dari tidur dan mendapati dirinya berada di atas ranjang besar yang bukan miliknya. Seketika Tiara teringat kejadian tadi malam. Meski tidak terlalu jelas, Tiara kini sadar ia berada di rumah Dikta karena dia hampir saja dilecehkan oleh teman-temannya dan malah berakhir di kamar Dikta.
Perlahan ingatannya mulai membuat kedua pipinya memerah. Dia masih bisa merasakan bagaimana Dikta menyentuh setiap inci dari tubuhnya, kupu-kupu di dalam perutnya berterbangan seakan sentuhan pria itu masih meninggalkan bekas pada tubuhnya. Tiara menatap dirinya sendiri dan telah mendapati ia sudah terbalut pakaian yang kemarin dikenakan, membuat Tiara ragu apakah tadi malam hanya mimpi atau memang nyata.
Dengan terburu-buru, Tiara bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk keluar kamar untuk menanyakan semuanya pada Dikta. Namun, ketika baru saja membuka pintu, Tiara langsung berpapasan dengan Dikta yang sedang berdiri di depan pintu. Kedua mata mereka bertemu, Tiara mendadak terdiam kaku.
Di depannya, Dikta mengenakan kaos lengan pendek dan jogger pants dengan AirPods yang bertengger manis di kedua telinganya. Dilihat dari penampilannya, sepertinya Dikta baru saja selesai lari pagi. Pelipis serta lehernya terlihat mengkilat karena keringat itu semakin menambah ketampanannya.
Dikta melepaskan kedua AirPods dari telinganya dan mematikannya. Ia menatap Tiara sebentar sebelum kemudian berdeham sambil mengalihkan pandangannya ke sekeliling dengan canggung.
"Baru bangun?" Pertanyaan retoris itu terucap begitu saja dari mulu Dikta sementara Tiara hanya menjawabnya dengan anggukan dan sedikit bergumam. Terdapat jeda yang lama sebelum kemudian Dikta memberitahu bahwa dia telah membeli bubur dan menyuruh Tiara untuk sarapan.
****
Dengan gugup, Tiara perlahan menyantap semangkuk bubur yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak, Dikta sedari tadi hanya berdiri di depannya dan memperhatikan setiap pergerakan Tiara. Dikta sendiri sebenarnya hanya ingin memastikan bahwa Tiara benar-benar sudah merasa baikan. Jengah diperhatikan seperti itu, akhirnya Tiara menghentikan pergerakannya dan menatap Dikta.
"Ada apa?" Tanya Tiara.
Dikta menggeleng pelan, ia kemudian beralih mengambil minum dari kulkas. Dikta kembali ke hadapan Tiara sambil membawa dua botol air mineral, memberikan salah satunya kepada Tiara dan meminum yang satunya lagi. Sementara Tiara hanya memperhatikan gerak-gerik Dikta dalam diam.
"Pak Dikta, makasih banyak kemarin udah selametin saya di club." Ujar Tiara akhirnya berusaha untuk tidak canggung.
Dengan ragu, Tiara kembali melanjutkan ucapannya. "Dan, makasih juga tadi malam udah.. Bantuin saya."
Mendengar ucapan Tiara, sontak Dikta yang sedang minum tersendak. Sejak tadi pagi Dikta bersusah payah mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi malam, dan gadis di depannya ini dengan mudahnya mengingatkan dia kembali. Untung saja Dikta tidak menyemburkan air yang berada di mulutnya, hanya saja hidungnya terasa sakit karena tersendak.
"Pak Dikta gapapa?" Refleks Tiara bangkit dan mencoba membantunya dengan menepuk-nepuk punggung pria itu. Dikta mengangkat sebelah tangannya mengisyaratkan tidak perlu.
"Gapapa."
Tiara kembali ke tempat duduknya dan meneruskan ucapannya. "Maaf Pak kalau saya ngerepotin tadi malam."
![](https://img.wattpad.com/cover/220085646-288-k648675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm All Yours
RomanceWarning: Mature Content, Konten Dewasa (18+) Mereka tahu, hubungan mereka terlarang. Tak seharusnya seorang guru menjalin hubungan asmara dengan gadis yang merupakan muridnya. Tapi, apakah cinta yang tidak bisa mereka kendalikan ini adalah sebuah do...